Anda adalah pengunjung ke :

Sabtu, 21 September 2013

MEMAHAMI PENYEBAB PUCATNYA WARNA KERABANG TELUR AYAM

Secara genetik, ayam petelur yang ada di Indonesia sebagian besar tergolong brown egg-laying hens atau ayam petelur yang memproduksi kerabang telur coklat sedangkan strain ayam petelur yang dibudidayakan antara lain dan Isa Brown, Lohmann Brown, Hisex Brown dan sebagainya. Walaupun peternak memelihara ayam petelur bertipe brown- egg namun warna kerabang telur ayam sangatlah bervariasi mulai dan coklat tua, coklat muda, coklat pucat dan putih. Untuk memenuhi selera konsumen, beberapa peternak biasanya melakukan grading telur berdasarkan warna kerabang telur. Metode grading tersebut sebenarnya tidak mewakili kualitas telur sesungguhnya namun lebih pada daya tarik penjualan telur oleh konsumen.

Dengan adanya metode grading, telur ayam yang memiliki warna kerabang pucat, secara ekonomis harganya lebih rendah dibandingkan dengan telur berkerabang cokiat tua atau coklat muda.Telur yang memiliki kerabang telur coklat dijual langsung ke pasar atau supermarket sedangkan telur berkerabang pucat biasanya dijual ke produsen makanan sebagai bahan baku pembuatan kue atau roti. Konsumen enggan untuk memilih telur berwarna pucat karena di benak mereka masih muncul persepsi bahwa telur berkerabang coklat adalah telur yang kualitasnya baik bila dibandingkan dengan telur yang memiliki warna kerabang pucat. Padahal produksi telur yang berkerabang pucat tidak dapat dipastikan setiap harinya dimana 5 - 10%. telur berkerabang pucat dan total produksi harian masih dianggap normal oleh peternak. Namun dalam kondisi tertentu, telur berkerabang pucat dapat meningkat jumlahnya hingga 30-40%.
 
Proses pewarnaan kerabang telur

Proses pewarnaan kerabang telur tidak lepas kaitannya dengan proses pembentukan sebutir telur Pewarnaan telur terjadi di 90 menit terakhir proses kalsifikasi untuk membentuk kerabang telur akan berakhir. Secara teori, warna kerabang telur terjadi karena proses pigmentasi di uterus dengan adanya dua pigmen yaitu biliverdin dan protoporphynin
Biliverdin merupakan suatu pigmen biru yang dapat menyebabkan warna hijau kebiruan pada kerabang telur seperti pada itik sedangkan protoporphynin merupakan pigmen coklat yang menyebabkan warna coklat kemerahan pada kerabang telur (Miksik et a!., 1994). Pada ayam yang menghasilkan telur berkerabang coklat hanya memproduksi senyawa protoporphyrin.

Protoporphyrin merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh sel-sel epitel yang ada di dinding uterus dan saat proses pewarnaan berlangsung, sel-sel tersebut mensekresikan senyawa protoporphyrin dan pada akhirnya akan terdeposit di dalam permukaan kerabang telur (Liu et al 2010). Pada saat 3 hingga 4 jam sebelum pembentukan kerabang telur berakhir, sel-sel epitel uterus yang bersinggungan langsung dengan telur pada proses kalsifikasi, kemudian mensintesis dan mengakumulasi produksi protoporphyrin. Saat 90 menit sebelum proses pembentukan kerabang telur berakhir, pigmen protoporhyrin kemudian ditransfer bersamaan dengan kutikula, suatu cairan yang kaya akan protein dan menyelimuti seturuh bagian kerabang telur. Beberapa senyawa protoporhyrin kemudian terserap kedalam jaringan palisade kerabang telur (Adkerson, 2011).

Faktor yang menyebabkan pucatnya warna kerabang

Setelah memahami proses pewarnaan kerabang telur, kini akan dibahas mengapa warna kerabang telur yang seharusnya berwarna coklat namun bisa memudar hingga berwarna putih. Secara umum, terbagi dua kriteria penyebab pucatnya warna kerabang telur yaitu kerabang telur pucat disebabkan karena faktor normal dan pudar dikarenakan faktor abnormal.

A. Kerabang telur pudar karena faktor normal

Kerabang telur pudar karena faktor normal terjadi karena tiga hal yaitu genetik ayam, umur ayam petelur yang semakin bertambah dan degenerasi sel epitel dinding uterus. 
Genetik
Produksi senyawa protoporphyrin sebagai pigmen coklat diatur oleh gen yang ada di dalam sel epitel uterus. Kita ketahui bahwa gen merupakan suatu unit pewarisan sifat pada makhluk hidup. Pada ayam petelur, gen yang mengatur produksi senyawa protoporphyrin telah diturunkan dari induknya. Proses seleksi ayam petelur tipe kerabang tetur coklat (brown-egg laying hens) memang mengarahkan gen yang memproduksi senyawa protoporphyrin selalu menjadi gen dominan dan induk (parent stock) ke anak (final stock) dengan tujuan agar senyawa protoporphyrin dihasilkan dalam jumlah yang banyak oleh sel epitel uterus sehingga kerabang telur berpigmen coktat. Namun pada sebagian kecil ayam petelur ada juga yang diwariskan gen resesif dari induknya sehingga sel epitel yang bertugas memproduksi protoporphyrin karena ditanami gen resesif akan menghasilkan protoporphyrin dalam jumlah yang tidak banyak. Efeknya, walaupun ayam bertipe kerabang tetur coklat namun telur yang dihasilkan akan memiliki warna kerabang yang seakan-akan pucat atau coktat muda.

Umur Ayam

Umur ayam petelur juga mempengaruhi proses pewarnaan kerabang telur terutama ayam baru akan bertelur dan ayam yang sudah berumur tua. Pada periode peralihan dari grower ke layer (periode pre-layer atau awal produksi) di mana ayam masih belajar untuk bertelur (HDP biasanya di bawah 5 %), ada kecenderungan muncul telur tanpa kerabang, ukuran telur masih belum normal, telur berkerabang tipis dan sebagainya.
Pada periode tersebut juga dijumpai telur dengan kerabang berwarna pudar dan bahkan berwarna putih. Ada dua faktor yang menyebabkan warna kerabang tetur masih belum normal pada periode awal produksi tersebut, yang pertama adalah kondisi sel epitel pada dinding uterus yang mulai perlahan-lahan memproduksi protoporphyrin sebagai senyawa pigmen coklat kerabang tetur. Pada hari-hari pertama ayam bertelur, jumlah senyawa protoporphyrin masih terbatas sehingga proses pewarnaan kerabang tetur masih belum normal dan kerabang telur masih belum berwarna coklat tua. Namun dalam jangka waktu yang relatif cepat, sel-sel epitel dinding uterus mulai memproduksi protoporphyrin dalam jumlah yang banyak seiring dengan semakin sempurnanya proses pembentukan kerabang telur.

Faktor berikutnya adalah proses kalsifikasi kerabang telur yang masih belum sempurna. Proses kalsifikasi kerabang tetur yang normal berjalan selama 8 jam dan pada 90 menit terakhir proses kalsifikasi kerabang tetur, senyawa protoporphyrin mulai ditransfer ke permukaan kerabang telur Namun pada periode pre -layer, belum sempurnanya proses kalsifikasi menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk kerabang telur lebih cepat dan kesempatan pigmentasi kerabang telur juga berjatan dengan singkat. Hal ini yang menyebabkan pada periode awal produksi telur seringkali dijumpai kerabang telur berwarna pudar.

Dalam kondisi normal, ayam akan memproduksi pigmen coklat untuk kerabang telur dalam jumlah yang sama walaupun ayam memproduksi telur dengan ukuran besar maupun kecil (Solomon, 1997). Jika dilihat dari luas permukaan, telur berukuran besar ataupun jumbo akan memiliki luas permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang berukuran normal. Oleh karena itu, telur ayam berukuran besar akan memiliki warna kerabang telur coklat namun lebih muda dan bahkan lebih pudardibandingkan dengan telur ayam berukuran lebih kecil. Seiring dengan pertambahan umur ayam akan memproduksi telur berukuran lebih besar dan berat dan kerabang telur akan berwarna coklat lebih muda dibandingkan pada saat ayam di awal produksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Odabasi et a!. (2007) seperti tampak pada gambar. Penelitian tersebut untuk mengetahui perkembangan warna kerabang telur dan ukuran telur ayam dan awal ayam mulai berproduksi telur hingga dalam kurun waktu tertentu. Dan hasil penelitian diketahui bahwa di awal pnoduksi, kerabang telur berwarna coklat tua dan seiring dengan bertambahnya umur, ukuran telur ayam akan bertambah besar dan warna kerabang telur menjadi lebih pudar.
Degradasi Sel Epitel Dinding Uterus
 
Faktor terakhir terjadinya kerabang telur pudan adalah tenjadinya degenerasi sel epitel dinding uterus. Degenerasi sd epitel merupakan suatu proses penuaan sel-sel sehingga kemampuan sel dalam bekerja sudah mulai terjadi penurunan. Kondisi ini terjadi pada ayam petelur yang telah berumur diatas 80 minggu dimana produksi protoporphyrin sudah mulai menurun dikarenakan sel epitel dinding uterus sudah mengalami degenerasi sehingga kemampuan pigmentasi kerabang telur juga mengalami penurunan.

