Anda adalah pengunjung ke :

Jumat, 14 Maret 2014

CEKAMAN PANAS Dan Metode Pemberian pakan

AYAM merupakan hewan homeothermis atau berdarah panas dengan temperatur tubuh sekitar 105° - 107° F atau 40,6° - 41,7° C. Dengan temperatur tinggi ini, ayam memiliki kemampuan terbatas untuk dapat menyesuaikan diri dengan temperatur lingkungan dibandingkan dengan manusia yang memiliki temperatur tubuh lebih rendah yaitu 37°C. 
 
Ayam merasa sangat tertekan jika terjadi kenaikan suhu lingkungan dari temperatur idealnya yaitu sekitar 21°C. Panas menjadi problem serius bagi ternak unggas, ayam yang dipelihara secara intensif sangat merasakan tekanan tersebut. Secara visual terlihat dari tingkah laku ayam selama panas mikro dalam kandang menimpa dirinya mulai dari meningkatnya volume air minum yang dikonsumsi yang pada akhirnya diikuti dengan menurunnya intake pakan, panting, munculnya temperamen kanibalisme sampai akibat yang fatal adalah kematian mendadak (sudden dead syndrome). Hal ini dapat dimengerti didalam kandang batere (layer) dan postal (broiler) hampir semua kebutuhannya tergantung pada management yang diterapkan peternak terhadapnya. 
 
Cekaman panas mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh ayam.perubahan fungsi ini terjadi dalam upaya adaptasi terhadap temperatur lingkungan yang ekstrim (suhu lebih dari 26°C). Dalam keadaan ini ayam terutama akan mengurangi konsumsi ransum dan meningkatkan konsumsi minum agar produksi panas dalam tubuh (heat increment) diproduksi terbatas dan dapat dibuang ke lingkungan melalui kerja fisik, khemis, syaraf dan hormon. Artinya tubuh membutuhkan energi perawatan (maintenance) cukup besar untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuhnya. 
 
Konsekuensi dari penurunan konsumsi ransum yang diikuti dengan meningkatkan konsumsi air minum mengakibatkan nutrien penting dan kritis untuk produksi, seperti asam amino, mineral maupun vitamin jelas akan ikut turun, feaces atau kotoran ayampun menjadi encer yang berakibat litter menjadi basah (broiler) dan meningkatnya gas amonia dan methan dalam kandang, yang pada akhirnya memicu munculnya gangguan pernafasan pada ayam. Menurut beberapa peneliti terdapat penurunan konsumsi ransum sebesar 1,7 % setiap kenaikan suhu 1°C yang dimulai pada suhu 21°C.jika temperatur naik mencapai 30°C, maka penurunan konsumsi tersebut mencapai 2,3 %.
 
Pada ayam layer kondisi panas tinggi dalam kandang baik itu karena radiasi panas lingkungan maupun panas yang dihasilkan dari respirasi dan metabolisme tubuh ayam mengakibatkan turunnya kualitas telur, tebal kerabang menjadi lebih tipis. Pada kondisi panas ayam lebih banyak panting (nafas terengah-engah) sebagai upaya menjaga suhu tetap normal, namun dibalik itu respirasi (pernafasan) itu ayam banyak melepas CO2. padahal karbon dioksida secara kimia bermanfaat dalam proses pembentukan kerabang telur. 
 
Untuk menyikapi segala permasalahan yang muncul akibat cekaman panas lingkungan atau akibat dari kepadatan (over crowding) dan pengaturan aliran udara (ventilasi) yang kurang baik dalam tata laksana pemeliharaan ayam baik broiler maupun layer, adalah menciptakan suasana yang nyama bagi ayam, sehingga ayam dapat makan pada lingkungan yang nyaman sehingga kebutuhan nutrien optimal dapat terpenuhi. 
 
Pola pemberian pakan 25 % di pagi hari dan 75 % pada saat suhu siang hari mulai turun dari suhu 26°C, kiranya adalah langkah yang tepat yang dapat diambil oleh para peternak guna menyikapi cekaman panas mikro dalam kandang. 
 
Perlakuan puasa disiang hari bukan tanpa alasan karena pada saat panas ayam terlihat lemas, lebih banyak diam dan aktifitas makan menjadi berkurang. Jika kita lakukan pengamatan lebih jauh jika ayam makan pada siang hari yang panas apalagi di musim kemarau memicu ayam untuk sering minum, akibatnya litter menjadi basah (pada ayam broiler) dan makanan sepertinya cepat menjadi feaces (tinja) dan masih berwarna kekuningan. Nampaknya bahan makanan seperti jagung, bungkil kedele, dll belum tercerna apalagi terserap usus. Nafas ayam tersengau-sengau membuang panas tubuh,hal ini seolah memberi penjelasan bahwa lolosnya makanan tanpa terserap menyebabkan ayam makan terus dan tentu keadaan ini berakibat meningkatnya konfersi ransum (FCR). Jadi kesimpulannya, pemberian pakan pada saat panas disiang hari justru sebagai pemborosan dan buang-buang ransum,karena pada saat panas tersebut konsentrasi oksigen rendah, sehingga mengganggu metabolisme. Sementara itu konsumsi ransum rendah dan makanan tersebut tidak tercerna dengan sempurna, feaces banyak dengan teksture lembek dan litter basah. Keadaan ini mengakibatkan amonia tinggi yang berakibat pernafasan ayam terganggu. 
 
Pemberian SnS PRO Probiotic Solution kiranya cukup tepat pada kondisi seperti ini karena, Penggunaan SnS PRO Probiotic Solution pada ternak unggas dapat menurunkan aktivitas urease (suatu enzim yang bekerja menghidrolisis urea menjadi ammonia) sehinggga pembentukan amonia menjadi berkurang. Amonia adalah suatu bahan yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak unggas (YEO AND KIM, 1997).




(dari berbagai sumber)
readmore »»  

Jumat, 07 Maret 2014

PENGARUH KUALITAS UDARA TERHADAP PERFORMANCE AYAM

Udara adalah suatu zat yang tidak berwarna dan tidak berbentuk namun keberadaan dan ketersediaanya menjadi hal yang sangat vital bagi kehidupan. Saat ayam tidak memperoleh makan dan minum selama jangka waktu tertentu, ayam masih mampu bertahan hidup. Namun apa yang terjadi bila ayam tidak memperoleh udara dalam hitungan detik..??

Kualitas udara yang baik ditunjukkan dari tingginya kadar oksigen (02) dan rendahnya kadar karbon dioksida (CO2) dan zat lainnya, seperti ammonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S)

Amonia (NH3)

Amonia merupakan gas alkali dan tidak berwarna. Gas amonia ini dihasilkan dari proses pengomposan (decomposition) bahan organik atau dari subtansi nitrogen (seperti sisa protein atau asam urat yang terdapat dalam feses) oleh bakteri ureolitik

Amonia terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk terikat atau terlarut dalam cairan feses (NH4OH) dan bentuk gas (NH3).

Gas amonia mempunyai daya iritasi yang tinggi, terutama pada mukosa membran pada mata dan saluran pernapasan ayam. Terlebih lagi jarak antar saluran pernapasan ayam dengan feses, sebagai sumber amonia begitu dekat (< 20 cm). Tingkat kerusakan akibat amonia sangat dipengaruhi oleh konsentrasi gas ini. Konsentrasi amonia yang aman dan belum menimbulkan gangguan pada ayam ialah dibawah 20 ppm (part per million atau 1 : 1 juta). Diluar ambang batas aman ini, akan menimbulkan kerugian pada ayam, baik berupa kerusakan membran mata dan pernapasan sampai hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur. kerusakan membran saluran pernapasan akan berakibat ayam rentan terhadap infeksi penyakit karena membran saluran pernapasan merupakan gerbang pertahanan terhadap infeksi bibit penyakit.

Hidrogen sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida merupakan gas beracun yang dihasilkan dari penguraian materi organik, seperti feses oleh bakteri anaerob. Gas ini bisa merusak sistem pernapasan ayam dan menghambat sistem enzim. Ayam yang menghirup hidrogen sulfida dengan konsentrasi 2.000-3.000 ppm selama 30 menit akan mengakibatkan frekuensi dan volume pernapasan menjadi terganggu dan tidak teratur. Ayam akan mati saat menghirup H2S dengan kadar 4.000 ppm selama 15 menit.

Penyebab Pencemaran Udara
  • Sistem sirkulasi udara yang kurang bagus
  • Kasus wet droping (feses basah)
  • Managemen litter yang kurang baik
  • Kepadatan kandang yang melebihi kapasitas

Pencegahan dan penanganan

- Pengaturan sirkulasi udara

Perhatikan manajemen buka tutup tirai, penggunaan lantai slat (panggung), mengatur jarak kandang dan juga penambahan blower atau fan (kipas). Yang perlu diperhatikan ialah angin jangan mengenai tubuh ayam langsung dan kecepatannya sebaiknya tidak lebih dari 2,5 – 3 m/detik untuk ayam dewasa atau < 0,3 – 0,6 m/detik.

- Atasi kasus wet droping

Perhatikan kualitas ransum Dalam hal ini utamanya kadar garam dan protein kasar. Sesuaikan kadar protein kasar dan garam sesuai dengan kebutuhan ayam. Pastikan asupan ransumnya juga sesuai dengan standar kualitas ransum. Bisa saja kualitas ransum ayam sudah sesuai namun karena feed intake yang berlebihan menyebabkan kadar protein dan garam terlalu berlebih.

Lakukan pengobatan jika kasus wett droping disebabkan oleh infeksi penyakit saluran pencernaan misalnya E,koli.

Lakukan treatment dengan memberikan SnS PRO probiotik solution karena merupakan sediaan supplement probiotik yang mana mikroba di dalamnya berfungsi sebagai enzim proteolitik (pengurai protein), lipolitik, selulolitik dan mikroba asam lambung maupun lignolitik (pengurai serat kasar), yang mampu Meningkatkan kecernaan zat gizi dari pakan yang dikonsumsi sehingga Kualitas ransum menjadi lebih baik, Kadar air feses lebih rendah (feses lebih kering) dan menurunkan kadar H2S.

- Managemen litter yang baik

Manajemen litter ini dimulai dari pemilihan bahan litter yang baik (kering, tidak berdebu, mampu menyerap air secara optimal) dalam jumlah yang cukup (tidak terlalu tipis).

Atur ketebalan litter. ketebalan litter pada saat chicks in ialah 8- 12 cm dengan tujuan agar DOC lebih hangat, feses lebih kering dan litter tidak mudah menggumpal.

Pada 3 hari setelah chicks in lakukan pembolakbalikan litter (lakukan secara teratur setiap 3-4 hari sekali).

Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit, terutama di sekitar tempat makan, tempat minum dan di depan pintu segera ambil dan ganti dengan yang baru. Namun jika jumlah litter yang menggumpal banyak, ditambahkan litter baru.

- Pengaturan Kepadatan Kandang yang ideal

Kepadatan kandang ideal per 1 m2 untuk ayam pedaging dewasa ialah 6-8 ekor dan ayam petelur 8-10 ekor. Pada masa brooding lakukan pelebaran sekat kandang secara teratur sesuai pertumbuhan ayam sampai seluruh kandang ditempati.

dari berbagai sumber

readmore »»  

Rabu, 05 Maret 2014

MALABSORBSI (Pada Ayam Petelur dan Pedaging)

Malabsorpsi berpengaruh terhadap turunnya efisiensi pertumbuhan karena terjadi defisiensi nutrisi akibat kegagalan penyerapan. Efek lain adalah penurunan berat badan dan peningkatan kematian

Malabsorpsi adalah kondisi abnormal di dalam saluran pencernaan yang ditandai dengan ketidakmampuan usus untuk menunaikan tugasnya dimana kasus ini jika terjadi pada ayam broiler akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan.

Pada kejadian di lapangan maka malabsorpsi akan berpengaruh terhadap turunnya efisiensi pertumbuhan karena terjadi suatu defisiensi nutrisi akibat kegagalan penyerapan. Efek lain adalah terjadi penurunan berat badan dan dapat berakibat terjadinya peningkatan kematian.

Secara umum ada 3 macam kategori penyebab terjadinya malabsorbsi yaitu

- Malabsorbsi karena infeksi (infectious agent)
- Malabsorbsi non infeksi (non infrctious agent),
- Malabsorbsi fisiologis (physiology malabsorpsi).

Malabsorpsi karena infeksi (infectious agent)

Penyebab malabsorbsi karena infeksi antara lain :

- Penyebab Virus

Contoh virus yang dapat menyebabkan malabsorpsi antara lain reovirus yang menyebabkan terjadinya enteristis sehingga nutrisi gagal diserap oleh ayam. Jenis virus yang lain adalah rota virus dan calci virus. Gejala yang nampak antara lain sindroma gangguan pertumbuhan seperti runting dan stunting, ayam kelihatan pucat, bulu abnormal dan terjadi diare.

- Penyebab bakteri

Misalnya adalah spesies clostridium, yang dapat menyebabkan terjadinya ulcerasi dan necrotic enteritis.

- Penyebab protozoa

Adalah Emeria maxima yang menyebabkan koksidiosis pada ayam, Crypto sporidium.

Malabsorbsi Non-infeksi (non infectious malabsorbtion)

Biasanya berupa toxin (racun) yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Toxin bisa berasal dan pakan, minum. Racun yang berasal dan pakan misalnya jenis tanin dan inhibitor tripsin. Zat ini terdapat pada sorgum, dan soybean meal(bungkil kedele).

Zat ini menyebabkan enteritis dan selanjutnya terjadi malabsorpsi. Air minum dengan kandungan nitrit yang tinggi juga dapat menyebabkan malabsorsi. Jenis penyebab noninfeksi lainnya mycotoxin yaitu toxin yang dihasilkan dan jamur misalnya Fusarium menghasilkan mycotoxin T2, Aspergillus sp menghasilkan ajiatoxin dan fusarium menghasilkan DAS. Mycotoxin lainnya adalah Ochratoxin menyebabkan penebalan dinding usus yang menurunkan kesempatan menyerap nutrisi.

Malabsobrsi Fisiologi.

Malabsobrsi Fisiologi merupakan kejadian yang disebabkan berkurangnya kemampuan pencernaan ayam akibat adanya gangguan fisiologi secara normal. Salah satu penyebab kejadian ini adalah musim yang terlalu panas, konsumsi garam yang berlebihan.

Cara Mengatasi

Jadi pada dasarnya kejadian malabsorbsi merupakan sesuatu yang komplek dan ada beberapa hal yang berpotensi Manajemen pemberian pakan, biosecurity, kualitas air minum, kebersihan kandang, dan kualitas pakan itulah potensi yang harus menjadi fokus utama.

Mengatasi kasus ini haruslah dipilah pilah sesuai dengan etiologi kasus.
Cara yang paling mujarab adalah mencari penyebab primer dari kasus ini baru kemudian diteruskan dengan terapinya:

1. Etiologi primer karena infeksi.

Bila etiologi primer karena infeksi maka harus dipastikan dahulu apakah karena virus bakteri atau protozoa.

Jika karena virus maka tidak ada treatment obat atau semacamnya karena obat tidak akan menghasilkan suatu kesembuhan. Yang perlu dilakukan hanyalah menjaga kondisi ayam tetap fit dan bila telah terinfeksi perlu recovery ke kondisi semula dengan pemberian elektrolit atau glukosa.
Bila bakteri merupakan etiologi primernya tentunya menjadi suatu keharusan bila diterapm dengan antibiotik yang cocok yang terlebih dahulu perlu dipastikan jenis bakterinya.
Jika protozoa menjadi penyebab utamanya maka obat anti protozoalah yang perlu diberikan ke ayam yang mengalami kasus.
Apabila kasus infestasi cacing penyebabnya maka wajib diterapi dengan anthelmetika yang sesuai.

Selain dengan pemberian obat obat diatas perlu diberikan vitamin A dan vitamin C untuk merangsang pertumbuhan epitel usus dan mempercepat proses kesembuhan.

2. Etiologi primer karena non infeksi.

Apabila ayam mengalami malabsorpsi karena faktor ini wajib kiranya dicari latar belakang zat apa yang menjadi promotornya dengan mencari sejarah atau riwayat pemberian pakan atau riwayat pemberian air minum. Bila ayam terkena kasus karena faktor ini sulit sekali untuk proses recoverynya.

Bila ditemukan bahwa jamur penyebab pada kasus ini perlu diberi terapi dengan asam propionat,asam asetat, griseofulvin atau obat yang berfungsi sebagi fungisidal.

3. Etiologi karena fisiologis.

Kejadian malabsorpsi sering pula terjadi. Penanganan yang dilakukan yaitu dengan pemberian cairan penurun pH usus. PH usus akan kembali ke posisi normal, sehingga proses pencernaan akan kembali ke normal.

Pencegahan

Untuk menghindari terjadinya kasus malabsorpsi pada broiler perlu memperhatikan saran-saran pencegahan berikut ini:
  • Pada saat kedatangan DOC setelah DOC minum (usahakan minum pertama kali DOC adalah laktosa) sesegera mungkin diberikan pakan.
  • Beri pakan yang benar-benar tidak ada kontaminasi dan belum kadaluarsa. Karena kedaluarsanya pakan akan menyebabkan kerusakan komponen minyak ikan dalam pakan yang akan merangsang masuknya Clostridium sp.
  • Kontrol air minum secara rutin dengan mengirim sampel air minum ke laboratorium untuk mengetahui kandungan mineral dan koliform dalam air minum.
  • Pemberian anthelmetika secara rutin (sesuai siklus hidup cacing).
  • Peningkatan segala aspek yang menyangkut biosecurity.
  • Vaksinasi ayam dengan vaksin Reo.
  • Hindarilah tanaman Graminaeae (tanaman padi-padian) seperti jagung padi, rumput gajah,alang-alang di sekitar areal kandang, karena spora dari tanaman tersebut akan membawa toksin.

Pemberian SnS PRO Probiotic solution dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan Malabsorbsi ini, karena secara tekhnis pemberian probiotik dapat :
  1. Menstimulasi nafsu makan,
  2. Meningkatkan populasi mikroba menguntungkan,
  3. Meningkatkan kecernaan serat,
  4. Menstabilkan PH saluran pencernaan,
  5.  Meningkatkan produksi dan regulasi enzim pencernaan,
  6. Memproduksi vitamin B untuk meningkatkan kecernaan
  7. Menekan pertumbuhan bakteri patogen,
  8. Menekan produksi ammonia
  9. Menonaktifkan toksin,
  10. Sumber mineral,
  11. Menghasilkan faktor pertumbuhan untuk bakteri pendegradasi serat. (FULLER, 1992; KUNG et al., 1997).

Dari beberapa pengalaman peternak Layer dilapangan Penggunaan SnS PRO Probiotic solution untuk ternak ayam dengan memberikannya lewat air minum, menampakkan hasil cukup bagus dengan aplikasi 1 minggu treatment 1 minggu libur begitu seterusnya, dengan lama pemberian antara 3-5 hari.

Pada ayam Layer ateu petelur penggunaan SnS PRO Probiotic solution yang dikombinasi BENNEFIT plus melalui air minum dengan menggunakan metode pemberian secara kontinyu seminggu sekali selama 2 hari berturut-turut menunjukkan hasil ; Ayam lebih terjaga dari problem tidak tercapainya feed intake selama masa pertumbuhan dan produksi, Ayam lebih terjaga dari kondisi lost body weight, Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi telur, kotoran yang kering, Ayam lebih terjaga dan tahan terhadap penyakit jika terdapat kasus masa recovery-nya akan lebih cepat daripada yang tidak mendapat perlakuan treatment probiotik.

Pada ayam broiler penggunaan SnS PRO Probiotic solution yang dikombinasi BENNEFIT plus melalui air minum dengan menggunakan metode pemberian secara kontinyu seminggu sekali selama 3 hari berturut-turut menunjukkan ; hasil Ayam lebih tahan terhadap penyakit infeksius, pertambahan berat badan yang cepat dan signifikan, Feed Conversi Ratio (FCR) yang rendah (dibawah 1,5), Umur panen lebih awal, kotoran yang kering sehingga mampu meredam efek negative karena kelembaban yang tinggi dan Amonia.

Kasus malabsorpsi sering muncul dan jarang sekali menjadi perhatian para peternak broiler dan layer dan sering menjadi promotor adanya infeksi yang lain, sementara para peternak baru tersadarkan jika sudah berefek melanjut maka tentunya untuk menunjang performance ayam perlulah kiranya apa yang menjadi catatan diatas lebih diperhatikan.

dari berbagai sumber
readmore »»  

PROBIOTIK SEBAGAI PENGGANTI ANTIBIOTIK PADA AYAM PEDAGING

Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk peternakan menyebabkan penggunaan obat-obatan untuk pencegahan dan perawatan/perlakuan terhadap penyakit ternak menjadi semakin penting agar daging, telur, dan susu dapat diproduksi secara efisien. Namun, penggunaan antibiotik atau bahan kimia dalam proses produksinya mengakibatkan terjadinya residu antibiotic didalam produk-produk peternakan, yang memberikan dampak negative terhadap kesehatan.

Pemanfaatan antibiotik pada level sub-terapi atau karena kurang memperhatikan aturan penggunaannya telah terbukti mengakibatkan adanya residu antibiotik dalam produk peternakan dan berkembangnya mikroba yang resisten dalam tubuh ternak maupun tubuh manusia yang mengkonsumsinya (Jin et al., 1997; Lee et al., 2001).

Untuk mempertahankan efisiensi produksi ayam pedaging disatu sisi dan menyediakan produk peternakan yang aman untuk dikonsumsi, perlu diusahakan alternatif penggunaan antibiotik atau obat-obatan dalam industri peternakan.

Produk Probiotik merupakan salah satu produk non kimia yang banyak menjadi acuan dan referensi banyak peneliti, pemerhati dan praktisi peternakan. Saat ini telah banyak beredar produk probiotik, salah satu diantaranya yang telah banyak beredar di beberapa kawasan sentral peternakan di Indonesia antara lain Blitar, Kediri, Tulungagung, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, beberapa daerah di Jawa Tengah, Kalimantan dan lain-lain adalah SnS PRO probiotik solution.

Beberapa penelitian pada broiler menunjukkan bahwa penambahan probiotik dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, menurunkan konversi pakan dan mortalitas.

Kim et al. (1988), menunjukkan bahwa penambahan probiotik yang terdiri atas Lactobacillus sporegenes pada ayam broiler yang mengandung jagung yang agak berjamur masih meningkatkan pertambahan bobot badan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiryawan (unpublished) menunjukkan bahwa suplementasi probiotik Yeast Sac (Saccharomyces cerevisiae) pada broiler yang bahan pakan utamanya gandum menyebabkan peningkatan bobot badan sebanyak 38.7% pada umur 21 hari dan 18% pada umur 42 hari jika dibandingkan dengan kontrol.

Variasi yang ditimbulkan akibat pemberian probiotik pada broiler kemungkinan berhubungan dengan perbedaan strain bakteri atau mikroba yang diberikan dan konsentrasi mikrobanya.

Ada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan penggunaan antibiotik dibandingkan probiotik tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan. Tidak adanya pengaruh yang berbeda nyata ini mungkin disebabkan karena ayam diberi pakan yang sama dengan kandungan protein dan energi yang sesuai dengan kebutuhan.

Anggorodi (1985) menyatakan bahwa jumlah konsumsi ransum sangat ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum. Apabila kandungan energi dalam ransum tinggi maka konsumsi pakan akan turun dan sebaliknya apabila kandungan energi ransum rendah, maka konsumsi pakan akan naik guna memenuhi kebutuhan akan energi. Namun dibeberapa penelitian yang lain menunjukkan bahwa pemberian probiotik menyebabkan peningkatan konsumsi pakan sebanyak 2,6% lebih tinggi dan diduga perbedaan ini akan menjadi signifikan jika jumlah ayam (sampel) yang digunakan ditingkatkan dan ransum yang digunakan bukan ransum komersial,

Meskipun tidak berbeda nyata tetapi ayam yang diberi probiotik pertambahan bobot badannya 4.6% lebih tinggi dari pada ayam yang tidak diberi probiotik. Perbedaan pertambahan bobot badan ini erat kaitannya dengan lebih tingginya konsumsi pakan dan kemungkinan karena peningkatan daya cerna zat gizi akibat pemberian probiotik. Mikroba lipolitik, selulolitik, lignolitik, dan mikroba asam lambung yang terkandung dalam probiotik diduga telah berperan aktif dalam meningkatkan kecernaan zat gizi.

Nahashon et al. (1994) menunjukkan bahwa suplementasi kultur Lactobacillus pada pakan yang terdiri atas jagung, bungkil kedelai dan gandum meningkatkan konsumsi pakan, retensi lemak, protein, kalsium, cuprum, dan mangan pada ayam petelur.
readmore »»  

Senin, 03 Maret 2014

MANAGEMEN BROILER [Memaksimalkan Potensi Broiler]

KEBERHASILAN pencapaian bobot badan pada minggu pertama dan kedua pemeliharaan ayam broiler sangat menentukan keberhasilan pada tahap pemeliharaan selanjutnya. Beberapa alasan mengapa tahap awal ini menjadi sangat penting antara lain karena perkembangan pesat organ tubuh anak ayam yang meliputi organ kekebalan, organ pencernaan, kerangka tubuh, sistem thermoregulasi (pengaturan suhu tubuh), sistem hormonal maupun pertumbuhan daging (otot). Perkembangan pesat mi terlihat dan pertumbuhan berat badan ayam pada umur 7 minggu yang mencapai setidaknya 4 - 4,5 x dari berat badan DOC. Sebuah angka yang fantastis yang merupakan pertumbuhan tercepat selama masa hidup ayam. 

Manajemen pemeliharaan pada periode ini sangat membutuhkan ketelitian dan ketelatenan peternak. Jika periode ini terlewati dengan baik, perawatan selanjutnya akan lebih mudah yaitu tinggal melanjutkan manajemen sebelumnya yang meliputi pemberian ransum dan air minum, sanitasi dan pemeliharaan kesehatan. Namun jika pada periode ini pertumbuhan ayam terhambat maka masa berikutnya produktivitas ayam menjadi kurang optimal. 

Memaksimalkan performa saat starter 

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar perforna ayam saat masa starter optimal di antaranya Memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi pada ayam dapat terpenuhi dan ransum dan air minum, oleh karena itu berikanlah ransum dan air minum yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup, yaitu : 
  • Pemberian pakan dan minum diatur jumlah dan frekuensinya sesuai dengan umur ayam. 
  • Saat DOC baru datang/masuk, sediakan air gula 2-5% (20-50 g dalam 1 liter air minum). 
  • Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian Vitamin. Vitamin dengan kandungan multivitamin dan Asam Amino akan membantu mempercepat pertumbuhan, mencegah kekurangan vitamin, mengatasi stres dan mengurangi angka kematian pada anak ayam. 
  • Pemberian ransum dilakukan sesegera mungkin untuk menstimulasi perkembangan villia-villia usus yang sangat berperan pada proses pencernaan dan penyerapan nutrisi, 
  • Lakukan pengaturan jumlah, distribusi dan ketinggian tempat ransum maupun air minum sesuai dengan populasi dan umur ayam 
  • Pengisian ransum ke dalam tempat ransum dilakukan sedikit demi sedikit, jangan terlalu penuh untuk menghindari ransum terbuang dan mencegah ransum apek. 
  • Hindari pula ransum dan air minum yang tercecer pada litter karena dapat menyebabkan litter lembab. 
  • Menciptakan kondisi yang nyaman 
Ayam pada fase starter sangat rentan terhadap perubahan suhu dan kelembaban lingkungan. Suhu yang terlalu tinggi rnengakibatkan turunnya konsumsi ransum dan naiknya konsumsi air minum, bahkan kematian mendadak (heat stress). Keadaan ini akan merugikan dan pertumbuhan anak ayam akan terhambat. Oleh karena itu :

1) Atur penggunaan pemanas.

Pastikan kondisi suhu dan kelembaban nyaman untuk ayam, yang ditunjukkan dan distribusi ayam merata dan ayam aktif makan dan minum. Suhu luar pada siang hari yang terlalu tinggi mengakibatkan nafsu makan berkurang. Untuk menjaga agar pertumbuhan ayam tetap baik, maka pada malam hari, di mana kondisi suhu lebih dingin, tambahkan pencahayaan sehingga anak ayam tetap melakukan aktivitas makan sebagai pengganti kurangnya makan pada siang hari. Kontrol suhu sebaiknya tidak hanya dilakukan pada siang hari, tapi juga lakukan kontrol pada malam hari. Saat musim hujan, pada malam hari sering terjadi cekaman dingin yang menimpa ayam muda (fase starter) sehingga kontrol brooder (pemanas pada malam hari sangat diperlukan. Jika perlu berikan pemanas tambahan Manajemen tirai kandang harus diatur sesuai dengan kondisi cuaca.Tenaga atau operator kandang harus siaga mengatur tirai kandang, mengingat kondisi cuaca mudah berubah

2) Atur kepadatan kandang

Lakukan pelebaran kandang dengan cepat dan hindari kondisi kandang yang terlalu padat. Kepadatan kandang yang terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya persaingan dalam perolehan pakan yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan keseragaman ayam, litter cepat basah yang mengakibatkan kelembaban dan kadar amonia dalam kandang meningkat yang secara umum akan berpengaruh terhadap status kesehatan ayam.

3) Mengoptimalkan kondisi kesehatan

Kesehatan menjadi sesuatu yang sangat erat berhubungan dengan produktivitas ayam. Saat sakit, produktivitas ayam akan menurun, begitupun sebaliknya. Beberapa tindakan penting untuk mencegah penyakit yaitu ; lakukan vaksinasi secara baik dan benar, mulai dari : Program (jadwal) vaksinasi, Kualitas vaksin dan teknik vaksinasi yang meliputi penyimpanan vaksin, handling vaksin dan cara pemberiannya.

4) Kebersihan kandang

Lakukan desinfeksi kandang, tempat ransum dan air minum. Rendam tempat minum dan tempat ransum dalam larutan desinfectant selama 30 menit setiap 3-4 hari sekali Pastikan sekitar kandang tidak ditumbuhi rumput liar atau semak belukar dan aliran air diselokan harus lancar

5) Penambahan SnS PRO Probiotic Solution dalam air minum

Penambahan SnS PRO Probiotic Solution dalam air minum sebagai upaya membantu menghambat organisme patogen dengan berkompetisi dalam saluran pencernaan untuk menurunkan konsentrasi mikroorganisme patogen seperti E. coli, Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan. Selain itu yang tak kalah penting pemberian SnS PRO Probiotic Solution dapat membantu memaksimalkan penggunaan pakan karena sifat probiotik yang berperan sebagai enzyme proteolitik, selulutik, lignolitik dan lipolitik sehingga pakan menjadi lebih siap digunakan untuk tumbuh kembang dan produktifitas ternak. Multivitamin, mineral dan asam amino yang terkandung dalam SnS PRO Probiotic Solution sangat berguna untuk mempercepat pertumbuhan, mencegah kekurangan vitamin, mengatasi stres dan mengurangi angka kematian pada anak ayam. Saat umur 1 - 2 minggu pertama, organ vital dalam tubuh ayam perkembangannya sangat pesat. Dan hal tersebut menjadi penentu pada pertumbuhan ayam periode berikutnya. Berikan perhatian lebih saat ayam berumur 1 - 2 minggu.

dari berbagai sumber
readmore »»