Anda adalah pengunjung ke :

Minggu, 16 November 2014

ANTIBIOTIK DALAM PAKAN TERNAK

Dengan klasifikasi jenis mikro-organisma dalam saluran pencernaan manusia, diketahui peranan penting berbagai genera mikroflora bagi kehidupan makhluk hidup yang dapat diseimbangkan dengan antibiotika. Lalu, mengapa ada pelarangan penggunaan Antibiotik pada pakan ternak? 
 
Sejujurnya, dengan berbagai kasus mutu yang kita jumpai di lapangan, Indonesia masih bermasalah dalam soal jaminan pasti bagi konsumen untuk mengkonsumsi produk-produk ternak yang terbebas dari pencemaran? Makanan sebagai salah satu faktor yang bisa meningkatkan angka harapan hidup suatu negara, masih acap dibelit persoalan kesadaran yang kurang dari para konsumen terhadap produk ternak yang terbebas dari residu kimia (antibiotik, alfatoksin, dioxin) dan mikrobiologi berbahaya (salmonella, enterobacteriaceae dan BSE-carriers). Acapkali kita mesti menengok dengan apa yang terjadi di negara-negara maju, di mana di sini kualitas kontrol bahan pakan terus dilakukan oleh pemerintah secara berkala melalui system HACCP (hazard analyis and critical control points) sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah tersusun secara sistematis dan disepakati bersama. 
 
Antibiotik dalam Pakan Ternak 
 
Sejak ilmuan berkebangsaan Rusia Metchnikoff (1908) berhasil mengklasifikasi jenis mikro-organisma yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia, makin terkuak lebar peranan penting akan berbagai genera mikroflora bagi kehidupan makhluk hidup. Keseimbangan antara bakteri-bakteri yang menguntungkan dan merugikan dalam saluran pencernaan sepatutnya menjadi perhatian lebih demi terciptanya hidup yang sehat bagi manusia dan produksi yang tinggi bagi ternak. 
 
Keseimbangan populasi bakteri dalam saluran pencernaan (eubiosis) hanya dapat diraih apabila komposisi antara bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli dan yang merugikan seperti Clostridia setidaknya 85% berbanding 15%. Dengan komposisi tersebut fungsi “barrier effect“ mikroflora yang menguntungkan dalam tubuh makhluk hidup dengan cara mencegah terbentuknya koloni bakteri phatogen (colonisation resistence) bisa teroptimalkan.

Ketidakseimbangan populasi antara bakteri yang menguntungkan dan merugikan (dysbiosis) berakibat turunnya produksi ternak. Salah satu cara memodifikasi keseimbangan bakteri di dalam saluran pencernaan adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik dipercayakan dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri phatogen yang berakibat melambungnya populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan. 
 
Tingginya mikroflora menguntungkan tersebut dapat merangsang terbentuknya senyawa-senyawa antimikrobial, asam lemak bebas dan zat-zat asam sehingga terciptanya lingkungan kurang nyaman bagi pertumbuhan bakteri phatogen. Namun disayangkan penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak dikarenakan resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikro-organisme phatogen tertentu. Hal ini telah terjadi pada peternakan unggas di North Carolina (Amerika Serikat) akibat pemberian antibiotik tertentu, ternak resisten terhadap Enrofloxacin yang berfungsi untuk membasmi bakteri Escherichia coli. Di bagian lain residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk-produk ternak seperti daging, telur dan susu dan akan berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsinya. Seperti dilaporkan oleh Rusiana dengan meneliti 80 ekor ayam broiler di Jabotabek menemukan 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam tercemar residu antibiotik tylosin, penicilin, oxytetracycline dan kanamycin. Penggunaan senyawa antibiotik dalam ransum ternak pun menjadi perdebatan sengit oleh para ilmuan akibat efek buruk yang ditimbulkan tidak hanya bagi ternak tetapi juga bagi konsumen yang mengkonsumsi produk ternak tersebut melalui residu yang ditinggalkan baik pada daging, susu maupun telur. Beberapa negara tertentu telah membatasi penggunaan zat aditif tersebut dalam pakan ternak seperti di Swedia tahun 1986, Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999. Selanjutnya pada 1 Januari 2006 Masyarakat Uni Eropa berdasar regulasi nomor 1831/2003 menetapkan tonggak pemusnahan berbagai macam antibiotik di mana selama beberapa dekade belakang merupakan substans yang kerap digunakan oleh peternak di berbagai belahan dunia.
 
Tidak dapat dipungkiri sejak digunakannya antibiotik sebagai senyawa promotor pertumbuhan dalam pakan ternak, telah terjadinya peningkatan pendapatan peternak berkat kemampuan senyawa tersebut mengkonversikan nutrisi dalam pakan secara efisien dan efektif.

Akan tetapi, pelarangan tersebut tidak menyeluruh hanya terbatas pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin, tylosin, virginiamycin dan chinoxalins (Uni Eropa). Hingga kini, hanya tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na. Berbagai upaya telah dilakukan bertahun-tahun untuk mencari bahan tambahan dalam pakan ternak sebagai pengganti antibiotik yang berbahaya tersebut. 
 
Bahan Aditif Pengganti Antibiotik 
 
Konsep pakan ternak berdasarkan kualitas semata (kebutuhan energi dan protein ternak) mulai ditinjau ulang oleh nutritionis akhir-akhir ini. Tuntutan konsumen akan produk ternak yang sehat, aman dan terbebas dari residu berbahaya telah mengajak ilmuan untuk mencari alternatif sumber-sumber pakan baru sekaligus zat aditif yang aman. Konsumen rela membayar dengan biaya berlipat demi mendapat makanan yang sehat, aman dan terbebas dari residu kimia. Produk pertanian dan peternakan alami tanpa menggunakan secuilpun bahan kimia dalam bahasa Jerman dikenal “okologische produkte” mulai mempunyai pasar tersendiri. “Feed quality for food safety“ merupakan slogan yang acap di dengungkan dimana-mana pada masyarakat Eropa termasuk Jerman. Kerja keras berbagai pihak dalam usaha menemukan zat aditif pengganti antibiotik telah membuahkan hasil yang tidak begitu mengecewakan. Senyawa-senyawa aditif tersebut terbukti mampu meningkatkan produksi ternak tampa mempunyai efek samping bagi ternak dan konsumen yang mengkonsumsinya. Beberapa alternatif zat aditif pengganti antibiotik telah ditawarkan bagi peternak untuk memicu produksi dan reproduksi seperti probiotik dan prebiotik, asam-asam organik, minyak esensial (essential oil) dan berbagai jenis enzim.

sumber : Infovet
readmore »»  

DEFISIENSI VITAMIN "A" dan "E"

DEFISIENSI vitamin E dan A merupakan penyakit nutrisional yang bersifat non infeksius. Namun untuk ternak cukup berpengaruh terutama pada capaian produksi dan reproduksi yang secara nyata dapat menurunkan kedua aspek tersebut. Peternak diharapkan tetap teliti dan waspada dengan kejadian defisiensi vitamin E dan A difarm dan bila ada kasus, segera konsultasikan dengan Technical Services dan dokter hewan dari perusahaan obat-obatan dan dari instansi pemerintah terkait lainnya. 
 
Defisiensi vitamin A dan E sering diderita ayam broiler dan layer pada periode pemanasan umur 0-3 bulan. 
Pada masa ini anak ayam umur sehari (DOC) sampai usia tiga bulan membutuhkan asupan vitamin A dan E dalam jumlah yang tinggi. Kadang pakan yang didapatkan dari feedmill masih belum mampu memenuhi kebutuhan vitamin A dan E anak-anak ayam tersebut. Untuk itu peternak perlu memperhatikan kualitas pakan yang didapatnya, misalnya melalui uji kandungan gizi, namun hal ini sulit dan jarang dilakukan karena membutuhkan biaya yang cukup besar. 
 
Vitamin A 
 
Semua ternak membutuhkan vitamin ini. Vitamin A tidak terdapat dalam bahan makanan nabati secara aktif tetapi dalam bentuk provitamin yang dapat dirubah menjadi bentuk aktif dalam tubuh ternak. Provitamin A atau zat-zat karotin ini aktivitas biologisnya sama setelah dipecah oleh enzim beta karotin 15,15’-dioksigenase dalam mukosa usus kecil. Produk pemecahan ini adalah retinal yang direduksi menjadi retinol dalam sel-sel mukosa dengan katalisatornya ammonium sulfat. Salah satu bahan makanan ternak yang banyak mengandung provitamin A adalah jagung dengan kisaran potensi biologisnya 123-262 IU/mg. Secara fisiologis esensi vitamin A bagi ternak adalah untuk memelihara jaringan epitel agar jaringan tersebut dapat berfungsi secara normal. Jaringan epitel dimaksud adalah semua jaringan epitel yang terdapat pada mata, alat pernafasan, alat pencernaan, alat reproduksi, saraf dan sistem pembuangan urine. Hubungan antara vitamin A dengan fungsi mata yang normal perlu mendapat perhatian khusus. Vitamin A dibutuhkan untuk mensintesa rodopsin yang selalu rusak oleh proses foto kimiawi sebagai salah satu proses fisiologis dalam sistem melihat. Vitamin A biasanya bersatu dengan protein dalam visual purple. Bila terjadi defisiensi vitamin A, sintesa visual purple akan terganggu dan terjadilah kelainan-kelainan dalam melihat. Defisiensi vitamin A merupakan penyakit nutrisional, yakni akibat kurangnya kandungan vitamin A dalam bahan pakan. Upaya yang dapat dilakukan peternak adalah dengan mencukupinya dari berbagai materi bahan pakan ternak.

Vitamin E 
 
vitamin E berhubungan dengan tingkat kesuburan ternak. Vitamin E ditemukan oleh Evans dan Bishop pada tahun 1922. Vitamin E merupakan nama umum dari semua derivate tokol dan tokotrienol yang secara kualitatif memperlihatkan aktivitas alfa-tokoferol (tokos artinya kelahiran atau turunan, pherson artinya memelihara, ol artinya alcohol). Penamaan ini adalah untuk semua metil-tokol. Istilah tokoferol bukanlah sinonim vitamin E, walaupun dalam praktek sehari-hari kedua istilah ini selalu disinonimkan. Di pasaran, vitamin E tersedia dalam beberapa bentuk, yakni dalam bentuk minyak pekat, emulsi cair, emulsi dalam tepung, emulsi dalam gelatin, gum, akasia, gula dan lainnya serta dalam bentuk askorbat dalam bentuk tokoferil yang difungsikan sebagai carrier untuk dicampurkan dalam bahan makanan. Beberapa bahan makanan yang mengandung vitamin E yang direkomendasikan seperti jagung, tepung ikan, tetes, beras pecah kulit, gandum, dedak gandum dan biji-bijian bekas fermentasi. Defisiensi vitamin E dalam tubuh ternak berdampak pada terganggunya sistem reproduksi, terganggunya fungsi organ-organ tubuh seperti hati, jantung, darah dan otak serta munculnya berbagai problema pada urat daging ternak. Pada ternak ayam, defisiensi vitamin E dapat mengganggu kesuburan reproduksi misalnya menurunnya daya tetas telur. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Creger dkk (1962) yang dilaporan Green (1971) bahwa pakan ayam dengan kadar vitamin E minimal dapat ditambahkan minyak ikan 2%, hal ini dapat mempertahankan kembali tingkat kesuburan reproduksi ayam yang dipelihara. Di samping itu, Green pada tahun 1971 kembali melaporkan bahwa fertilitas ayam jantan dapat menurun bila terjadi kenaikan kadar asam linoleat yang berasal dari minyak jagung dan minyak kembang matahari dalam pakan tinggi. Sementara itu vitamin E dalam tubuh dapat berfungsi sebagai antioksidan in vitro maupun in vivo. Vitamin E sebagai antioksidan in vitro bila prosesnya hanya terjadi dalam pencampuran makanan sampai dengan makanan tersebut belum diserap di dalam saluran saluran pencernaan. Selanjutnya sebagai antioksidan in vivo secara praktis dapat dilihat pada penyimpanan karkas. Ternak unggas secara alamiah mudah mendapatkan proses oksidasi pada lemaknya. Hal ini terjadi bila pakan ternak unggas tersebut banyak mengandung asam-asam lemak tak jenuh atau asam lemak yang mudah teroksidasi. Asam lemak tersebut dideposit dalam daging atau jaringan lemak tanpa atau sedikit sekali berubah, selanjutnya dapat meningkatkan oksidasi dalam jaringan tersebut, inilah yang sering disebut sebagai pemicu memunculkan rasa tidak enak atau off flavor pada daging. Disamping itu, akan terjadi perubahan-perubahan warna dan penurunan kualitas selama produk-produk tersebut disimpan dalam penyimpanan.

Kebutuhan vitamin E untuk proses penyimpanan karkas ayam adalah 30-50 IU/kg makanan bila diberikan secara adlibitum atau 150-250 IU/kg bila diberikan seminggu sebelum ayam tersebut dipotong. Vitamin E juga bisa digunakan untuk membantu meningkatkan imunitas tubuh ternak. Hasil penelitian Tengerdy dan Happel tahun 1973 menjelaskan bahwa pemberian vitamin E yang melebihi kebutuhan normal dapat mempengaruhi mekanisme resitensi tubuh secara positif yakni dengan jalan meningkatkan pembentukkan cairan antibodi secara efisien pada ayam muda maupun ayam dewasa. Dengan meningkatnya cairan antibodi ini maka ayam secara tidak langsung dapat membunuh bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuhnya. Dosis yang dianjurkan terkait kegunaan vitamin E ini untuk ayam adalah 130-150 mg/kg pakan yang telah mengandung 35-60 mg/kg.




sumber : Infovet dan beberapa sumber
readmore »»  

Selasa, 11 November 2014

PLUS – MINUS ANTIBIOTIKA SULFA

PERGANTIAN musim adalah merupakan siklus alam yang secara berkala akan kita temui dalam tiap tahunnya. Di Indonsia kita jumpai adanya 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim hujan seperti saat ini kita harus mewaspadai mewabahnya berbagai jenis penyakit yang dapat menyerang ternak unggas kita. Pada musim hujan banyak terjadi perubahan-perubahan kondisi lingkungan yang berdampak pada kesehatan ayam. Perubahan lingkungan yang biasa terjadi seperti suhu yang relatif rendah, kelembaban tinggi, angin bertiup kencang, cahaya matahari minim dan meningginya air permukaan.
 
Perubahan kondisi lingkungan tersebut dapat menyebabkan ayam menjadi stresss sehingga ayam menjadi lemah dan rentan terserang penyakit. Pada saat ayam sudah terserang penyakit, peternak biasa memberikan berbagai jenis obat (lihat kondisi ayam) yang ada dipasaran. Disarankan pada kondisi tersebut selain diberi antibiotika, diberikan juga asupan vitamin.
 
Dari sekian banyak antibiotika, peternak tentu sudah tidak asing lagi dengan antibiotika Sulfa seperti Sulfadimidin dan sulfaquinoxalin. Antibiotika ini banyak digunakan dilapangan dengan pertimbangan :
  1. Harganya relatif murah
  2. Obat golongan sulfa relatif lebih stabil dibanding antibiotika lain
  3. Spektrum luas (Aktif terhadap mikroorganisme gram positif, gram negatif, beberapa ricketsia dan protozoa)
Mekanisme kerja obat sulfa adalah sebagai berikut :
Sebagian bakteri (gram positif dan negatif) di alam membutuhkan PABA (p-amino benzoic acid) untuk sintesa asam folat dalam tubuhnya. Dengan pemberian sulfa maka sulfa akan mendesak PABA sehingga bakteri akan mengambil sulfa yang terdiri dari PABAS. Akibatnya bakteri tidak dapat membuat asam folat lagi seperti biasanya sehingga pertumbuhannya terhambat.

Efek samping dari Sulfa adalah :
  1. Jika konsentrasi terlalu tinggi dalam darah, dapat terjadi kristalisasi sulfa. Kristalisasi terutama terjadi di ginjal yang dapat menimbulkan Dapat menimbulkan Anoreksia (tidak nafsu makan) sehingga pertumbuhan dan produksi telur menurun.
  2. Pemakaian yang terus menerus dapat menimbulkan resistensi kuman dan kekacauan pada flora usus.
Dalam pemakaian obat sulfa, peternak juga harus mengetahu bahwa ada beberapa zat yang dapat mengurangi khasiatnya, seperti :
  1. Vitamin-vitamin yang termasuk dalam vitamin B kompleks, seperti Nicotinamid, Folic Acid, Choline.
  2. Asam Amino, seperti asam glutamat dan methionine.
  3. Protein, seperti gelatin, albumin, pepton dan serum protein.
Itulah plus minusnya pemakaian obat sulfa. Kita selalu waspada dalam menggunakan antibiotika agar menghasilkan efek pengobatan yang maksimal (efektif) dan efisien.


sumber : CP-Buletin
readmore »»  

Minggu, 09 November 2014

Petujuk Praktis : PEMELIHARAAN ITIK PEDAGING

Itik Serati/Tiktok

 Ternak itik berperan cukup besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, karena selain penghasil telur juga berfungsi sebagai penghasil daging. Salah satu jenis itik pedaging yang saat ini banyak diminati dan mulai berkembang adalah itik serati/tiktok, yang dihasilkan dari perkawinan silang antara entok jantan dan itik petelur betina melalui proses inseminasi buatan (IB). Pemeliharaan serati/tiktok sebagai itik pedaging memiliki beberapa keunggulan, yaitu cepat tumbuh sehingga bobot potong lebih besar, tekstur daging lebih empuk, rasanya gurih dan tidak amis, serta kadar lemaknya rendah yaitu hanya 1,5 %. Selain itu, masa pemeliharaan juga relatif pendek yaitu 8 – 10 minggu. Selain budidaya intensif, itik pedaging serati/tiktok juga dapat dipelihara secara terpadu dengan padi sawah. Pemeliharaan terpadu di lahan sawah dapat mengurangi biaya produksi, karena sebagian sumber pakan dapat diperoleh dari lingkungan sawah yaitu berupa rumput, serangga, keong, katak kecil dan sebaginya. Pemeliharaan tiktok secara terpadu dengan padi sawah (3.500 ekor/ha) selama 75 hari dapat mencapai bobot 2,5 kg/ekor dengan mortalitas 5 %.

SARANA DAN PRASARANA
  1. Lokasi usaha harus memperhatikan lingkungan dan topografi, status lahan harus jelas dan jauh dari pemukiman. 
  2. Sarana yang diperlukan adalah kandang anak, kandang pembesaran, bibit, pakan, obat-obatan, tempat pakan dan minum serta penerangan.
  3. Kandang anak terbuat dari bambu/kawat, berupa panggung, cukup ventilasi, lantai ditaburi sekam/serbuk gergaji untuk menyerap air dan kotoran. 
  4. Kandang pembesaran terbuat dari bambu, berupa kandang tanah yang lantainya diberi alas sekam/serbuk gergaji untuk menyerap air dan kotoran serta cukup ventilasi.
  5. Ukuran kandang pemeliharaan anak dan pembesaran disesuaikan dengan skala usaha. Kepadatan unutk umur 0 – 2 minggu adalah 25 – 30 ekor/m2 dan umur 3-10 minggu 10-12 ekor/m2.
  6. Lokasi kandang harus memperhatikan tata letak, drainase, sirkulasi udara, sinar metonin, sarana transportasi, sumber pakan, sumber air tidak bising dan harus kering dan bersih.7. Tempat makan dan minum dari bahan tidak mudah berkarat dan mudah dibersihkan, penempatannya mudah dijangkau dan dipindahkan.
TEKNIS BUDIDAYA

Pengadaan Bibit

Pemilihan bibit (DOD) merupakan salah satu kunci keberhasilanusaha pembesaran. DOD yang baik harus sehat dan baik yang dicirikan oleh : tubuh tegap, gesit dan lincah; kaki kokoh; fisik tidak cacat dan nafsu makan tinggi. Anak itik serati/tiktok yang baru lahir (DOD) memiliki bobot badan 26 – 53 gram (rataan 40,03 g).

Penyediaan Pakan

Pada budidaya itik pedaging secara intensif, penyediaan pakan sering menjadi kendala karena sebagian besar masih mengandalkan pakan pabrik yang menghabiskan 60-70 % biaya produksi. Pakan yang digunakan pada budidaya itik pedaging hanya dua jenis yaitu starter dan grower/finisher. Kebutuhan gizi
stadia starter (0-3 minggu) dan grower (4-10 minggu) disajikan pada tabel berikut.

Ransum itik pedaging dapat dibuat dengan cara mencampur beberapa bahan yang berasal dari limbah pertanian, perikanan dan pakan pabrik (konsentrat dan pur). Limbah pertanian dan perikanan sebagai sumber pakan adalah dedak padi, menir, jagung giling, bungkil kelapa, keong mas, ikan rucah segar dan kepala udang.

Tambahkan asupan suplemen probiotik (SnS PRO probiotic solution), multivitamin dan asam amino (BENNEFIT plus), untuk meningkatkan kecernaan pakan, nafsu makan, kesehatan organ pencernaan dan pertumbuhan, sehingga tercapai kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh serta yang pasti pencapaian berat badan optimal seperti yang diharapkan.

Komposisi ransum itik pedaging serati/tiktok Fase starter adalah konsentrat/pur komersial dan menir dengan perbandingan 2:1, sedangkan Fase grower dapat menggunakan contoh formula sebagai berikut :
Pemberian pakan Fase starter sebanyak 20-40 g/ekor/hari. dengan frekuensi 3-4 kali, sedangkan stadia grower sebanyak 40-60 g/ekor/hari dengan frekuensi 2-3 kali.
Bobot badan

Pertumbuhan bobot badan itik serati/tiktok cukup cepat. Dengan pemberian pakan yang cukup dan bermutu, bobot badan itik serati/tiktok umur 10 minggu dapat mencapai 2,5 kg. Rataan bobot badan itik serati umur 5 minggu adalah 1.229,49 (bobot awal 40,03 g), sedangkan pada umur 10 minggu 1.154-2.076 g/ekor (bobot awal 502,4-734,3 g).

Penyakit dan Pencegahan
  1. Itik serati/tiktok relatif tahan terhadap penyakit, karena daya adaptasinya lebih baik terhadap perubahan lingkungan.
  2. Penyakit timbul sebagai akibat tidak berfungsinya faktor utama dengan baik, yaitu : sanitasi, biosecurity, manajemen serta perubahan lingkungan terutama cuaca dan suhu.
  3. Penyakit utama itik pedaging hampir sama dengan jenis unggas lainnya, yaitu : sallmonellosis yang disebabkan bakteri Salmonella typhimurium dan S. entritidis; botulismus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium botulinum; fowl cholera, fowl pox, avian influenza, avian chlamydiasis, coccidiosis dll.


Diolah dari sumber :
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten 
(Banten Assessment Institute for Agricultural Technology -AIAT-)
readmore »»  

Intestinal Integrity yang Buruk, Mengganggu Kesehatan dan Efisiensi

Masalah global yang dihadapi peternak Ketika peternak mendapati kotoran yang encer dan litter yang basah, kerugian ekonomi telah dapat dihitung dan penyebab yang umum adalah buruknya Intestinal Integrity. Ini berbahaya karena bisa mengurangi pertumbuhan dan efisiensi pakan pada suatu flok broiler dan menyebabkan kerugian sebesar US$ 0,102 untuk setiap ekor ayam dengan berat 2 kg, menjadikannya masalah yang layak diberantas.
 
Intestinal Integrity yang buruk biasanya ditandai oleh adanya radang pada saluran usus, dan seringkali disebabkan oleh satu dari tiga bentuk enteritis bakterial. Yang pertama adalah enteritis klostridial yang dihubungkan dengan bakteri Clostridium perfringens penghasil racun yang mengganggu dan mengerosi lapisan permukaan usus ayam. Analisis pada isi usus broiler menunjukkan bakteri ini muncul pada umur 2-3 hari. 

Perkembangbiakan kuman klostridia juga bisa menyebabkan kolangiohepatitis, bentuk lain dari enteritis bakterial yang mempengaruhi hati, menyebabkan pembesaran, fibrosis dan penyakit kuning – dan akhirnya meningkatkan pengafkiran. Bentuk ketiga dari enteritis bakterial adalah disbakteriosis (enteritis bakterial yang tidak spesifik), satu kondisi yang berhubungan dengan abnormalitas flora dalam usus kecil yang mengakibatkan diare dan litter basah. Meski bentuk ini juga akibat dari pertumbuhan bakteri tertentu yang berlebihan, namun tidak secara jelas dihubungkan dengan pathogen tertentu.
 
“Klostridia, salmonella dan bakteri lain merupakan penghuni alami saluran usus, tetapi jika ada kesempatan, mereka akan berkembang biak secara tidak normal,” ujar Dr. Sarge Bilgili, profesor dan ilmuwan perunggasan dari Auburn University, Auburn, Alabama, AS.
 
“Sebagai contoh, koksidia yang berada dalam usus menyebabkan kerusakan jaringan usus, dan bakteria yang ada memanfaatkan kondisi ini sehingga populasinya meningkat pesat, menyebabkan beberapa bentuk enteritis,” kata Bilgili. 

Penyakit radang usus menyerang flok broiler 

Enteritis bakterial selalu menjadi ancaman flok broiler di seluruh dunia dari waktu ke waktu, namun penyebarannya tampak meningkat dalam kurun waktu akhir-akhir ini. Hal ini mungkin karena beberapa faktor. Di beberapa negara, pengobatan pencegahan dengan preparat antibiotika telah dihilangkan, sehingga peternak memiliki pilihan lebih sedikit untuk memberantas penyakit. Di tempat lain, panjangnya waktu henti pemberian pakan tanpa antibiotika, penggunaan litter yang semakin panjang dan kepadatan kandang yang tinggi mendorong penyebaran patogen antar flok.
 
Jadwal pemeliharaan yang semakin cepat dan berkurangnya istirahat kandang juga menjadi faktor pencetus, karena ayam muda dengan sistem kekebalan yang lemah lebih rentan terhadap patogen. Kerusakan permukaan usus akibat infeksi koksidiosis juga membuat ayam rentan terhadap infeksi enteritis bakterial sebagai akibat Intestinal Integrity yang buruk. Kandungan sereal yang tinggi pada ransum pakan, disamping mikotoxin, ketengikan, radikal bebas juga diketahui sebagai faktor yang turut mempengaruhi menurunnya Intestinal Integrity
.
Intestinal Integrity yang baik membantu mencegah penyakit 

Saluran intestinal yang rusak mengurangi pertahanan alami ayam dan membuka peluang masuknya patogen opotunis atau mengganggu keseimbangan flora melebihi normal. Itu sebabnya mempertahankan Intestinal Integrity merupakan kunci untuk memerangi enteritis bakterial, disamping mempertahankan pertumbuhan dan performans yang efisien.
 
Ketika ada gangguan di dalam usus, ayam akan mengarahkan nutrien yang biasa digunakan bagi pertumbuhan untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak atau memproduksi respon kekebalan,” kata Bilgili. “Karena pertumbuhan atau pembentukan jaringan otot merupakan prioritas terakhir, ayam yang sakit akan membentuk jaringan otot lebih sedikit daripada ayam sehat.
 
Profesor dan pakar unggas dari Universitas Auburn, Mike Eckman memperkuat pendapat Bilgili. “Sistem intestinal merupakan mesin yang menggerakkan seluruh bagian yang lain. Integritasnya dari hari pertama hingga saat panen merupakan yang terpenting dalam ekspresi potensi genetik.”
Sementara enteritis bakterial tidak mungkin dieliminasi, pemahaman yang baik akan dinamika saluran usus broiler – diikuti dengan peningkatan manajemen litter dan pencegahan koksidiosis – tentu saja akan membantu meningkatkan kualitas Intestinal Integrity dalam mengelola penyakit yang merugikan ini.
 
Mencegah peradangan saluran usus (enteritis) sangat penting untuk melindungi Intestinal Integrity Clostridium perfringens, patogen utama yang berhubungan dengan enteritis bakterial, biasa terdapat atau tersebar dalam flok-flok broiler secara global.Pada ayam, koksidiosis memberi peluang pembiakan C. Perfringens, yang meningkatkan risiko enteritis bakterial. Penggunaan SnS PRO probiotic solution penting dilakukan untuk menjaga keseimbangan flora normal usus dan menekan perkembangbiakan bakteri patogen, berikut secara garis besar mekanisme kerja dari SnS PRO probiotic solution : (1). Melekat / menempel dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan. (2). Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat anti microbial yang disebut bacteriocine. (3). Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang.

Beberapa keuntungan dari penggunaan probiotika pada hewan / ternak antara lain adalah :
  • Dapat memacu pertumbuhan,
  • Memperbaiki konversi ransum,
  • Mengontrol kesehatan antara lain dengan mencegah terjadinya gangguan pencernaan terutama pada hewan-hewan muda, prapencernaan faktor-faktor anti nutrisi seperti penghambat trypsin,Asam phitat, glukosinolat dan lain-lain (HAVENAAR ET AL., 1992).
  • Angka konversi
  • Meningkatkan ketersediaan vitamin dan zat makanan lain (BARROW, 1992; YEO AND KIM, 1997).
Pemberian probiotika pada ayam broiler sebaiknya dilakukan selama 3 minggu pertama pemeliharaan (YEO AND KIM, 1997). Pada ayam petelur dilaporkan bahwa pemberian probiotika dapat memperbaiki produksi telur, konsumsi ransum, dan berat telur (BAHLEVI ET AL., 2001), sedangkan Panda Et Al (2003) melaporkan pemberian probiotika dapat memperbaiki produksi telur, berat kerabang dan tebal kerabang telur serta menurunkan kadar kolesterol pada kuning telur.

Sumber :
  1. Williams, R. A compartmentalized model for the estimation of the cost of coccidiosis to the world’s chicken production industry. Int. Journ. for Parasitology, 29 (8), 1999.
  2. van der Sluis, W. Clostridial enteritis is an often underestimated problem. World Poultry, 16 (7), 2000.
  3. Lee, M. et al. Microbial dynamics of the broiler intestinal tract. Proc., The Elanco Global Enteritis Symposium, 2002.
  4. Tice, G. Clostridial proliferation and intestinal instability. Proc., The Elanco Global Enteritis Symposium, 2002.
  5. Elanco Animal Health. Clostridial Enteritis Global Impact Assessment, 2000.
  6. Dan berbagai sumber.
readmore »»  

Rabu, 05 November 2014

Petujuk Praktis : PEMELIHARAAN ITIK PETELUR


 


Pemeliharaan Fase Starter (0-6 minggu)

Pemilihan bibit /DOD (day old duck)

Kriteria pemilihan bibit/DOD
  • Berat DOD saat menetas antara 48-50 gr
  • Tubuh ramping (tidak gemuk) dan bentuk seperti botol, leher kecil,panjang dan bulat seperti rotan.
  • Kepala kecil, mata bersinar (terletak dibagian atas kepala).
  • Sayap menutup badan secara rapat, dengan ujung sayap tersusun rapi dipangkal ekor,
  • Bulu halus, rapi dan tidak kusut.
  • Kaki berdiri kokoh
  • DOD berasal dari induk yang memiliki potensi produksi telurnya tinggi antara lain itik Tegal, Khaki Khampbell dan itik Bali.
Tips Pemeliharaan Fase Starter
  • Berikan penghangat (Brooder) untuk DOD umur 1hari sampai 6 hari dan perhatikan penyebaran DOD pada kandang - Kebutuhan suhu pada kurun waktu 1-6 hari adalah 33°C, dan setelahnya 30°C.
  • Perhatikan pertukaran udara (ventilasi) dalam kandang
  • Berikan pakan starter dengan kadar Protein 21- 22% sampai dengan umur 21 hari dengan metode Ad Libitum atau selalu tersedia (bukan tak terbatas)
  • Selalu sediakan air minum yang bersih
  • Vaksin ND pada umur 4hari melalui tetes mata
  • Untuk usia 21hari - 2bulan, beri campuran pakan dengan perbandingan 25% starter + 75% bekatul (40-80gr/ek/hari)
  • Seleksi yang besar dan kecil (grading) setelah umur 21hari (untuk yang kecil dipisahkan dan diberi pakan secara intensif untuk mengejar ketinggalan berat badan).
  • Tambahkan asupan suplemen probiotik (SnS PRO probiotic solution), multivitamin dan asam amino (BENNEFIT plus), untuk meningkatkan kecernaan pakan, nafsu makan dan kesehatan organ pencernaan.
  • Perhatikan kepadatan kandang, hindari keadaan yang terlalu padat.
 
 Pemeliharaan Fase Grower (6-13 minggu)
  •  Perhatikan pertukaran udara (ventilasi) dalam kandang
  • Berikan pakan dengan protein 15%-16% (bisa menggunakan metode basah atau kering).
  • Berikan pakan 2 kali sehari.
  • Tambahkan asupan suplemen probiotik (SnS PRO probiotic solution), multivitamin dan asam amino (BENNEFIT plus), untuk meningkatkan kecernaan pakan, nafsu makan, kesehatan organ pencernaan dan pertumbuhan, dalam rangka persiapan masa bertelur.
  • Selalu sediakan air minum yang bersih dan dalam jumlah yang cukup dengan metode ad libitum/selalu tersedia.
  • Lakukan terus seleksi keseragaman berat badan (grading), pisahkan antara itik yang kecil, sedang dan besar, untuk memudahkan penanganan.
  • Perhatikan kepadatan kandang. 

Pemeliharaan Fase Pre-Layer dan Layer (15-20 minggu /20 minggu - Afkir)
  • Berikan pakan dengan protein 17-18% (bisa menggunakan metode basah atau kering)
  • Berikan pakan 2 kali sehari
  • Selalu sediakan air minum bersih dan dalam jumlah yang cukup dengan metode ad libitum/selalu tersedia.
  • Lakukan seleksi keseragaman berat badan menjelang bertelur
  • Kurangi kualitas pakan saat itik rontok bulu dan berhenti bertelur (cukup bekatul tanpa konsentrat)
  • Pengambilan telur dilakukan setiap pagi
  • Lakukan pembersihan dan seleksi grade telur (ukuran telur)

PERKANDANGAN

Kandang sebaiknya menghadap ke timur untuk memberikan kesempatan sinar matahari pagi masuk kedalamnya, sehingga ruang kandang menjadi sehat dan cukup terang. Tinggi kandang dibuat kurang dari 2 meter. Dinding kandang bagian bawah sebaiknya terbuat dari tembok setinggi 60 cm dari lantai. Sedangkan bagian atas terbuat dari kawat atau bilah-bilah bambu yang diberi jarak. Ukuran atau besar kecilnya kandang tidak menjadi masalah asalkan kepadatan itik per kandang tidak terlampau sesak. Pada prinsipnya, semakin rendah kepadatan itik perkandang akan semakin baik perkembangan itik didalamnya.

Persyaratan kandang yang harus dipenuhi adalah :
  • Mudah dibersihkan,
  • Terbuat dari bahan yang memiliki jangka usaha ekonomis cukup panjang.
  • Sirkulasi udara lancar
  • Cukup mendapatkan sinar matahari.
Beberapa tipe kandang yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaannya seperti :

1. Kandang sistim terkurung atau postal
  • Lantai kandang terbuat dari tanah yang dipadatkan dan dialasi/bagian atas dilapisi sekam/serbuk gergaji dicampur dengan serbuk kapur.
  • Seluruh ruangan kandang dinaungi atap.
  • Apabila sampai dewasa (produksi) kepadatannya dapat mencapai 4 ekor/m².
2. Kandang sistim koloni

Yakni perpaduan atau kombinasi antara terkurung dengan sistim dilepas, yang bercirikan :
  • Lantai kandang dapat terbuat dari tanah yang dipadatkan ataupun disemen dan dialasi dengan litter (dapat berasal dari sekam, kulit padi atau bekas serutan kayu/serbuk gergaji).
  • Atap kandang menggunakan sistim atap berlubang
  • Umbaran atau pekarangannya dibuatkan pagar setinggi ± 75 cm, yang dilengkapi dengan peralatan kandang (tempat makan dan minum)
  • Dinding dari bambu atau kayu.
3. Kandang sistem batere
  • Satu kotak untuk satu ekor itik (dengan ukuran 45 x 35 x 60), bahan kotaknya dapat dibuat dari bambu atau kawat.
  • Lantai kandang sedikit miring (agar telur mudah menggelinding keluar).
  • Tempat makan dan minum diusahakan diluar kotak(dibagian depan)
  • Semua kotak/kandang betere dikumpulkan pada satu tempat dan diberi atap serta dindingnya dipagar dengan anyaman bambu atau kawat.
PAKAN

Bahan baku pakan itik pada umumnya digolongkan menjadi dua berdasarkan bahan bakunya, pakan berbahan baku nabati dan pakan berbahan baku hewani.
  1. Bahan baku nabati merupakan sumber energi terbaik untuk itik dan cara pengadaanya relatif murah. Bahan Baku Nabati itu antara lain Dedak halus, Jagung kuning, Bungkil kedelai, Ampas tahu, Tepung daun pepaya, Tepung daun Lamtoro, Tepung daun Turi.
  2. Bahan Baku Hewani antara lain : Keong, Bekicot, Cacing.
Ada juga yang dalam bentuk olahan pabrik, seperti : tepung ikan, Tepung bulu, Tepung darah, Tepung limbah udang, Tepung kerang, Tepung kepala udang.

Selain pakan-pakan diatas, itik masih membutuhkan pakan tambahan (feed additive dan feed supplement) yang mengandung gizi, nutrisi ternak lengkap yang belum terdapat pada pakan-pakan diatas untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi telurnya. Sehingga tujuan atau target dari budidaya itik petelur yaitu memiliki produksi telur yang optimal dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan tambahan/pelengkap maka SnS PROJECT mempersembahkan suplement SnS PRO probiotic solution.
Produk ini mengandung Asam Amino, Mineral dan multivitamin yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh itik petelur yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan itik petelur.

SnS PRO probiotic solution mengandung :
  • Mikroorganisme-microorganisme non pathogen (bakteri menguntungkan) untuk menciptakan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan sehingga menciptakan kondisi yang optimum untuk pencernaan pakan dan meningkatkan efesiensi konversi pakan sehingga memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi pakan ternak, membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan, mempercepat pertumbuhan dan peningkatan produksi telur secara kualitas maupun kuantitas.
  •  Asam-asam amino essensial, yaitu : Lysine, Methionine, Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin, serine, tryptophan, phenylalanine dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.
  • Multivitamin lengkap yang berfungsi untuk kelangsungan proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh itik petelur dari serangan penyakit.
  • Mineral-mineral lengkap yaitu Natriun, Phospor, Kalium, Calsium, Magnesium, Chlorida, dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh.
Cara Penggunaan SnS PRO probiotic solution adalah dengan mencampur pada comboran pakan konsentrat atau pakan lain dengan dosis : 1-2 tutup botol untuk ± 4-5 kg pakan.
Pemberian disarankan sejak fase starter (1minggu) sampai fase layer/produksi.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Tindakan pencegahan terhadap penyakit adalah lebih baik dari pada mengobatinya dan perlu diingat bahwa setiap penyakit belum tentu menyebabkan kematian, tetapi mungkin hanya menurunkan produksi saja.

Beberapa penyakit yang dapat menyerang itik petelur berdasarkan penyebabnya adalah :
  • Penyakit Parasit (Coccidiosis, cacingan).
  • Penyakit Bakterial (salmonellosis, cholera, keracunan, kaki bengkak, pasteurellosis, coryza/pilek, ngorok/CRD).
  • Penyakit Virus (Cacar, Hepatitis Itik,ND, AI).
  • Penyakit lain disebabkan jamur (pneumonia, afloktosikosis). 

Dari berbagai sumber








readmore »»  

TIPS : MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA PUYUH

Permasalahan utama yang tampak adalah sebagian besar peternak puyuh ini beternak dengan ala kadarnya. Karena memang sebagian besar mereka memelihara puyuh hanya sebagai usaha sambilan saja. Sangat jarang yang menjadikan usaha ini sebagai usaha pokok atau tumpuan hidup.

Resiko dari usaha yang ala kadarnya adalah segalanya juga dijalankan dengan ala kadarnya, misalnya sistem pemeliharaan, biosekuriti, penjualan telur, serta tidak ada upaya untuk memperbesar usahanya ini menjadi skala usaha yang minimal mencukupi kebutuhan hidupnya. Memang tidak semuanya demikian, karena ada juga peternak puyuh yang serius menggarap bisnis ini sampai membentuk semacam asosiasi.

Penanganan manajemen Usaha memelihara puyuh biasanya dijalankan di belakang rumah, dengan memanfaatkan sisa lahan atau ruangan yang sempit. Sistem perkandangannya pun dengan sistem kandang kotak-kotak kecil dengan kawat, dan umumnya berukuran 1x2 M serta dapat disusun tiga. Hal ini dilakukan untuk menghemat lahan.

Sistem ini sudah dijalankan secara turun-temurun dan banyak dicontoh oleh peternak-peternak baru dan daerah lain yang akan memulai usaha pemeliharaan puyuh. Dengan kotak-kotak kecil seperti ini, sisi bawahnya dipasang kawat miring sehingga telur puyuh dapat langsung menggelinding ke depan, dan peternak dapat dengan mudah mengambilnya tanpa harus mengganggu kenyamanan puyuh.

Sebenarnya pemeliharaan puyuh bertujuan untuk diambil produksi telurnya. Setiap hari, dengan populasi tententu dapat menghasilkan telur dan dijual kepada pengepul .

Setelah memasuki usia tua di mana puyuh tersebut sudah tidak produktif, maka puyuh diafkir dan dipotong untuk dikonsumsi dagingnya.

Karena hasil utama dari pemeliharaan puyuh adalah telur, maka sistem pemeliharaan yang dijalankan semestinya tidak berbeda dengan sistem pemeliharaan ayam petelur (layer). Kenyataannya, belum pernah ditemukan peternak puyuh yang mau mengadopsi sistem pemeliharaan ayam petelur yang notabene sudah jauh lebih maju.

Sebagai contoh sederhana adalah kebutuhan akan recording produksi. Di dalam recording tersebut memuat data-data lengkap meliputi :
- Populasi,
- Tingkat kematian (deplesi),
- Jumlah pakan,
- FCR, dan
- Produksi telur harian (% Hen Day).

Hal tersebut sangat penting untuk mengontrol kegiatan bisnis puyuh ini, apakah visible atau tidak, serta yang terpenting adalah dapat mengetahui produktivitas puyuh yang dipelihara.

Memang salah satu kendala beternak puyuh adalah sangat jarang ada update informasi misalnya mengenai manajemen pemelihanaan, serta belum pernah dijumpai management guide dari pembibit dan standar produksinya. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena memang pembibitan yang dilakukan pun masih cukup sederhana tidak seperti ayam petelur yang setiap lima tahun sekali terjadi perubahan genetik, produksinya naik, FCR turun, dIl.

Ketidakadaan recording akhirnya seperti dimaklumi begitu saja, padahal ini sangat penting untuk memantau perkembangan bisnis puyuhnya. Berapa besar keuntungan yang diperoleh, berapa BEP per butir telur, ataukah malah usahanya merugi? Kalau ternyata betul-betul merugi dan hal itu tidak disadari, maka usaha ini tinggal menunggu waktu saja. Karena seperti halnya usaha ayam petelur yang tanpa manajemen yang baik, lambat laun usaha ini merugi dengan perlahan, dan pemilik tidak menyadari hal itu. Kesulitan cash flow mulai terasa ketika mau membeli bibit (DOQ / Day Old Quail) ternyata sudah tidak sanggup untuk membayarnya. ini awal dari tragedi usaha.

Semestinya pembibit yang sudah berkecimpung bertahun-tahun dalam menyediakan bibit ini perlu membangun standarisasi produksi meskipun ala Indonesia. Tidak masalah, yang penting hal itu bisa dijadikan informasi bagi peternak puyuh, misalnya kapan harus berganti pakan dan starter ke grower dan layer, pada umur berapa puyuh ini akan impas, kapan harus diafkir, dan sebagainya.

Yakin sekali hal tersebut sangat membantu peternak puyuh dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan bisnisnya.

Masih teringat jelas bagaimana puyuh mati mendadak dalam jumlah yang sangat banyak dan serentak pada tahun 2003 ketika sedang outbreak AI (Avian Influenza/flu burung), bahkan sampai saat ini tragedy ini masih sering bermunculan dibeberapa daerah. Mengapa bisa demikian? Tipikal dari pemeliharaan puyuh dengan manajemen yang serba ala kadarnya, hanya memanfaatkan sisa lahan atau ruangan yang sempit merupakan faktor pemicu utama sehingga “keganasan” berbagai penyakit akan lebih kuat menyerang puyuh.

Dengan tanpa adanya dukungan sirkulasi udara yang baik sehingga ruangan menjadi sangat lembab serta ingginya kadar amonia pada ruangan pemeliharaan merupakan faktor kuat yang menyebabkan puyuh rentan terhadap penyakit.

Jika direnungkan kembali, maka kebutuhan pokok makluk hidup adalah Udara, Air dan Pakan serta lingkungan yang kondusif. Bagaimana mungkin puyuh dapat berproduksi dengan baik dalam kondisi yang tidak mendukung atau tidak nyaman? Apalagi dengan sistem perkandangan yang susun vertikal antara tiga atau empat kandang tentunya sangat mengganggu sirkulasi udara keluar masuk ruangan.

Dari sini perlu dipikirkan bagaimana sirkuasi udara tersebut dapat berjalan dengan wajar.
Ukurannya adalah ketika peternak nyaman di ruang pemeliharaan, maka puyuh juga nyaman. Konsekuensinya adalah produksi yang dihasilkan menjadi lebih baik, Di samping itu, dengan sistem perkandangan susun maka peternak harus secara rutin dan setiap hari, mengambil kotorannya. Jika terlambat, maka kandungan amonia dalam kotoran akan terakumulasi dalam jumlah yang tinggi. Diharapkan dengan pengambilan kotoran yang rutin akan memberikan “kenyamanan” tersendiri bagi puyuh.

Amonia yang tinggi menyebabkan puyuh menjadi stres dan celakanya stres yang terus menerus akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh puyuh terhadap berbagai penyakit. Artinya dengan stres, maka pintu penyakit dibuka baik bakterial maupun viral.

Amonia yang tinggi pun membuat pemelihara juga tidak nyaman, mata terasa pedas, dan ingin segera keluar dan ruang pemeliharaan. Hal ini pasti akan berpengaruh pada optimalisasi pemeliharaan, seperti pemberian pakan, minum kebersihan kandang dan lain-lain

Kandang yang pengap dan lembab sebaiknya juga dihindari dengan cara memberikan kesempatan cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruang pemeliharaan. Dengan masuknya sinar matahari misalnya melalui genteng kaca, maka diharapkan dapat mengatasi kelembaban udara di siang hari serta membunuh bibit penyakit yang ada di ruang pemeliharaan.

Dalam menjaga biosekutiri, penyemprotan kandang dengan desinfektan secara rutin juga perlu dilakukan di dalam ruang perneliharaan, sehingga bibit penyakit yang ada dapat dihambat untuk menyerang puyuh.

Kualitas dan kuantitas pakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas telur burung puyuh karena nutrisi untuk pembentukan sebutir telur sebagian besar diambil dari pakan yang dikonsumsi. OIeh karena itu, kita perlu memberikan perhatian Iebih terhadap kandungan nutrisi dalam pakan dan jumlah pakan yang kita berikan. Pakan dengan kualitas paling bagus tidak akan mampu meningkatkan produksi telur jika jumlah pemberiannya tidak sesuai. Begitu juga sebaliknya, jumlah pemberian sebanyak apapun menjadi kurang optimal untuk mendukung produksi telur jika kualitas pakannya tidak sesuai standar.

Dari segi kualitas, pakan yang baik setidaknya mampu mensuplai kebutuhan puyuh akan energi, protein, lemak, serat, dan mineral (kalsium, fosfor). Nutrien tersebut biasanya disebut sebagai makro nutrien. Disamping itu kita pun perlu memperhatikan mikro nutrien, seperti asam amino dan vitamin. Asam amino yang merupakan penyusun protein sangat diperlukan untuk membentuk sebutir telur maupun pertumbuhan puyuh.

Namun sebaik apapun kualitas pakan yang kita berikan jika penyerapan nutrisi dalam usus tidak sempurna maka tidak akan tercapai produktifitas optimal yang kita harapkan. Pemberian “SnS PRO probiotic solution” sebagai supplement probiotik secara rutin dan berkelanjutan adalah solusi cerdas untuk memelihara flora normal usus, mengeliminir pertumbuhan dan perkembangan bakteri pathogen yang merugikan, membantu system digestive dalam mengurai protein dan serat dan meningkatkan system immune (daya tahan tubuh) dan meningkatkan produktifitas.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan beberapa hal pokok yang harus diperbaiki dalam pemeliharaan puyuh, yaitu menjaga biosekuriti, menjaga sirkulasi udara, penyajian air minum dan pakan yang cukup dan berkualitas, pemberian supplement yang dibutuhkan agar metabolisme tubuh dan produktifitas puyuh selalu dalam kondisi prima, penambahan pencahayaan, serta kebutuhan recording produksi. Jika hal tersebut dapat terpenuhi diharapkan kasus-kasus penyakit serta kelangsungan bisnis pemeliharaan puyuh dapat berlangsung lama.

Konsep utama dalam pemeliharaan puyuh ini adalah mencari kuntungan. Oleh karena itu apapun yang berkaitan dengan bisnis ini perlu diikuti secara profesional, sehingga bisnis pemeliharaan puyuh benar-benar menjadi bisnis yang menguntungkan. Bukan hanya bisnis sampingan belaka.

Sumber : Majalah Poultry Indonesia dan Berbagai Sumber
readmore »»  

Jumat, 31 Oktober 2014

PUYUH

Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh merupakan bangsa burung yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN

Dalam minggu pertama, lantai ditutup dengan kertas koran.
DOQ membutuhkan ekstra panas agar tetap hangat sampai bulunya tumbuh.
Temperatur 38,5ºC minggu Ke - I, turun 3oC setiap minggu hingga temperatur kamar 28oC.
Air minum dan pakan diletakkan diluar brooder.


Beberapa hari pertama pakan ditaburkan ke lantai (alas kertas),Lalu feeder dengan ukuran 10 x 30 x 3 cm dengan sekat kawat 1,2 x 1,2 cm agar pakan tidak tumpah
Air selalu tersedia, hati-hati jangan sampai DOQ tercebur.
Pakan Starter, Grower hendaknya memiliki kandungan Protein 24 %, ME. 3000 kkal/kg.
Jumlah kebutuhan pakan berdasarkan umur dapat diberikan sebagai berikut :

- Umur 31 – 51 hari, pakan 17,6 gram.
- Umur 51 – 100 hari, pakan 22,1 gram.
- Umur 101 – 150 hari, pakan 24 – 25 gram.
Kebutuhan Air minum puyuh rata-rata , 1 liter untuk 50 ekor.



Memasuki usia layer perlu ditambahkan program penyinaran untuk menstimulasi puyuh betina agar bertelur.
Penyinaran dapat menggunakan lampu bohlamp 40 atau 60 watts, dengan lama penyinaran 14-16 jam.
Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk pallet, crumble dan tepung. Karena puyuh yang suka usil mematuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya.
Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang.
Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.
Selanjutnya Berikan SnS PRO probiotic solution yang dikombinasi dengan BENNEFIT plus melalui air minum seminggu sekali selama 2 hari berturut-turut, untuk menjaga kesehatan secara umum, meningkatkan produktifitas dan daya tahan tubuh serta memperbaiki saluran pencernaan agar dapat menyerap nutrisi dengan optimal.
Dengan pemakaian SnS PRO probiotic solution yang dikombinasi dengan BENNEFIT plus secara rutin dan berkelanjutan selain produktifitas optimal yang tercapai, dengan terjaganya kesehatan saluran pencernaan material kotoran puyuh akan jauh lebih kering sehingga kadar Amonia dan H2S didalam kandang akan sangat jauh berkurang, yang pada akhirnya efek negatif dari amonia dan H2S terhadap kesehatan puyuh dapat dihindari dan dicegah.

Pengendalian Penyakit

Sanitasi dan Tindakan Preventif dilakukan Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
Pengontrolan Penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau para praktisi (PPL).

dari berbagai sumber
readmore »»