B. Kerabang telur pudar karena faktor abnormal

Kerabang telur pudar karena faktor abnormal terjadi karena berbagai macam faktor antara lain 
  • Stres, 
  • Adanya infeksius penyakit
  • Faktor nutrisi pakan. 
Stres
Faktor stres menurut beberapa ahli menjadi salah satu faktor terbesar penyebab pucatnya warna kerabang telur Ayam petelur yang mengalami cekaman stres akan mengalami gangguan dalam proses pembentukan telur terutama pada fase akhir kalsifikasi sebutir telur dan proses pewarnaan kerabang telur kanena telur yang pucat disebabkan karena tidak sempurnanya proses pigmentasi kerabang telur. Ayam yang stres akan menunjukkan peningkatan produksi hormon epinephrine yang dapat menunda proses oviposisi telur dan menghambat pembentukan jaringan kutikula pada kelenjar cangkang sehingga proses pigmentasi menjadi terhambat (Butcher dan Miles, 2003). Stres pada ayam petelur banyak sekali penyebabnya, di antaranya adalah cekaman terhadap suara terutama suara gaduh kanyawan di dalam kandang, orang lalu lalang di dalam kandang terutama pada orang yang baru masuk farm tersebut, suara hewan di sekitar kandang ataupun suara lain yang membuat ayam merasa tidak nyaman, suhu di dalam kandang yang tinggi (di atas 30°C), paparan sinar matahari secara langsung ke tubuh ayam dan perubahan jenis atau merk pakan yang terlalu sering.
Infeksius Penyakit

Penyakit pada ayam petelur menjadi faktor berikutnya yang menyebabkan pucatnya warna kerabang telur. Penyakit seperti ND, IB, Al, EDS dan Mycoplasma akan mempengaruhi pucatnya warna kerabang telur. Hal ini dikarenakan virus atau bakteri tersebut menyerang sel-sel saluran reproduksi sehingga pigmentasi akan berjalan kurang maksimal. Roberts (1994) menjelaskan bahwa penyakit pernapasan seperti lB mudah menjangkiti ayam petelur dengan gejala awal memudarnya warna kerabang telur. Oleh karena itu, peternak perlu melihat rekording vaksinasi yang dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu terutama vaksinasi ND dan lB sehingga apabila dalam kurun waktu tersebut ayam belum divaksin, sistem imunitas dalam ayam akan menunun sehingga mudah terinfeksi penyakit. Jika diperlukan, lakukanlah uji titer antibodi sebelum melakukan vaksinasi sebagai pentimbangan kapan harus mulai dilakukan vaksinasi. Pemberian antibiotik sebagai terapi (terutama dari golongan tetrasiklin dan amoxicillin) dalam penyembuhan penyakit juga menyokong kasus memucatnya warna kerabang telur walaupun beberapa peneliti belum bisa menyimpulkan keterkaitan antara penggunaan antibiotik dan memucatnya warna kerabang telur.
Faktor Nutrisi Pakan
Faktor lain adalah dari sisi pakan, ada beberapa komponen dari pakan yang berkontribusi menyebabkan warna kerabang telur memucat dan sebagian yang akan dibahas oleh penulis antara lain level mikotoksin, kandungan vanadium, rasio kalsium dan fosfor dan defiensi mineral mikro dan vitamin. Mikotoksin kerap kali disangkut pautkan dengan kasus pucatnya warna kerabang telur.
Mikotoksin merupakan zat metabolit yang dihasilkan oleh fungi (jamur) dan golongan Fusarium, Aspergillus dan sebagainya yang bersifat racun bagi unggas. Golongan mikotoksin antara lain aflatoksin, deoxynivalenol, T-2 toxin, okratoksin, fumonisin, zearalenone dan sebagainya. Dari hasil penelitian, senyawa aflatoksin merupakan jenis mikotoksin yang seringkali dijumpai pada tanaman jagung di Indonesia karena didukung oleh cuaca, curah hujan, kelembaban dan temperatur yang sesuai dengan perkembangbiakan Aspergillus flovus sebagai penghasil aflatoksin. Mikotoksin juga dijumpai pada bahan baku nabati lainnya seperti bungkil kedelai, DDGS, CGM dan sebagainya dengan jenis dan level mikotoksin yang bervariasi. Dalam bahan baku juga tidak menutup kemungkinan mengandung dua atau lebih golongan mikotoksin dengen level yang berbeda-beda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mikotoksin terutama dan golongan aflatoxin dan oknatoksin yang terakumulasi dalam tubuh dalam level yang tinggi akan mengganggu fungsi kerja saluran reproduksi dan mempengaruhi proses pembentukan dan pewarnaan kerabang telur. Efek mikotoksin juga menyebabkan penurunan produksi telur ayam dan daya tetas pada ayam pembibit. 

Kesimpulan
Sel-sel pigmen dalam uterus memiliki kemampuan dalam memberikan warna kerabang telur. Kemampuan sel-sel pigmen akan menurun seiring dengan terdegradasinya sel-sel tersebut. Faktor usia ayam dapat menjadi penyebab penurunan sel pigmen di dalam uterus sehingga proses pewarnaan kerabang telur ayam menjadi kurang maksimal. Hanya saja ada beberapa faktor eksternal di luar kemampuan ayam yang dapat mempercepat degradasi sel-sel pigmen di dalam uterus. Oleh karena itu, peternak perlu memahami dan cepat mengambil keputusan jika dirasa mulai menunjukkan peningkatan jumlah kerabang telur yang pucat. Kondisi ayam yang nyaman dan bebas dari stres, pemberian Suplement dan Additif dalam air minum, kontrol titer antibodi dan penggunaan pakan yang berkualitas merupakan beberapa faktor yang dapat menjaga kerabang telur ayam agar tidak pucat.


(sumber : Majalah Poultry Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar