Anda adalah pengunjung ke :

Minggu, 29 September 2013

MIKRO FLORA SALURAN PENCERNAAN

Saluran pencernaan mempunyai dua fungsi utama, pertama berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyerapan makanan untuk diolah menjadi energy dan fungsi kedua sebagai sistim pertahanan tubuh dari serangan mikro organisme patogen.

Oleh karena itu saluran pencernaan yang sehat mutlak dibutuhkan agar proses pencernaan dan penyerapan makanan, serta fungsi sistim kekebalan tubuh berjalan dengan baik.

Secara normal saluran cerna dihuni oleh mikro flora saluran cerna atau juga disebut sebagai mikro organism komensal, yang menguntungkan bagi kesehatan tubuh.

Mikro flora saluran cerna memiliki beberapa fungsi seperti, sintesa protein dan vitamin, membantu proses pencernaan dan penyerapan serta berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen dengan cara; memproduksi asam organic, memproduksi bakteriosin sebagai anti bakteri dan menggantikan tempat melekat bakteri patogen pada permukaan epitel saluran cerna.

Dalam keadaan normal, jumlah mikro flora menguntungkan lebih banyak dibandingkan jumlah bakteri patogen. Jumlah bakteri patogen dan bakteri menguntungkan harus dalam keadaan seimbang untuk menjaga kesehatan saluran cerna.

Keseimbangan jumlah mikro flora bisa terganggu oleh pengaruh kontaminasi melakui pakan, air minum dan peralatan kandang, kasus penyakit bacterial, virus, parasit dan jamur serta pengaruh lingkungan dan stress management. Ketidakseimbangan jumlah mikro flora tersebut sering disebut dengan disbakteriosis.

Untuk mencegah terjadinya disbakteriosis pada ternak maka pada saat ini management formulasi pakan ternak, khususnya pakan unggas, sering ditambahkan feed additive seperti;

ANTIBIOTIK

Antibiotik pada formulasi pakan ditambahkan untuk menekan pertumbuhan bakteri-bakteri patogen, adapun antibiotic yang sering dipakai pada formula pakan adalah; Avoparcin, Bacitracin, Bambermycin, Colistin, Virginiamycin dll.

ASAM ORGANIK (ACIDIFIER)

Saluran pencernaan mempunyai kisaran pH sekitar antara 2.0 – 8.0. Saluran cerna bagian atas sampai tengah cendrung asam dan saluran cerna bagian bawah cendrung basa. Sementara itu bakteri yang menguntungkan cendrung tumbuh optimal pada pH rendah, sedangkan bakteri patogen cendrung tumbuh optimal pada pH tinggi. Oleh karena itu, bakteri-bakteri menguntungkan hidup baik disekitar usus halus, sementara bakteri-bakteri pathogen hidup baik di usus besar.

Untuk itu, agar bakteri menguntungkan hidup lebih banyak dan bakteri patogen ditekan pertumbuhannya, maka pada formulasi pakan ditambahkan asam organic agar suasana pH saluran cerna rendah, sehingga pertumbuhan bakteri menguntungkan optimum, sementara itu pertumbuhan bakteri pathogen ditekan.

PREBIOTIK

Prebiotik merupakan serat kasar seperti mannan oligosaccarida (MOS) atau fructo oligosaccarida (FOS) yang berfungsi sebagai nutrisi untuk merangsang pertumbuhan bakteri-bakteri yang menguntungkan, dengan penambahan prebiotik pada formulasi pakan diharapkan jumlah bakteri menguntungkan jauh lebih banyak dibandingkan bakteri merugikan.

PROBIOTIK

Sedangkan probiotik adalah bakteri non pathogen seperti Lactobacillus spp, Bifidum bacterium spp, dll  yang telah dibiakkan pada media tertentu dan setelah itu ditambahkan pada formulasi pakan, sehingga nantinya diharapkan berkembang banyak pada saluran cerna ternak.

ENZYM

Pada bahan baku pakan ada sebagian mengandung serat kasar yang tidak bisa dicerna oleh endogenus enzyme sehingga dibutuhkan penambahan enzyme dari luar seperti β-glucanase dan xylanase untuk memecah serat kasar tersebut sehingga tidak menimbulkan efek negative seperti; menurunnya aktivitas proses pencernaan dan penyerapan makanan, diare, penurunan aktivitas mikroba menguntungkan dll.

Dengan penembahan zat-zat tersebut diatas pada formulasi pakan diharapkan saluran pencernaan menjadi sehat sehinga proses pencernaan dan penyerapan makanan optimal, jumlah bakteri menguntungkan meningkat sedangkan jumlah bakteri patogen menurun, dan fungsi sistim kekebalan tubuh meningkat, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas ternak.



Sumber : http://technicalservice.wordpress.com
readmore »»  

Sabtu, 21 September 2013

MEMAHAMI PENYEBAB PUCATNYA WARNA KERABANG TELUR AYAM

Secara genetik, ayam petelur yang ada di Indonesia sebagian besar tergolong brown egg-laying hens atau ayam petelur yang memproduksi kerabang telur coklat sedangkan strain ayam petelur yang dibudidayakan antara lain dan Isa Brown, Lohmann Brown, Hisex Brown dan sebagainya. Walaupun peternak memelihara ayam petelur bertipe brown- egg namun warna kerabang telur ayam sangatlah bervariasi mulai dan coklat tua, coklat muda, coklat pucat dan putih. Untuk memenuhi selera konsumen, beberapa peternak biasanya melakukan grading telur berdasarkan warna kerabang telur. Metode grading tersebut sebenarnya tidak mewakili kualitas telur sesungguhnya namun lebih pada daya tarik penjualan telur oleh konsumen.

Dengan adanya metode grading, telur ayam yang memiliki warna kerabang pucat, secara ekonomis harganya lebih rendah dibandingkan dengan telur berkerabang cokiat tua atau coklat muda.Telur yang memiliki kerabang telur coklat dijual langsung ke pasar atau supermarket sedangkan telur berkerabang pucat biasanya dijual ke produsen makanan sebagai bahan baku pembuatan kue atau roti. Konsumen enggan untuk memilih telur berwarna pucat karena di benak mereka masih muncul persepsi bahwa telur berkerabang coklat adalah telur yang kualitasnya baik bila dibandingkan dengan telur yang memiliki warna kerabang pucat. Padahal produksi telur yang berkerabang pucat tidak dapat dipastikan setiap harinya dimana 5 - 10%. telur berkerabang pucat dan total produksi harian masih dianggap normal oleh peternak. Namun dalam kondisi tertentu, telur berkerabang pucat dapat meningkat jumlahnya hingga 30-40%.
 
Proses pewarnaan kerabang telur

Proses pewarnaan kerabang telur tidak lepas kaitannya dengan proses pembentukan sebutir telur Pewarnaan telur terjadi di 90 menit terakhir proses kalsifikasi untuk membentuk kerabang telur akan berakhir. Secara teori, warna kerabang telur terjadi karena proses pigmentasi di uterus dengan adanya dua pigmen yaitu biliverdin dan protoporphynin
Biliverdin merupakan suatu pigmen biru yang dapat menyebabkan warna hijau kebiruan pada kerabang telur seperti pada itik sedangkan protoporphynin merupakan pigmen coklat yang menyebabkan warna coklat kemerahan pada kerabang telur (Miksik et a!., 1994). Pada ayam yang menghasilkan telur berkerabang coklat hanya memproduksi senyawa protoporphyrin.

Protoporphyrin merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh sel-sel epitel yang ada di dinding uterus dan saat proses pewarnaan berlangsung, sel-sel tersebut mensekresikan senyawa protoporphyrin dan pada akhirnya akan terdeposit di dalam permukaan kerabang telur (Liu et al 2010). Pada saat 3 hingga 4 jam sebelum pembentukan kerabang telur berakhir, sel-sel epitel uterus yang bersinggungan langsung dengan telur pada proses kalsifikasi, kemudian mensintesis dan mengakumulasi produksi protoporphyrin. Saat 90 menit sebelum proses pembentukan kerabang telur berakhir, pigmen protoporhyrin kemudian ditransfer bersamaan dengan kutikula, suatu cairan yang kaya akan protein dan menyelimuti seturuh bagian kerabang telur. Beberapa senyawa protoporhyrin kemudian terserap kedalam jaringan palisade kerabang telur (Adkerson, 2011).

Faktor yang menyebabkan pucatnya warna kerabang

Setelah memahami proses pewarnaan kerabang telur, kini akan dibahas mengapa warna kerabang telur yang seharusnya berwarna coklat namun bisa memudar hingga berwarna putih. Secara umum, terbagi dua kriteria penyebab pucatnya warna kerabang telur yaitu kerabang telur pucat disebabkan karena faktor normal dan pudar dikarenakan faktor abnormal.

A. Kerabang telur pudar karena faktor normal

Kerabang telur pudar karena faktor normal terjadi karena tiga hal yaitu genetik ayam, umur ayam petelur yang semakin bertambah dan degenerasi sel epitel dinding uterus. 
Genetik
Produksi senyawa protoporphyrin sebagai pigmen coklat diatur oleh gen yang ada di dalam sel epitel uterus. Kita ketahui bahwa gen merupakan suatu unit pewarisan sifat pada makhluk hidup. Pada ayam petelur, gen yang mengatur produksi senyawa protoporphyrin telah diturunkan dari induknya. Proses seleksi ayam petelur tipe kerabang tetur coklat (brown-egg laying hens) memang mengarahkan gen yang memproduksi senyawa protoporphyrin selalu menjadi gen dominan dan induk (parent stock) ke anak (final stock) dengan tujuan agar senyawa protoporphyrin dihasilkan dalam jumlah yang banyak oleh sel epitel uterus sehingga kerabang telur berpigmen coktat. Namun pada sebagian kecil ayam petelur ada juga yang diwariskan gen resesif dari induknya sehingga sel epitel yang bertugas memproduksi protoporphyrin karena ditanami gen resesif akan menghasilkan protoporphyrin dalam jumlah yang tidak banyak. Efeknya, walaupun ayam bertipe kerabang tetur coklat namun telur yang dihasilkan akan memiliki warna kerabang yang seakan-akan pucat atau coktat muda.

Umur Ayam

Umur ayam petelur juga mempengaruhi proses pewarnaan kerabang telur terutama ayam baru akan bertelur dan ayam yang sudah berumur tua. Pada periode peralihan dari grower ke layer (periode pre-layer atau awal produksi) di mana ayam masih belajar untuk bertelur (HDP biasanya di bawah 5 %), ada kecenderungan muncul telur tanpa kerabang, ukuran telur masih belum normal, telur berkerabang tipis dan sebagainya.
Pada periode tersebut juga dijumpai telur dengan kerabang berwarna pudar dan bahkan berwarna putih. Ada dua faktor yang menyebabkan warna kerabang tetur masih belum normal pada periode awal produksi tersebut, yang pertama adalah kondisi sel epitel pada dinding uterus yang mulai perlahan-lahan memproduksi protoporphyrin sebagai senyawa pigmen coklat kerabang tetur. Pada hari-hari pertama ayam bertelur, jumlah senyawa protoporphyrin masih terbatas sehingga proses pewarnaan kerabang tetur masih belum normal dan kerabang telur masih belum berwarna coklat tua. Namun dalam jangka waktu yang relatif cepat, sel-sel epitel dinding uterus mulai memproduksi protoporphyrin dalam jumlah yang banyak seiring dengan semakin sempurnanya proses pembentukan kerabang telur.

Faktor berikutnya adalah proses kalsifikasi kerabang telur yang masih belum sempurna. Proses kalsifikasi kerabang tetur yang normal berjalan selama 8 jam dan pada 90 menit terakhir proses kalsifikasi kerabang tetur, senyawa protoporphyrin mulai ditransfer ke permukaan kerabang telur Namun pada periode pre -layer, belum sempurnanya proses kalsifikasi menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk kerabang telur lebih cepat dan kesempatan pigmentasi kerabang telur juga berjatan dengan singkat. Hal ini yang menyebabkan pada periode awal produksi telur seringkali dijumpai kerabang telur berwarna pudar.

Dalam kondisi normal, ayam akan memproduksi pigmen coklat untuk kerabang telur dalam jumlah yang sama walaupun ayam memproduksi telur dengan ukuran besar maupun kecil (Solomon, 1997). Jika dilihat dari luas permukaan, telur berukuran besar ataupun jumbo akan memiliki luas permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang berukuran normal. Oleh karena itu, telur ayam berukuran besar akan memiliki warna kerabang telur coklat namun lebih muda dan bahkan lebih pudardibandingkan dengan telur ayam berukuran lebih kecil. Seiring dengan pertambahan umur ayam akan memproduksi telur berukuran lebih besar dan berat dan kerabang telur akan berwarna coklat lebih muda dibandingkan pada saat ayam di awal produksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Odabasi et a!. (2007) seperti tampak pada gambar. Penelitian tersebut untuk mengetahui perkembangan warna kerabang telur dan ukuran telur ayam dan awal ayam mulai berproduksi telur hingga dalam kurun waktu tertentu. Dan hasil penelitian diketahui bahwa di awal pnoduksi, kerabang telur berwarna coklat tua dan seiring dengan bertambahnya umur, ukuran telur ayam akan bertambah besar dan warna kerabang telur menjadi lebih pudar.
Degradasi Sel Epitel Dinding Uterus
 
Faktor terakhir terjadinya kerabang telur pudan adalah tenjadinya degenerasi sel epitel dinding uterus. Degenerasi sd epitel merupakan suatu proses penuaan sel-sel sehingga kemampuan sel dalam bekerja sudah mulai terjadi penurunan. Kondisi ini terjadi pada ayam petelur yang telah berumur diatas 80 minggu dimana produksi protoporphyrin sudah mulai menurun dikarenakan sel epitel dinding uterus sudah mengalami degenerasi sehingga kemampuan pigmentasi kerabang telur juga mengalami penurunan.

B. Kerabang telur pudar karena faktor abnormal

Kerabang telur pudar karena faktor abnormal terjadi karena berbagai macam faktor antara lain 
  • Stres, 
  • Adanya infeksius penyakit
  • Faktor nutrisi pakan. 
Stres
Faktor stres menurut beberapa ahli menjadi salah satu faktor terbesar penyebab pucatnya warna kerabang telur Ayam petelur yang mengalami cekaman stres akan mengalami gangguan dalam proses pembentukan telur terutama pada fase akhir kalsifikasi sebutir telur dan proses pewarnaan kerabang telur kanena telur yang pucat disebabkan karena tidak sempurnanya proses pigmentasi kerabang telur. Ayam yang stres akan menunjukkan peningkatan produksi hormon epinephrine yang dapat menunda proses oviposisi telur dan menghambat pembentukan jaringan kutikula pada kelenjar cangkang sehingga proses pigmentasi menjadi terhambat (Butcher dan Miles, 2003). Stres pada ayam petelur banyak sekali penyebabnya, di antaranya adalah cekaman terhadap suara terutama suara gaduh kanyawan di dalam kandang, orang lalu lalang di dalam kandang terutama pada orang yang baru masuk farm tersebut, suara hewan di sekitar kandang ataupun suara lain yang membuat ayam merasa tidak nyaman, suhu di dalam kandang yang tinggi (di atas 30°C), paparan sinar matahari secara langsung ke tubuh ayam dan perubahan jenis atau merk pakan yang terlalu sering.
Infeksius Penyakit

Penyakit pada ayam petelur menjadi faktor berikutnya yang menyebabkan pucatnya warna kerabang telur. Penyakit seperti ND, IB, Al, EDS dan Mycoplasma akan mempengaruhi pucatnya warna kerabang telur. Hal ini dikarenakan virus atau bakteri tersebut menyerang sel-sel saluran reproduksi sehingga pigmentasi akan berjalan kurang maksimal. Roberts (1994) menjelaskan bahwa penyakit pernapasan seperti lB mudah menjangkiti ayam petelur dengan gejala awal memudarnya warna kerabang telur. Oleh karena itu, peternak perlu melihat rekording vaksinasi yang dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu terutama vaksinasi ND dan lB sehingga apabila dalam kurun waktu tersebut ayam belum divaksin, sistem imunitas dalam ayam akan menunun sehingga mudah terinfeksi penyakit. Jika diperlukan, lakukanlah uji titer antibodi sebelum melakukan vaksinasi sebagai pentimbangan kapan harus mulai dilakukan vaksinasi. Pemberian antibiotik sebagai terapi (terutama dari golongan tetrasiklin dan amoxicillin) dalam penyembuhan penyakit juga menyokong kasus memucatnya warna kerabang telur walaupun beberapa peneliti belum bisa menyimpulkan keterkaitan antara penggunaan antibiotik dan memucatnya warna kerabang telur.
Faktor Nutrisi Pakan
Faktor lain adalah dari sisi pakan, ada beberapa komponen dari pakan yang berkontribusi menyebabkan warna kerabang telur memucat dan sebagian yang akan dibahas oleh penulis antara lain level mikotoksin, kandungan vanadium, rasio kalsium dan fosfor dan defiensi mineral mikro dan vitamin. Mikotoksin kerap kali disangkut pautkan dengan kasus pucatnya warna kerabang telur.
Mikotoksin merupakan zat metabolit yang dihasilkan oleh fungi (jamur) dan golongan Fusarium, Aspergillus dan sebagainya yang bersifat racun bagi unggas. Golongan mikotoksin antara lain aflatoksin, deoxynivalenol, T-2 toxin, okratoksin, fumonisin, zearalenone dan sebagainya. Dari hasil penelitian, senyawa aflatoksin merupakan jenis mikotoksin yang seringkali dijumpai pada tanaman jagung di Indonesia karena didukung oleh cuaca, curah hujan, kelembaban dan temperatur yang sesuai dengan perkembangbiakan Aspergillus flovus sebagai penghasil aflatoksin. Mikotoksin juga dijumpai pada bahan baku nabati lainnya seperti bungkil kedelai, DDGS, CGM dan sebagainya dengan jenis dan level mikotoksin yang bervariasi. Dalam bahan baku juga tidak menutup kemungkinan mengandung dua atau lebih golongan mikotoksin dengen level yang berbeda-beda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mikotoksin terutama dan golongan aflatoxin dan oknatoksin yang terakumulasi dalam tubuh dalam level yang tinggi akan mengganggu fungsi kerja saluran reproduksi dan mempengaruhi proses pembentukan dan pewarnaan kerabang telur. Efek mikotoksin juga menyebabkan penurunan produksi telur ayam dan daya tetas pada ayam pembibit. 

Kesimpulan
Sel-sel pigmen dalam uterus memiliki kemampuan dalam memberikan warna kerabang telur. Kemampuan sel-sel pigmen akan menurun seiring dengan terdegradasinya sel-sel tersebut. Faktor usia ayam dapat menjadi penyebab penurunan sel pigmen di dalam uterus sehingga proses pewarnaan kerabang telur ayam menjadi kurang maksimal. Hanya saja ada beberapa faktor eksternal di luar kemampuan ayam yang dapat mempercepat degradasi sel-sel pigmen di dalam uterus. Oleh karena itu, peternak perlu memahami dan cepat mengambil keputusan jika dirasa mulai menunjukkan peningkatan jumlah kerabang telur yang pucat. Kondisi ayam yang nyaman dan bebas dari stres, pemberian Suplement dan Additif dalam air minum, kontrol titer antibodi dan penggunaan pakan yang berkualitas merupakan beberapa faktor yang dapat menjaga kerabang telur ayam agar tidak pucat.


(sumber : Majalah Poultry Indonesia)
readmore »»  

Selasa, 17 September 2013

MENINGKATKAN MUTU JERAMI PADI

Jerami padi merupakan limbah tanaman padi yang sudah dipanen produk utamanya (padi/beras), sehingga merupakan sisa tanaman yang telah tua. Secara kuantitatif produksinya melimpah, namun secara kualitatif jerami padi mempunyai keterbatasanketerbatasan bila dipandang dari aspek nutrisinya.
 
Beberapa factor pembatasnya adalah :
  1. Rendahnya kandungan protein kasar (3-4 %) sehingga mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan hidup pokok apalagi kebutuhan produksi.
  2. Tingginya kandungan serat kasar / selulosa sehingga kecernaannya rendah.
  3. Tingginya kandungan lignin sehingga mengakibatkan komponen karbohidrat yang terkandung di dalamnya dalam keadaan terikat oleh lignin dan sulit dicerna.
  4. Kandungan silikatnya (8,1 – 15,5 % pada bagian batang dan daun) sehingga mengganggu bekerjanya enzim pencerna serat.
  5. Rendah kecernaannya sehingga dapat mengikat mineral tertentu misalnya kalsium (Ca) berakibat ketersedian Ca tersebut rendah 6. Rendah kandungan mineral kalsium yaitu 0,413 % dan fosfor 0,292 %.
  6. Rendah karoten (provitamin A).

Dengan adanya factor-faktor pembatas tersebut dan dalam upaya meningkatkan manfaat penggunaanya jerami padi sebagai pakan ternak perlu mendapatkan perlakuan yaitu :
1. Ditingkatkan kandungan protein kasarnya
2. Ditingkatkan derajat kecernaannya
3. Dilarutkan silikanya
4. Di tambahkan / diperbaiki jumlah dan keseimbangan mineral Ca dan P.

Pembuatan Fermentasi Jerami Padi

Bahan :
- 1.000 kg jerami padi
- 6 kg urea
- 6 ltr probiotik/ SnS PRO Probiotic Solution
 
Caranya :
  • Jerami padi ditumpuk ditempat yang beratap dengan tumpukan kira-kira setinggi 30 cm
  • semprot atau basahi dengan larutan urea dan probiotik secukupnya.
  • Tumpuki lapisan jerami kembali dengan ketebalan yang sama dan basahi dengan larutan urea dan
  • probiotik secukupnya
  • Demikian seterusnya sampai ketebalan lebih kurang 2 m
  • Diamkan sampai 21 hari supaya proses fermentasi dengan baik

Perbedaan Kadar Nutrisi Jerami Padi Segar
Dan Jerami Padi Fermentasi

  


(dari berbagai sumber)
readmore »»  

MANFAAT AIR KELAPA

Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna.
Pohon kelapa diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.
Pohon kelapa dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan pertumbuhan.
Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian mesokarp yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek. Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku berbagai kerajinan tangan.

Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang melekat di dinding dalam batok /daging buah kelapa adalah sumber penyegar populer. Daging buah muda berwarna putih dan lunak serta biasa disajikan sebagai es kelapa muda atau es degan. Cairan ini mengandung beraneka enzim dan memilki khasiat penetral racun dan efek penyegar/penenang. 
Beberapa kelapa bermutasi sehingga endapannya tidak melekat pada dinding batok melainkan tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi ini disebut (kelapa) kopyor. Daging buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras. Sarinya diperas dan cairannya dinamakan santan. Daging buah tua ini juga dapat diambil dan dikeringkan serta menjadi komoditi perdagangan bernilai ekonomis, yang disebut kopra. Kopra adalah bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Cairan buah tua biasanya tidak menjadi bahan minuman penyegar dan merupakan limbah industri kopra. Namun demikian, cairan ini dapat dimanfaatkan lagi untuk dibuat menjadi bahan semacam jelly yang disebut nata de coco dan merupakan bahan campuran minuman penyegar. Daging buah kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah aroma pada masakan daging serta dapat dimanfaatkan sebagai obat rambut yang rontok dan mudah patah.

Air kelapa adalah salah satu jenis minuman yang lezat sekaligus menyehatkan. Meminum air kelapa sangat dianjurkan saat Anda sedang haus, karena air buah tropis ini dapat menghindarkan Anda dari dehidrasi dan mengembalikan ion tubuh dengan cepat. Air kelapa memberikan efek menenangkan tubuh dan membantu mengurangi panas tubuh dengan cepat. Manfaat lain dari air kelapa adalah dapat dijadikan sebagai obat hepatitis, radang dan hati. Selain itu air kelapa juga dapat memperkuat daya tahan tubuh untuk melawan virus seperti herpes, flu bahkan AIDS.

Minyak kelapa mengandung trigliserida yang tersusun dari lemak rantai sedang ( C6- C12).
Asam lemak dalam minyak kelapa adalah C8 5- %, C 10 6 – 10 % dan C 12 44 – 45 % (total 55- 65 % asam lemak rantai sedang).
Trigliserida asam lemak rantai sedang dapat digunakan untuk mengatasi hiperlipidemia dan kegemukan serta dapat digunakan dalam ransum untuk pasien pasca bedah dan bayi premature.

Daging buah kelapa mengandung 0 ,2 mg vitamin E (sebagai tokoferol), namun proses produksi minyak secara konvensional yang biasanya mengaplikasikan panas dan tekanan, mengurangi kandungan tokoferol dalam hasil akhir.

Kandungan vitamin E optimum dapat diperoleh melalui perbaikan proses, yaitu dengan proses sentrifugasi santan dan produk yang dihasilkan dikenal dengan nama virgin oil.

Virgin oil mempunyai aroma kelapa segar. Saat ini Virgin oil yang lebih dikenal dengan VCO ( Virgin Coconut Oil ) diyakini manfaatnya untuk mengatasi penyakit kanker bahkan dianggap buah dan air kelapa ini memiliki keampuhan lebih baik dibandingkan dengan buah merah ( Pandanus conoideus ).

Air kelapa muda (7 – 8 bulan) mengandung protein 0 ,13 g, minyak 0 ,12 g, karbohidrat 4 ,11 g, mineral Ca 20 mg, Fe 0 ,5 mg, vitamin asam askorbat 2 ,2 – 3 ,7 mg dan air 95 ,01/100 g.

Berbagai penelitian telah menunjukkan jika manfaat air kelapa secara khusus dianjurkan dikonsumsi oleh wanita yang menderita nyeri menopause. Banyak yang mengatakan jika meminum air putih baik bagi kesehatan, namun tentu saja ada kalanya Anda bosan meminum air putih secara terus menerus, air kelapa air kelapa bisa dijadikan alternatif lain yang menyehatkan. Bagi Anda yang sedang menjalani diet tidak perlu khawatir mengkonsumsi air kelapa karena tidak akan menambah berat badan Anda. Hal penting tentang air kelapa adalah Anda tidak perlu khawatir akan efek sampingnya. Air kelapa aman jika Anda konsumsi setiap hari karena meskipun memiliki rasa yang sedikit manis, namun minuman ini benar-benar nol kolesterol.

Selain berbagai manfaat air kelapa untuk kesehatan, Anda juga dapat memanfaatkan kelapa untuk mempercantik diri. Air kelapa dapat membuat kulit nampak cerah dan bersinar. Air kelapa mampu mengirim oksigen ke seluruh sel tubuh Anda. Dengan mengkonsumsi secara rutin dapat membantu mengurangi pigmentasi yang berlebihan, meningkatkan sirkulasi, dan memberikan membuat kulit Anda nampak bersinar alami. Hal ini juga yang mendasari digunakannya air kelapa sebagai salah satu bahan untuk membuat produk-produk kecantikan.

Air kelapa merupakan minuman isotonik alami yang amat baik untuk kesehatan tubuh kita, dan mempunyai kandungan elektrolit yang sama juga dengan darah kita. Dan juga air kelapa difungsikan pada waktu perang pasifik pada tahun 1941-1945 sebagai pengganti transfusi plasma darurat, dialirkan secara langsung dari buahnya pada para tentara yang sedang terluka.

Air kelapa banyak dikonsumsi secara langsung. Namun ada hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan air kelapa. Sekali terkena udara, air kelapa dapat cepat kehilangan kadar organ oleptik dan nutrisi serta dapat menyebabkan sistem permentasi. Oleh sebab itu, sebaiknya sehabis mengupas buah kelapa, maka segeralah mengkonsumi air kelapa tersebut.

Berikut ini beberapa khasiat dan manfaat air kelapa hijau untuk kesehatan tubuh kita.
  1. Meredakan suhu tubuh yang panas dan melindungi pada suhu yang cocok.
  2. Mengembalikan cairan tubuh yang hilang, sebab air kelapa merupakan salah satu minuman isotonik alami.
  3. Menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh.
  4. Menambah metabolisme dan kekebalan tubuh.
  5. Menurunkan berat badan dengan kalori yang rendah yang dikandungnya.
  6. Membantu membersihkan dan melancarkan saluran pencernaan.
  7. Mencegah dan mengobati diabetes, dikarenakan air kelapa rendah kadar gulanya.
  8. Menyeimbangkan ph tubuh serta mengurangi resiko terkena penyakit kanker.
  9. Menolong menyembuhkan batu ginjal serta saluran kemih.
  10. Air kelapa mempunyai banyak nutrisi dibandingkan susu, sudah pasti air kelapa rendah lemak serta kolesterol.
  11. Kandungan asam laurat yang terdapat pada air kelapa lebih baik dari susu bayi instan, biasanya juga terdapat juga pada ASI ( air susu ibu )
  12.  Air kelapa merupakan donor universal, dikarenakan kandungannya yang nyaris sama juga dengan darah manusia.
  13. Membersihkan racun dari dalam tubuh (detoxifikasi)
  14. Mengatasi jerawat, noda hitam, kerutan pada wajah dan kulit kering.
  15. Melebatkan dan menyehatkan rambut. dll

Unsur Nutrisi dan Kimia yang terkandung dalam Air Kelapa

Kadar air 90,59 %
Kalori 437 kkal/100gr
Minyak 26,67 %
Protein 10,67 %
Serat kasar 3,98 %
Total karbonhidarat 38,45 %
Pati 13,53 %
Glukosa 24,92 %

ASAM AMINO

Isoleusin 2,5 gr/16 gr N,
Leusin 4,9 gr/16 g N,
Lisin 2,7 gr/16 gr N,
Metionin 1,5 gr/16 gr N,
Threosin 2,3 gr/16 gr N,
Tripthopan 0,6 gr/16 gr N
Valin 3 ,8 gr/16 gr N

MINERAL

Fe 17 ppm
S 4 ,4 ppm
Cu 3 ,2 ppm
P 2.4 ppm

VITAMIN

vitamin C 10 ppm
vitamin B 15 IU, vitamin E 2 ppm
 
 
dari berbagai sumber
readmore »»  

Senin, 16 September 2013

SILASE

Silase adalah pakan yang telah diawetkan dengan cara disimpan dalam tempat kedap udara (kondisi an aerob /bebas O2 ) yang berbahan baku hijauan, hasil samping pertanian atau bijian dengan kadar air 60-70%.
Penyimpanan pada kondisi kedap udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi pada bahan silase.
Proses selama pembuatan silase disebut ‘ensilase’. Proses ini memerlukan waktu 2-3 minggu.
 
Proses yang terjadi pada pembuatan silase :
  • Menjaga jangan sampai udara luar masuk dalam wadah drum silo, jika masuk akan terjadi proses pembusukkan. Pada proses ini terjadi perombakan nilai nutrisi hingga ada kemungkinan turun.
  • Untuk sementara rumput dalam silo drum masih bernapas dengan udara di sekelilingnya dan menghasilkan CO2 + H2O + energy panas.
  • Setelah udara dalam drum silo habis, sel sel rumput akan berhenti bernapas dan daun akan mati sehingga terjadilah proses ENSILASE.
  • Adanya pengaruh bakteri, bakteri laktis acid, streptococcus laktis dan membentuk asam laktat /susu dalam pembuatan silase yang perlu di perhatikan adalah membantu bakteri penolong dengan jalan menambah subtract ( umbi umbian, gamblong, katul ) dan yang perlu di cegah adalah bakteri pembusuk yang terdiri dari bakteri clostridium sacharo butirat dan clostridium tyrobutirat, yang menghasilkan asam mentega.
Bakteri asam susu asam laktat dapat tumbuh baik bila dalam kondisi an aerob sehingga prosesnya di sebut peragian atau fermentasi, oleh karenanya agar bakteri penolong dapat bekerja optimal maka O2 harus di keluarkan secara maksimal. Proses pembentukan asam susu berjalan sampai ph 4 asam sehingga perkembangan bakteri clostridium akan terhambat, keadaan ini biasanya tercapai setelah 3-4 minggu.

Contoh bakteri asam laktat diantaranya adalah Streptococcus thermophillus, Streptococcus lactis, Lactobacillus lactis, Leuconostoc mesenteroides .

Selain bakteri pembentuk asam laktat, dalam bahan baku silase terdapat juga bakteri Clostridia. Bakteri ini mengkonsumsi karbohidrat, protein dan asam laktat sebagai sumber energi dan memproduksi asam butirat. Bakteri ini merugikan karena menguraikan asam amino (menurunkan kandungan protein dan menghasilkan ammonia) sehingga menyebabkan pembusukan silase. Keadaan yang mendukung pertumbuhan bakteri Clostridia adalah tingginya kadar air, terlalu lamanya proses respirasi, kurangnya bakteri asam laktat dan rendahnya karbohidrat. Inilah yang menyebabkan perlunya pelayuan bila kadar air bahan lebih dari 75% dan bahan tambahan dalam pembuatan silase hijauan.

Bahan tambahan untuk pembuatan silase dibedakan menjadi 2 jenis yaitu stimulant dan inhibitor. Bahan yang masuk kategori stimulant adalah bahan pakan sumber karbohidrat seperti molasses, onggok, dedak halus atau ampas sagu. Molasses dan onggok bisa ditambahkan sebanyak 1,5 - 2 % dari berat hijauan. Sedangkan kalau dedak halus sebanyak 5% dan kalau menggunakan ampas sagu diperlukan 7% dari berat hijauan. Urea juga bisa ditambahkan untuk meningkatkan kandungan protein silase berbahan baku jagung. Bahan stimulant lain yang juga bisa dipakai adalah SnS PRO, probiotic solution, sebagai mikrobia yang membantu proses ensilase yang sempurna.

Sedangkan bahan yang masuk kategori inhibitor diantaranya asam format, asam klorida, antibiotik, asam sulfat dan formalin. Penambahan inhibitor bermanfaat untuk proses ensilase tetapi masih asing bagi petani kita. Bahan stimulant lebih mudah didapatkan, harganya juga lebih murah dan lebih ramah lingkungan.

Proses pembuatan silase

Bahan Silase
  • Bahan Pakan Ternak (Rumput, Leguminosa/kacang-kacangan dll) : 100 kg
  • Molasses /tetes tebu ; 1,5 liter/ 100 kg bahan Pakan Ternak
  • SnS PRO, probiotic solution : 1 liter/100 kg bahan Pakan Ternak
  • Dedak : 5 kg/100 kg bahan Pakan Ternak
  • Tepung jagung : 5 kg/ 100 kg bahan Pakan Ternak
Cara pembuatan silase
  1. Bahan Pakan Ternak (Rumput, Leguminosa/kacang-kacangan dll) di potong potong sepanjang 5 cm,
  2. Larutkan molasses dan SnS PRO, probiotic solution kedalam air sebanyak 25-30 liter.
  3. Masukkan Bahan Pakan Ternak kedalam silo (tempat menyimpan silase bisa menggunakan drum plastic, plastic meteran tebal atau terpal berlapis plastic yang di tanam dalam lobang tanah), padatkan dengan cara diinjak-injak
  4. Taburkan secara merata bahan pengawet (Dedak dan Tepung jagung)
  5. Kucuri / siram dengan larutan air yang berisi larutan molasses dan SnS PRO,probiotic solution.
  6. Masukkan lagi Bahan Pakan Ternak kedalam silo, injak-injak hingga padat, taburi lagi dengan bahan pengawet, siram lagi dengan larutan molasses dan SnS PRO,probiotic solution. Begitu seterusnya hingga bahan silase dan bahan pengawet habis ,lalu tutup rapat agar udara dan sinar matahari tidak bisa menembus dalam silo.
Setelah 1 minggu atau 2 minggu atau 4 minggu silase sudah dapat di ambil, jika ingin di simpan lama dalam hitungan tahun, minimal peram/ fermentasi silase selama 1,5 bulan.
Silase di ambil secukupnya saja, misalnya untuk stock selama 7 hari, lalu di angin anginkan, setelah itu baru bisa di berikan ke ternak.
Setelah silase di ambil , jangan lupakan proses penutupan silo, yang rapat agar dalam silo bebas O2.

Ciri ciri silase yang baik :
  1. Rasa dan bau asam tape caramel
  2. Warna hijau dengan sedikit gradasi coklat
  3. Tekstur tetap seperti hijau daun
  4. Tidak berjamur, tidak berlendir dan tidak menggumpal


Dari berbagai sumber
readmore »»  

Kamis, 12 September 2013

KARBOHIDRAT

Secara Alamiah, Karbohidrat merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis.Zat makanan ini merupakan sumber energi bagi organisme heterotrof (makhluk hidup yang memperoleh energi dari sumber senyawa organik di lingkungannya).

Karbohidrat merupakan unsur senyawa organik yang disintesis dari senyawa anorganik yang mengandung unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O).

Berdasarkan Gugus Gula penyusunnya, Karbohidrat di bagi menjadi 3,Yaitu:

Monosakarida (C6H12O6)
Monosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari satu gugus gula.Monosakarida ini memiliki rasa manis dan sifatnya mudah larut dalam air. Contoh dari monosakarida adalah heksosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, monosa, ribosa (penyusun RNA) dan deoksiribosa (penyusun DNA).

Disakarida (C12H22O11)

Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula.Sama seperti monosakarrida, Disakarida juga memiliki rasa manis, dan sifatnyapun mudah larut dalam air. Contoh dari Disakarida adalah laktosa(gabungan antara glukosa dan galaktosa), sukrosa (gabungan antara glukosa dan fruktosa) dan maltosa (gabungan antara dua glukosa)

Polisakarida(C6H11O5)

Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari banyak gugus gula,dan rata-rata terdiri dari lebih 10 gugus gula.Pada umumnya polisakarida tidak berasa atau pahit,dan sifatnya sukar larut dalam air. Contohnya dari polisakarida adalah amilum yang terdiri dari 60-300 gugus gula berupa glukosa, glikogen atau gula otot yang tersusun dari 12-16 gugus gula,dan selulosa, pektin, lignin,serta kitin yang tersusun dari ratusan bahkan ribuan gugus gula dengan tambahan senyawa lainnya.

Bahan makanan yang mengandung banyak karbohidrat dan mudah di dapat antara lain adalah jagung, gandum, biji-bijian,sagu, ketela pohon, ketela rambat, kentang dan ubi.

Karbohidrat memiliki beberapa peran penting dalam tubuh manusia,antara lain adalah :
  • Sebagai sumber energi utama.Pada beberapa organ tubuh utama,seperti otak,lensa mata dan sel saraf,sumber energi yang diperlukan adalah glukosa,dan tidak dapat digantikan oleh sumber energi lainnya.Dalam proses respirasi,setiap 1 gram glukosa akan menghasilkan 4,1 kalori,
  • Berperan penting dalam proses metanolisme,menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel,jaringan,serta organ tubuh,
  • Membantu proses pencernaan makanan dalam prose pencernaan,
  • Membantu penyerapan kalsium,
  • Merupakan pembentuk senyawa lainnya,misalnya sebagai asam lemak sebagai penyusun lemak dan asam amino sebagai penyusun protein.
Sebagai komponen penyusun gen dalam inti sel yang amat penting dalam pewarisan sifat.Gen terdiri dari asam deoksiribunukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA) yang merupakan karbohidrat beratom C lima.

Merupakan senyawa yang membantu proses berlangsungnya buang air besar.selulosa merupakan polisakarida yang sulit dicerna,tetapi keberadaannya dala sisa pencernaan dapat mencegah konstipasi (sembelit)

Proses pencernaan karbohidrat

Metabolisme merupakan proses yang berlangsung dalam organisme,baik secara mekanis maupun kimiawi.Metabolisme itu sendiri terdiri dari 2 proses yaitu anabolisme(pembentukan molekul) dan Katabolisme(Penguraian molekul).Pada proses pencernaan makanan,karbohidrat mengalami proses hidrolisis(penguraian dengan menggunakan molekul air).Proses pencernaan karbohidrat terjadi dengan menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.

Ketika makanan dikunyah,makanan akan bercampur dengan air liur yang mengandung enzim ptialin (suatu α amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis di dalam mulut).Enzim ini menghidrolisis pati(salah satu polisakarida) menjadi maltosa dan gugus glukosa kecil yang terdiri dari tiga sampai sembilan molekul glukosa.makanan berada di mulut hanya dalam waktu yang singkat dan mungkin tidak lebih dari 3-5% dari pati yang telah dihidrolisis pada saat makanan ditelan.

Sekalipun makanan tidak berada cukup lama dlaam mulut untuk dipecah oleh ptialin menjadi maltosa,tetapi kerja ptialin dapat berlangsung terus menerus selama satu jam setalah makanan memasuki lambung,yaitu sampai isi lambung bercampur dengan zat yang disekresikan oleh lambung.Selanjutnya aktivitas ptialin dari air liur dihambat oelh zat asam yang disekresikan oleh lambung.Hal ini dikarenakan ptialin merupakan enzim amilase yang tidak aktif saat PH medium turun di bawah 4,0.

Setelah makan dikosongkan dari lambung dan masuk ke duodenum (usus dua belas jari),makanan kemudian bercampur dengan getah pankreas.Pati yang belum di pecah akan dicerna oleh amilase yang diperoleh dari sekresi pankreas.Sekresi pankreas ini mengandung α amilase yang fungsinya sama dengan α-amilase pada air liur,yaitu memcah pati menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.Namun,pati pada umumnya hampir sepenuhnya di ubah menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya sebelum melewati lambung.

Hasil akhir dari proses pencernaan adalah glukosa,fruktosa,glaktosa,manosa dan monosakarida lainnya.Senyawa-senyawa tersebut kemudian diabsorpsi melalui dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah.

Glukosa sebagai salah satu hasil dari pemecahan pati akan mengalami dau proses di dalam hati,yaitu:
  • Pertama, Glukosa akan beredar bersama aliran darah untuk memenuhi kebutuhan energi sel-sel tubuh
  • Kedua, jika di dalam hati terdapat kelebihan glukosa (gula darah),glukosa akan di ubah menjadi glikogen(gula otot) dengan bantuan hormon insulin dan secara otomatis akan menjaga keseimbangan gula darah.Glikogen di simpan di dalam hati,jika sewaktu-waktu dibutuhkan,glikogen di ubah kembali menjadi glukosa dengan bantuan hormon adrenaline.


Sumber : softilmu.blogspot.com
readmore »»  

MINERAL

Semua mahluk hidup memerlukan unsur inorganic atau mineral untuk proses kehidupan yang normal. Semua jaringan ternak dan makanan/pakan mengandung mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat beragam. Unsur inorganic ini merupakan konstituen dari abu yang tersisa setelah pembakaran dari bahan pakan.

Mineral yang esensial untuk ternak diklasifikasikan menjadi meineral makro dan mikro. Klasifikasi tersebut berdasarkan pada konsentrasi mineral di dalam tubuh ternak atau jumlah yang dibutuhkan ternak dalam ransum ternak. Secara normal, konsentrasi mineral mikro dalam tubuh ternak tidak lebih dari 50 mg/kg dan kebutuhan dalam ransum kurang dari 100 mg/kg. penyerapan mineral dalam bentuk ion terjadi melalui sirkulasi darah. Penyerapan tersebut terjadi di usus halus dan bagian anterior usus besar

Beberapa mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan dan reproduksi. Walaupun jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit, keseimbangan dalam tubuh harus tetap terjaga. Berdasarkan kegunaannya dalam aktifitasnya hidup, mineral dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan essensial dan non essensial. Berdasarkan jumlahnya, mineral dapat pula dibagi atas mineral makro dan mineral mikro (Parakasi, 1986).
 
Fungsi mineral secara umum dibagi menjadi 4 macam, yaitu: (1) untuk pembentukan struktur, (2) untuk fungís fisiologis, (3) sebagai katalis, (4) sebagai regulator. Kandungan pakan mineral dari bahan pakan nabati sangat bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti: genetik tanaman, keadaan tanaman tempat tumbuh tanaman tersebut, iklim, musim, tahap kematangan, dan ada tidaknya pemupukan terhadap tanaman. Leguminosa biasanya kaya akan mineral Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, dan Co. Rumput-rumputan banyak mengandung mineral Mg, Zn, dan Fe.

Magnesium ( Mg )

Magnesium merupakan mineral makro yang sangat penting. Sekitar 70% dari total Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang atau kerangka (Underwood, 1981), sedangkan 30% lainnya tersebar dalam berbagai cairan tubuh dan jaringan lunak (Tillman et al., 2003). Mg dibutuhkan oleh sebagian besar sistem enzim, berperan dalam metabolisme karbohidrat dan dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sistem saraf (Perry et al., 200 ). Selain itu Mg berperan penting untuk sintesis protein, asam nukleat, nukleotida, dan lipid (Girindra, 1988). Jika mineral Mg yang diberikan pada ternak kurang maka akan menyebabkan iritabilitas syaraf, convulsion, dan hypomagnesaernia. Namun, jika berlebih juga tidak baik untuk ternak, karena akan menyebabkan ekskreta basah.

Indikator defesiensi Mg adalah menurunnya kadar Mg dalam plasma menjadi 1,2 – 1,8 mg/100ml dari kadar normal sebesar 1,8 – 3,2 mg/100ml (McDowell, 1992). Tempat utama absorsi Mg pada ternak ruminansia adalah pada bagian retikulorumen, sekitar 25% Mg diabsorsi oleh hewan dewasa. Jumlah Mg yang diabsorsi menurun seiring dengan penurunan tingkat mineral di dalam pakan. Dalam kondisi defisiensi status Mg cadangan dalam tubuh untuk menggantikan sumbangan dari absorpsi Mg yang rendah (McDowell, 1992).

Tembaga ( Cu )

Mineral Cu adalah salah satu mineral yang sering dilaporkan defisien pada ternak ruminansia. Menurut McDowell (1992), defisien Cu dapat menyebabkan diare, pertumbuhan terhambat, perubahan warna pada rambut dan rapuh serta mudah patahnya tulang-tulang panjang. Defisiensi sekunder mineral mikro sering dialami oleh ternak ruminansia walaupun ternak diberi suplemen mineral dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan (Kardaya et al., 2001).
 
Unsur Cu diabsorpsi kurang baik oleh ruminansia dalam metabolisme tubuh (Kardaya, 2000). Meskipun Cu bukan merupakan bagian dari molekul hemoglobin, akan tetapi Cu ini adalah komponen yang sangat penting untuk pembentukkan sel darah merah dan menjaga aktivitasnya dalam sirkulasi (Nugroho, 1986). Unsur Cu terdapat dalam plasma darah, kandungan Cu secara normal dalam plasma darah adalah 0,6 Cu/ml (Underwood, 1981).

Besi ( Fe )

Lebih dari 90% Fe yang terdapat dalam tubuh terikat pada protein dan terutama pada hemoglobin darah mengandung Fe sebanyak 0,34%. Fe juga terdapat dalam mioglobin, hati, limpa dan tulang. Fe dalam serum darah terdapat dalam bentuk non hemoglobin yang disebut transferrin atau siderophilin. Pada individu normal hanya 30-40% transferrin yang membawa Fe, dalam keadaan normal plasma darah mengandung 240 – 480 mcg% ; pada sapi dewasa 130 – 140 mcg% (Church, 1991).

Fungsi Fe yang penting adalah untuk absorpsi dan transport O2 ke dalam sel-sel, Fe juga merupakan komponen yang aktif dari beberapa enzim yaitu sitokrom perioksidase dan katalase. Selain itu Fe berfungsi sebagai mediator proses–proses oksidasi (Tillman et al., 1998). Unsur Fe diabsorpsi sesuai dengan kebutuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status Fe dalam tubuh, umur hewan (Underwood dan Sutlle, 1999), kebutuhan metabolik tubuh, bentuk komponen zat besi yang terdapat dalam makanan dan ada tidaknya zat-zat nutrisi lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi (Piliang, 2002). Fe lebih banyak diabsorpsi oleh hewan yang defisien Fe dibanding hewan yang tercukupi kebutuhan Fe, karena absorpsi dan metabolisme Fe diatur oleh status Fe pada mukosa usus. Tempat absorpsi Fe pertama adalah duodenum (Underwood dan Sutlle, 1999). 
 
 
sumber : Intan Nursiam, Fakultas peternakan ITB
readmore »»  

Rabu, 11 September 2013

PROTEIN

Protein terbentuk dari satu atau lebih ikatan asam amino. Protein ini disebut juga polypeptide sebab beberapa asam amino saling berikatan dalam ikatan peptide. Protein yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna dengan berbagai enzim pencernaan untuk mendapatkan hasil akhir asam amino. Asam amino inilah yang akan diserap tubuh.
Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Apabila protein digunakan sebagai sumber energi, akan menghasilkan residu nitrogen yang harus dikeluarkan dari tubuh. Pada mamalia residu nitrogen adalah urea, sedangkan pada unggas disebut asam urat. Bahan makanan sebagai sumber energi akan mengandung protein atau asam amino yang tinggi, tetapi tidak semua bahan makanan yang mengandung protein dan asam amino yang tinggi dapat seluruhnya dimanfaatkan oleh tubuh, tergantung dari kualitas proteinnya. Ternak dapat tumbuh dan berproduksi dengan efisiensi maksimum bila di dalam tubuh terdapat asam amino dengan jumlah yang cukup, yaitu asam amino essensial yang harus ada dalam ransum dan asam amino non essensial yang disintesis di dalam tubuh.

Protein
Protein berasal dari kata Yunani "protos" yang berarti pertama yang paling penting. Protein terdiri dari bermacam-macam golongan makromolekul heterogen. Walaupun demikian semuanya merupakan turunan dari polipeptida dengan berat molekul yang tinggi, secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dengan berat molekkul yang tinggi.

Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dan protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Untuk protein kompleks, bagian polipeptida dinamakan aproprotein dan keseluruhannya dinamakan haloprotein. Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan polimer alam yang tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida(Hart, 1987).

Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein(Girinda, 1990).

Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga(Winarnno,1997).
Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya. Semua molekul dengan jenis protein tertentu mempunyai komposisi dan deret asam amino dan panjang rantai polipeptida yang sama.

Protein memiliki fungsi sebagai berikut(Lehninger,1996):
  • Enzim,merupakan katalisbiokimia
  • Pengukur pergerakan
  • Alat pengangkut dan penyimpan
  • Penunjang mekanisme tubuh
  • Pertahanan tubuh (imune atau anti-bodi)
  • Media perambatan impuls saraf
  • Pengendali pertumbuhan
Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya adalah gugus pada molekul unit pembangunan protein yang relatif sederhana dibangun dari rangkaian dasar yang sama, dari 20 asam amino mempunyai rantai samping yang khusus, yang berikatan kovalen dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang khusus yang memberikan sifat kimia masing-masing individu, kelompok 20 unit pembangunan ini dapat dianggap sebagai abjad struktur protein(Lehninger, 1996).

Telur

Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti lemak, protein, vitamin dan mineral, serta memiliki daya cerna yang tinggi (Sirait, 1986). Jumlah albumen dalam satu bulatan utuh telur ialah sekitar 60%, mengandung lima jenis protein dan sedikit karbohidrat (http://sukarno.web.ugm.ac.id/index.php/category/perunggasan, 2008). Albumen atau lazimnya disebut putih telur merupakan protein globular yang tidak rapat atau tersusun dalam aturan tertentu. Molekul air mudah menerobos ke ruang-ruang kosong dalam molekul protein. Protein globular dapat terdispersi dengan baik dalam air atau larutan garam, membentuk koloid, serta terpengaruh oleh asam, alkali dan panas (Gaman dan Sherrington, 1992). Rasyaf (1985) menyatakan terdapat lima jenis protein dalam putih telur yakni ovalbumin, ovomukoid, ovomusin, ovokoalbumin, dan ovoglobulin.

Putih telur segar dipandang sebagai sistem protein yang terdiri dari serat ovomucin di dalam larutan aquaeus yang banyak mengandung protein (Feeney, 1964). Ovomucin, dengan kandungan karbohidrat sekitar 10%, merupakan protein yang paling umum ditemukan di lapisan tengah albumen. Ovomucin hanya dapat larut dalam larutan alkali (Powrie, 1981).

Bentuk telur itik yang normal sama dengan telur ayam yang ovaldengan salah satu ujung meruncing, sedang ujung yang lain tumpul. Bentuk seperti itu berguna untuk mmeningkatkan daya tahan kulit telur terhadap tekanan mekanis serta mengurangi kemungkinan tergelincir pada bidang datar (Medved, 1986)

Telur puyuh dihasilkan dari ternak burung puyuh. Ternak ini menghasilkan daging, cepat bertelur dan jumlah telur yang potensial. Telur puyuh merupakan sumber alternatif sumber protein bagi masyarakat dalam meningkatkan gizi (Fardiaz, 1986)

Denaturasi Protein

Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul protein.

Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat-sifat biologis suatu protein(Fessenden,1989).
Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut.

Denaturasi dapat bersifat reversibel, jika suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang lembut seperti perubahan pH. Jika protein dikembangkan kelingkungan alamnya, hal ini untuk memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut denaturasi. Denaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali(Fessenden, 1989).Koagulasi dapat ditimbulkan dengan pemanasan, penambahan asam dan perlakuan alkali (Damayanthi, 1994). Proses pemanasan menyebabkan protein telur terdenaturasi sehingga serabut ovomucin terurai menjadi struktur yang lebih sederhana Interaksi antara protein dan panas mengakibatkan terjadinya koagulasi protein (Alais dan Linden, 1991). Umumnya protein mengalami denaturasi dan koagulasi pada rentang suhu sekitar 55-75°C (De man, 1997). Apabila protein dipanaskan atau dipanaskan atau ditambah alkohol maka protein akan menggumpal, yang disebabkan karena terjadinya penarikan mantel air dari molekul-molekul protein. Penggumpalan ini dapat terjadi akibat enzim-enzim yang dapat menghidrolisa protein. (Winarno, 1974)


sumber : Intan Nursiam, Fakultas Peternakan ITB
readmore »»  

Kamis, 05 September 2013

MAREKS

Sebutan penyakit Mareks diberikan sebagai penghargaan kepada seseorang yang pertama kali mengadakan penelitian tentang sesuatu penyakit. Pada tahun 1907 orang yang bernama Marex menemukan dan menamakan penyakit ini dengan nama Polyneuritis, yakni suatu penyakit yang pada umumnya menyerang syaraf. Pemberian nama suatu penyakit yang berorientasi pada syaraf berubah-ubah tergantung kepada para ahli yang menelitinya, ada yang menyebut : Range paralysis, Fowl paralysis atau Neuro Lymphomatasis dan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan : Avian Reucosis Complex
Hasil penelitian Calnek dan Witter (1972), penyakit mareks dikeluarkan dari kelompok Avian Leucosis Complex. Sedangkan di Indonesia penyakit semacam ini dikenal dengan sebutan penyakit mareks atau marex.

Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya peternak unggas, maka petani peternak unggas di Indonesia tidak ketinggalan dari masalah penyakit mareks ini. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar di kalangan petani peternak unggas, baik yang memelihara sambilan maupun berskala besar.

Di Indonesia adanya penyakit mareks baru pertama kali dilaporkan oleh de Boer dan Djaenudin pada tahun 1949 (Sofyan SD, 1980). Aetiologi atau penyebab penyakit mareks ini adalah virus DNA. Penyakit ini dapat menyerang semua jenis ternak unggas.

Pada ayam, penyakit mareks menyerang ayam-ayam umur muda, setelah ayam berumur 3 minggu atau berkisar 1 sampai dengan 4 bulan. Sedangkan pada ayam dewasa jarang sekali dijumpai. Penyakit mareks tersebar di seluruh dunia, baik yang beriklim tropis mupun sub tropis, termasuk di Indonesia. Apabila ayam terinfeksi oleh virus mareks, maka virus ini akan masuk melalui kulit ke dalam tubuh ayam dan biasanya melalui kulit-kulit yang kotor oleh debu atau kotoran lainnya, terutama debu-debu kandang. Karena itulah kandang diusahakan harus selalu bersih dari debu-debu dan bulu-blulu bekas pada saat molting.

Tanda-tanda penyakit mareks adalah : 
  • Pincang, 
  • Lumpuh pada sayap atau leher, 
  • Kadang-kadang matanya menjadi buta kelumpuhan pada kaki yang ditandai dengan satu kaki menghadap ke depan dan satunya menghadap ke belakang.
Penyakit mareks mempunyai empat macam bentuk dan dapat digolongkan berdasarkan organ-organ yang terserang yaitu :
  1. Neural. Tanda-tanda dari penyakit tipe ini adalah jengger pucat, kelumpuhan (paralyse) pada sayap dan kaki yang dapat dilihat pada sayap yang jatuh dan inkordinasi dari kaki-kaki dimana satu terenggang ke depan yang satunya ke belakang atau sebaliknya.
  2. Viseral. Penyakit tipe ini, organ-organ yang terserang adalah hati (hepar), ginjal, testis, ovarium dan lympha (lien). Warna organ-organ tersebut berubah menjadi pucat dan pada hati terjadi pembesaran dua sampai empat kali dari keadaan normal dan banyak dijumpai pula tumor-tumor.
  3. Ocular. Tipe ini ditandai dengan kebutaan pada mata atau iris (conjunktiva) dan maka akan berwarna kelabu seperti mutiara.
  4. Skin form. Tipe ini ditandai adanya tumor-tumor di bawah kulit (sub cutan) dan otot-otot (musculus).
Untuk mendiagnosa apakah benar penyakit yang terjadi pada ayam benar-benar penyakit mareks, berdasarkan pada : gejala klinis dan pemerikasaan laboratoris. Pada kenyataannya sering dijumpai bahwa penyakit Avian Leucosis Complex dikaburkan dengan penyakit mareks. Pada penyakit ini tanda-tanda klinis hampir sama dengan mareks, akan tetapi biasanya penyakit tersebut sering menyerang pada ayam yang berumur empat sampai lima bulan. Oleh karena itu peternak harus lebih berhati-hati dalam mendiagnosa penyakit mareks ini, dan untuk lebih meyakinkan perlu diadakan pemerikasaan laboratoris.

Faktor Prediksi atau Predisposisi Penyakit Mareks.
 
Faktor yang mendorong berjangkitnya penyakit mareks pada ayam antara lain :
  • Perkandangan. Kandang yang kurang bersih, berdebu dan lembab mendorong berjangkitnya mareks
  • Pemeliharaan. Pola pencampuran ayam muda dengan ayam dewasa (tidak seragam umurnya)
  • Stress. Ayam yang stress mudah terserang penyakit
  • Adanya penyakit lain. IBD dan beberapa penyakit lain yang menurunkan kekebalan berpotensi terserang mareks
  • Faktor genetis. Kekebalan induk yang diturunkan kepada anaknya berbeda. Kadang ada jenis ayam yang mempunyai kekebalan yang lebih tinggi dibandingkan jenis lain.
Pencegahan

Untuk mencegah penyebaran mareks tindakan yang harus dilakukan adalah Melakukan desinfeksi kandang dan peralatannya, Mengontrol penyebaran penyakit dan meminimalisir ternak kontak langsung dengan manusia. 
 
Mengingat mareks dapat menimbulkan kematian ayam 30-60%, maka dari sisi ekonomi kerugian yang ditimbulkan cukup tinggi.
 
 
sumber : poultryindonesia.com
readmore »»  

Minggu, 01 September 2013

RESISTENSI

Resistensi adalah suatu kejadian ketidakpekaan mikroorganisme patogen terhadap obat-obatan yang diberikan yang terjadi sebagai akibat dari suatu proses kesalahan diagnosa, kesalahan pemilihan jenis obat, kesalahan penentuan dosis obat, kesalahan cara aplikasi obat dan lain-lain.

Mekanisme resistensi obat pada bakteri ada 4 macam yaitu :
  • Bakteri menghasilkan enzim spesifik yang dapat menghancurkan antibiotik,
  • Bakteri merubah struktur lapisan luar tubuhnya sehingga antibiotik tidak dapat masuk, antibiotik yang sudah masuk ke dalam sel bakteri dikeluarkan lagi.
  • Bakteri merubah struktur target antibiotik (ribosom inti sel) sehingga antibiotik tidak mengenalinya lagi.
Kejadian resistensi bisa dipastikan akan terjadi, baik dalam waktu cepat maupun lama. Menghindarinya merupakan sesuatu hal yang sulit, apalagi dengan kondisi peternakan seperti sekarang ini. Banyak peternak yang berani meracik obat/ antibiotik sendiri yang terkadang tanpa memperhatikan dosis dan aturan pakai dari obat sendiri, mengkombinasikan sendiri lebih dari satu jenis antibiotik tanpa memperhatikan factor sinergis – antagonis dari masing-masing jenis obat yang dikombinasi, Fanatisme peternak terhadap preparat antibiotik tertentu sehingga pemakaian jenis antibiotik tertentu itu berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama yang kesemuanya dapat menimbulkan kejadian resistensi.

Berikut langkah yang dapat dilakukan untuk menekan terjadinya resistensi :

1. Diagnosa penyakit 

Diagnosa penyakit merupakan cara untuk menentukan/menetapkan jenis penyakit atau mikroorganisme yang menginfeksi ke dalam tubuh ayam. 

Melakukan diagnosa penyakit dapat diibaratkan dengan menyusun sebuah “puzzle”. Ketelitian, kejelian dan pengalaman dalam menganalisis menjadi kunci utama untuk mendiagnosa penyakit. Bagian-bagian “puzzle” yang harus dikumpulkan adalah :
  • Anamnese atau keterangan dari peternak yang meliputi sejarah penyakit, program pengobatan dan vaksinasi yang telah dilakukan serta kondisi/sejarah peternakan. 
  • Mengamati gejala klinis yang muncul dan melakukan bedah bangkai guna mengetahui perubahan patologi anatomi tubuh ayam. 
  • Pemeriksaan laboratorium (merupakan bagian yang bisa dilakukan maupun tidak). 
Diagnosa penyakit secara tepat merupakan penentu utama keberhasilan pengobatan. Diagnosa penyakit yang keliru akan berakibat terapi pengobatan yang dilakukan tidak akan mencapai tujuan yang dikehendaki yaitu kesembuhan ayam.

2. Pemilihan Jenis Obat

Pemilihan obat tidak bisa dilakukan sembarangan tetapi membutuhkan pengetahuan khusus tentang obat. Pemilihan obat yang di lakukan secara sembarangan tentu akan berakibat penyakit sulit diatasi.

Jenis obat yang beredar di peternakan sangat banyak. Bahkan untuk mengatasi satu jenis penyakit tersedia beberapa jenis obat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat adalah golongan antibiotik atau khemoterapeutik yang terkandung dalam obat tersebut. Guna mempelajari hal tersebut dibutuhkan keahlian tersendiri Namun sebagai peternak, langkah awal pemilihan obat yang tepat adalah mengetahui spektrum kerja dan antibiotik.

Pemakaian obat berspektrum memang berguna pada saat gejala klinis ayam belum muncul namun penggunaannya sebaiknya dibatasi. Pilih obat yang spesifik karena potensi obat tersebut umumnya lebih baik. Obat yang akan digunakan juga harus diperiksa kualitasnya antara lain tanggal kadaluwarsa (expired date) dan kondisi fisik yang meliputi warna dan bau.

3. Penentuan dosis obat 

Masalah dosis obat sering kali disepelekan oleh peternak. Mari kita cermati bersama. Seberapa sering kita memberikan obat dengan dosis kurang atau double dosis? Pernahkan Anda menghentikan waktu pengobatan Sebelum waktu yang dianjurkan selesai dengan alasan ayam sudah tidak menunjukkan gejala sakit? Jika Anda pernah dan sering metakukan kedua hal itu maka Anda harus bersiap-siap menghadapi kasus pengobatan penyakit yang tak kunjung sembuh. Hal tersebut disebabkan kedua faktor itu menjadi pemicu terjadinya resistensi.

Pemberian obat double dosis terkadang memang menghasilkan efek pengobatan yang cepat. Namun dilain sisi efek negatif dan obat seperti toksisitas (keracunan) dan kerusakan ginjal akan ditemukan. Selain itu, mikroorganisme menjadi terbiasa dengan double dosis, sehingga saat diberikan dosis yang biasa menjadi tidak mempan. Akibatnya kita harus melakukan pergantian jenis antibiotik yang digunakan. Sama halnya dengan pemberian obat dengan dosis lebih rendah atau penghentian pengobatan sebelum waktu yang dianjurkan akan menyebabkan mikroorganisme yang menginfeksi tidak terbasmi secara tuntas. 

Gejala klinis yang telah hilang tersebut bukan berarti tubuh ayam telah bebas dari bibit penyakit. Tetapi jumlah bibit penyakit telah menurun di bawah level munculnya gejala klinis. Oleh karena itu, obat sebaiknya diteruskan sampai waktu pengobatan selesai (sesuai yang tertera dalam leaflet maupun etiket produk).

4. Aplikasi obat

Cara pemberian obat yang umum dilakukan di peternakan adalah secara oral (melalui saluran pencernaan) dan parenteral (melalui suntikan). Cara pemberian tersebut tergantung dan target organ yang akan dituju, kondisi ternak dan sifat dari antibiotik.

Pemberian obat secara oral dapat dilakukan dengan cekok, melalui air minum maupun dicampur ransum. Pembagian teknik pemberian obat tersebut berdasarkan sifat dan antibiotik yang terkandung dalam obat. Obat yang diberikan melalui ransum mempunyai kandungan zat aktif yang tidak mudah rusak atau bereaksi dengan zat-zat yang terdapat dalam ransum, seperti mineral, protein maupun vitamin. Antibiotik yang dapat diberikan melalui ransum adalah tylosin dan basitrasin. Sedangkan tetrasiklin sebaiknya tidak diberikan dengan dicampur ransum karena antibiotik tersebut akan berikatan dengan kalsium sehingga penyerapannya menjadi berkurang.

Beberapa antibiotik tidak bisa diberikan secara oral tetapi harus secara parenteral. Contohnya streptomisin dan kanamisin tidak diserap oleh usus sehingga untuk tujuan pengobatan sistemik harus diberikan secara parenteral. Sedangkan untuk pengobatan infeksi di daerah usus sebaiknya digunakan antibiotik yang tidak mudah diserap oleh usus melalui aplikasi oral.

Pemberian obat dengan cara dicampur dengan air minum juga harus memperhatikan kualitas air yang dapat menurunkan potensi obat, seperti pH, kesadahan dan keberadaan logam berat (besi, tembaga). Selain itu, air minum yang mengandung obat juga tidak boleh terkena sinar matahari Secara langsung karena dapat menurunkan potensi obat.

5. Kombinasi obat

Kombinasi antibiotik juga merupakan salah satu cara untuk menekan terjadinya resistensi. Mengkombinasi-kan antibiotik tidak bisa dilakukan sembarangan karena dapat mengakibatkan penurunan potensi antibiotik atau daya kerja obat. Syarat kombinasi antibiotik adalah kedua antibiotik mempunyai sifat yang sama (bakterisid dan bakterisid, bakteriostatik dan bakteriostatik) dan sebaiknya berasal dari golongan yang berbeda. Saat ini, produk yang mengandung kombinasi antibiotik telah banyak tersedia, Oleh karena itu, selayaknya kita selaku peternak tidak perlu mengkombinasikan obat sendiri karena apabila tidak paham dapat berakibat sebaliknya (red.ayam tidak sembuh).

6. Rolling obat / pergantian jenis obat

Penggunaan obat yang sama secara terus-menerus dapat menyebabkan mikroorganisme patogen mengembangkan pertahanan terhadap obat tersebut. Akibatnya, kemungkinan munculnya resistensi semakin besar. Oleh karena itu perlu dilakukan rolling pemakaian obat. Rolling obat dapat diartikan sebagai pergantian jenis obat yang digunakan. Pergantian jenis obat bukan hanya diartikan pergantian merk atau produsen obat melainkan pergantian golongan zat aktif obat. Secara mendetail masalah rolling obat dapat dikonsultasikan ke tenaga kesehatan hewan yang ada di lapangan. Rolling obat sebaiknya dilakukan setiap 3-4 periode pengobatan.



Sumber : Info medion
readmore »»