Anda adalah pengunjung ke :

Senin, 29 April 2013

SACCHAROMYCES CEREVISIAE SEBAGAI IMUNOSTIMULAN

Sistem pertahanan tubuh atau imunitas terdiri dari substansi, sel-sel dan organ-organ yang diperlukan untuk membentuk sistem pertahanan yang kompeten.

Hampir semua hewan mempunyai kombinasi pertahanan tubuh antara kekebalan alamiah dan proses stimulasi berupa adaptasi pertahanan tubuh melalui antigen untuk menanggulangi serangan infeksi . Sistem kekebalan ini yang dikenal dengan nama imun . Sistem ini dapat terjadi secara buatan ataupun alamiah . Di dalam proses pengebalan tubuh ini dapat pula dibantu dengan imunostimulan (TIZARD, 1987).

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa imunostimulan adalah suatu bahan bila diberikan pada hewan dan manusia dapat menyebabkan peningkatan sistem pertahanan tubuh untuk menghadapi serangan penyakit . Imunostimulan meningkatkan limfosit T sebagai imunitas seluler yang penting artinya dalam rangka proteksi terhadap bakteri dan virus intra seluler .

Limfosit B juga ditingkatkan, dalam rangka meningkatkan imunitas humoral, dan tingkat serum antibodi . Serum ini untuk menetralisasi endotoksin, sehingga pada akhirnya imunostimulan digunakan ternak untuk meningkatkan kemampuan membunuh bakteri, dan menurunkan waktu yang diperlukan untuk memperbanyak antibodi (BETA GLUKAN, 2004d) .

Lebih rinci lagi imunostimulan dapat digolongkan yang bekerja spesifik dan non spesifik . Beberapa materi atau subtansi yang terlibat di dalam proses sistem yang spesifik adalah imunisasi aktif dan pasif baik oleh virus, bakteri maupun cendawan sedangkan yang non spesifik berupa stimulasi limfosit, dan makrofag (TIzARD, 1987). Manfaatnya secara umum imunostimulan dapat meningkatkan aktivitas pertahanan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan. Sistem pertahanan tubuh dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu kekebalan humoral dan selular. Humoral terdapat pada darah yang dikenal dengan antibodi, juga dapat ditemui sebagai molekul protein serum . Sedangkan respon selular berupa mekanisme fagositosis dengan cara peningkatan sensitivitas dari sistem R.E.S (Reticulo endothelial system) yaitu : ginjal, hati, limpa dan timus . Limfosit dapat digolongkan menjadi set B dan set T. Set T ditemukan dalam peredaran darah hewan tingkat tinggi dan memegang peranan penting dalam imunitas selular .

Sel B pada mamalia dihasilkan oleh sumsum tulang dan untuk unggas sel-sel B dihasilkan oleh bursa Fabricius, sel T dihasilkan oleh timus . Selanjutnya sel B menghasilkan antibodi, yang merupakan salah satu elemen humoral untuk beradaptasi secara imunitas, sedangkan sel T membantu sel B dengan mengaktivasi makrofag untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan infeksi mikroba . sel makrofag merupakan salah satu sel yang termasuk dalam kekebalan alamiah dengan cara menghasilkan subtansi kimia . Selanjutnya substansi ini menjadi pertahanan sel imun yang penting dengan cara bergerak ke arah sisi yang diserang oleh sel asing . Makrofag ini mempunyai reseptor pada sel membran untuk 7 macam residu gula . Saat reseptor berikatan dengan residu, makrofag diaktifkan dan kemudian menghasilkan sitokin . Sitokin inilah yang berfungsi sebagai pengatur respon imun tubuh (TIZARD, 1987) . Demikanlah sistem tersebut secara bersama-sama membentuk sistem pertahanan di dalam tubuh melawan serangan infeksi penyakit .

Dari uraian di atas maka jelas bahwa imunostimulan sangat bermanfaat untuk peningkatan sistem kesehatan tubuh, dan salah satu imunostimulan adalah Beta-D glukan yang akan diuraikan selanjutnya .

Saccharomyces Cerevisiae Sebagai Imunostimulan

Salah satu bahan yang esensial sebagai imunostimulan adalah beta-D glukan, dan bahan ini terdapat pada barley dan khamir (S. cerevisiae) .

Penemuan substansi beta-D glukan berawal dari penelitian LOUIS PILLEMER (1940) (dalam LIFE SOURCE BASIC, 2002), meneliti suatu substansi yang memiliki kemampuan menghasilkan aktivator mekanisme pertahanan tubuh yang disebut zymosan . Meski dikenal sebagai substansi yang berkemampuan menstimulasi secara nonspesifik terhadap respon imun, namun zat aktifnya sendiri betum diketahui . 
Pada penelitian setanjutnya NICHOLAS DILUZIO (1970) (dalam LIFE SOURCE BASIC, 2002) berhasil menemukan substansi tersebut, dan komponen aktifnya adalah beta-D glukan .

Komponen tersebut berasal dari ekstrak dinding sel khamir roti yang tergolong cendawan . Komponen tersebut mempunyai sebuah campuran unik dengan efektivitas dan intensitasnya sebagai suatu sistem pertahanan tubuh melalui aktivasi sel darah putih yang spesifik seperti makrofag dan sel NK (Natural Killer

Beta-D glukan akan berikatan dengan permukaan sel makrofag dan sel NK dan berfungsi sebagai triger untuk proses aktivasi makrofag . Hasil proses ini berupa peningkatan sirkulasi makrofag di dalam tubuh untuk mencari benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh, selain itu pula untuk meningkatkan jumlah sel-sel makrofag . Pada khamir di bagian tertentu dapat dijadikan imunostimulan (LIFE SOURCE BASIC, 2002) .

S. cerevisiae tergolong cendawan berupa khamir (yeast) pembuat kue dan roti ternyata mempunyai potensi kemampuan yang tinggi sebagai imunostimulan, dan bagian yang bermanfaat tersebut adalah dinding selnya yang mengandung β (1,3 dan 1,6) glukan . Bahan inilah yang dipakai sebagai imunostimulan setelah berhasil dipisahkan pada bagian dinding sel S. cerevisiae (LIFE SOURCE BASIC, 2002) .

Beta-D glukan meningkatkan fungsi imun termasuk fagositosis (kemampuan untuk menangkap benda asing, partikel yang dilepaskan sitokin ; hormon interseluler yaitu : IL-1, IL-6, GM-CSF, interferon) dan pembuatan antigen. Beta-D glukan juga menstimulasi RES, di dalam proses peningkatan jumlah makrofag, dan aktivasi sel-sel darah putih selain makrofag. Sel-sel tersebut ialah : granulosit dan monosit . Beta-D glukan dapat sebagai imunomodulator untuk meningkatkan kemampuan sel T, sel B, dan makrofag di dalam rangka melawan infeksi penyakit . Selain itu membantu perbaikan jaringan yang rusak pada tubuh melalui proses regenerasi dan penyembuhan (BETA GLUCAN, 2004d).

Di dalam terapannya tidak melalui suntikan tetapi melalui oral, bersama-sama makanan, sedangkan peningkatan atau penurunan mekanisme pertahanan tubuh tergantung pada jumlah glukan yang dikonsumsi oleh ternak . Oleh karena itu respon terhadap ternak sangat bervariasi tergantung ada atau tidaknya reseptor yang dikenal oleh komponen gula dari beta-D glukan (LIFE SOURCE BASIC, 2002) .

Dari beberapa hasil penelitian laboratorium dan komersil secara umum sudah terbukti manfaat khamir (S. cerevisiae) pada ayam broiler, petelur, babi, ikan lele, sapi dan udang sehingga dapat mengurangi biaya obat-obatan dan vaksinasi .

Berikut beberapa contoh pemakaian S. cerevisiae sebagai imunostimulan pada ternak. Transfer gen betaglukan dapat dilakukan pada udang dan mikroorganisme kelautan lainnya seperti mikroalga dan bakteri non patogenik lainnya dalam rangka meningkatkan kekebalan tubuh .

Pada ikan Iele dumbo, Beta glukan dengan dosis 750 mg/kg pakan mempunyai peran imunostimulan yang positif terhadap respon kebal non spesifik yang dilakukan dengan uji tantang terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila (RUKYANI et al ., 1987) .

Pada udang hitam (Penaeus monodon) pemberian 1 g/kg pakan Beta glukan memperlihatkan peran imun yang positif terhadap kenaikan hematosit (SITTHIPuN et al., 2000) .

Pada udang dan ikan penggunaan S. cerevisiae dapat sebagai imunostimulan untuk mengatasi serangan bakteri dan kuman lainnya seperti Aeromonas salmonicida, vibriosis, dengan dosis 50 mg/kg bobot udang atau ikan (Fox, 2002).

Dari uraian di atas tersaji dosis tertentu untuk jenis jenis ternak yang cukup bervariasi jumlahnya dan untuk penerapannya relatif mudah. Selain itu pemakaian imunostimulan Beta-D glukan relatif lebih aman dari pada antibiotika yang mempunyai efek resistensi.
 
(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar