Anda adalah pengunjung ke :

Rabu, 20 Maret 2013

Rinderpest Pada Sapi

Virus rinderpest menyebabkan kematian hebat pada sapi di banyak bagian dunia selama berabad-abad. Penyakit ini pertama kali diperkirakan pada abad keempat dan tidak dapat dimusnahkan dari Eropa sampai abad ke 19. Dewasa ini, penyakit ini masih menyebabkan kerugian ekonomi yang besar di Afrika, Timur Tengah dan berbagai tempat di Asia. Selain itu virus rinderpest juga menyerang kerbau dan ruminansia liar. Virus ini termasuk dalam genus Morbillivirus dan family Paramyxoviridae. Berdasarkan kajian genetik diperkirakan bahwa virus rinderpest merupakan prototipe dari morbillivirus, yang menghasilkan virus distemper anjing dan virus campak manusia sekitar 5000-10.000 tahun yang lalu.
Rinderpest merupakan penyakit sistemik akut atau subakut yang sangat menular pada sapi, yang dicirikan oleh nekrosis dan erosi mukosa pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan serta serangan penyakit ini secara tiba-tiba.
Konstipasi awal, biasanya didahului oleh dehidrasi dan kelemahan yang hebat, akan diikuti oleh mencret. Karena angka kematiannya yang tinggi, penyakit ini dapat menyebabkan malapetaka kerugian ekonomi.
Virus rinderpest merupkan agen pertama yang bertanggungjawab terhadap penyakit campak, canine distemper, peste des petites ruminansia, dan phocine distemper.
 
Sifat Virus Rinderpest

  • Terdapat hanya satu serotipe, yang secara antigenik stabil dan mempunyai reaksi silang dengan morbillivirus yang lain.
  • Virusnya labil dan secara cepat menjadi tidak aktif pada bangkai, hanya dalam beberapa jam pada kondisi tropis.
  • Pada tinja, virus tetap menular selama sekitar 48 jam, sedangkan daging, limpa, dan buku limfa pada temperatur 5o C tetap menular sampai 2-3 hari.
  • Untuk disinfeksi, natrium hidroksida, deterjen, dan semua disinfektan komersial adalah ampuh.

Gejala Klinis

  1. Gejala klinisnya beragam tergantung kepada kerentanan bangsa atau spesies atau ruminansia dan status kekebalan dari hewannya.
  2. Setelah masa inkubasi 4 sampai 15 hari, temperatur meningkat mencapai 41o C, dan terjadi anoreksia, kelemahan dan depresi.
  3. Terjadi pengeluaran air mata dan ingus yang meningkat, disertai oleh pengeluaran air liur.
  4. Nekrosis terpusat, erosi luar, dan bercak perdarahan timbul pada mukosa mulut.
  5. Sesak nafas, batuk-batuk, dan mencret terjadi antara hari ke-4 dan ke-7 demam.
  6. Tinja berair dan mengandung darah serta mukosa yang mengelupas; dehidrasi terjadi pada kasus yang ganas.
  7. Kematian biasanya terjadi antara 6 dan 12 hari setelah mulainya gejala klinis. Pada populasi sapi yang sangat rentan, semua hewan yang terinfeksi akan sakit, dengan angka kematian mencapai 90%.
  8. Bangsa sapi asli di Afrika mempunyai angka kematian yang lebih rendah, sampai 50%. Sapi yang mampu bertahan akan sembuh dalam 4-5 minggu setelah mulainya penyakit dan kebal seumur hidup; tidak ada status pembawa virus. 
Patogenesis dan Imunitas

Setelah infeksi dalam hidung (intranasal), virus bereplikasi dan antigen virus dapat diamati pada tonsil, dan buku limfa pada rahang bawah dan farings 24 jam setelah infeksi.
Viremia timbul 2-3 hari setalah infeksi dan 1-3 hari sebelum hewan menderita demam. Setelah terjadi penyebaran sistemik, virus dapat ditemukan pada buku limfa, limpa, sumsum tulang, dan mukosa saluran pernafasan bagian atas, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Virus bereplikasi pada mukosa hidung, menyebabkan nekrosis, erosi, dan eksudasi fibrin. Sapi yang sembuh dari rinderpest mempunyai kekebalan seumur hidup.
Antibodi penetral tampak 6-7 hari setelah mulainya gejala klinis, dan titer maksimumnya tercapai selama minggu ketiga dan keempat.
 
Diagnosis Laboratorium

Di negara tempat berjangkitnya rinderpest secara endemis, diagnosis klinis biasanya sudah memadai. Di negara yang bebas dari penyakit ini tetapi melakukan impor hewan, rinderpest dapat dikelirukan oleh penyakit lain yang mempengaruhi mukosa, seperti mencret virus sapi, dan penyakit ingusan, dan pada stadium awal, sulit membedakannya dengan rhinotrakeitis sapi menular dan penyakit mulut-dan-kuku. Virus menginfeksi berbagai macam sel, tetapi isolasi untuk diagnosis laboratorium secara rutin dilakukan pada biakan sel ginjal sapi.
 
Diagnosis serologis

• Uji penetralan
• ELISA
 
Epidemiologi
 
Kisaran inangnya meliputi sapi piaraan, kerbau air, domba dan kambing. Unta adalah rentan tetapi tidak berperan penting dalam epidemiologi penyakit. Babi piaraan dapat menunjukkan gejala klinis dan dianggap sebagai sumber virus yang penting di Asia. Sesama hewan liar, semua spesies dari genus Artiodactyla adalah rentan.
Di daerah endemis, penyakit ini menular dari satu hewan ke hewan lainnya melalui kontak, infeksi yang terjadi lewat udara. Virus dikeluarkan dalam sekresi dari hidung, tenggorokan, dan konjungtiva, serta dalam tinja, air kemih, dan susu. 
Sapi yang terinfeksi mengeluarkan virus selama masa inkubasi, sebelum gejala klinis tampak, dan di Afrika serta Asia, hewan yang demikian itu merupakan sumber terpenting bagi masuknya rinderpest ke daerah yang bebas penyakit ini.
Karena virus tidak tahan panas, penularan tidak langsung lewat daging segar dan produk daging, makanan, dan kendaraan pengangkut tidak biasa terjadi.

Pencegahan dan Pengendalian
 
Di negara bebas rinderpest, upaya kesehatan masyarakat veteriner dimaksudkan untuk mencegah masuknya virus.
Dilarang mengimpor daging mentah dan produk daging dari negara yang terinfeksi, dan hewan kebun binatang harus dikarantina sebelum dikirim ke negara yang demikian itu. Di negara tempat rinderpest bersifat endemis, atau ada kemungkinan besar penyakit itu akan masuk, digunakan vaksin virus hidup teratenuasi.
Vaksin didasarkan kepada galur virus yang diadaptasikan pada kelinci dan secara beruntun disepihkan pada sel ginjal pedet, menghasilkan vaksin yang aman karena tidak dikeluarkan oleh penerima (resipien), ampuh karena vaksin itu menimbulkan kekebalan jangka panjang, dan murah pembuatannya. Itu merupakan salah satu vaksin yang paling baik untuk mengatasi penyakit hewan, tetapi vaksin yang digunakan dewasa ini tidak tahan panas dan memerlukan ”rantai-dingin” yang harus dipertahankan dengan baik, suatu masalah praktis yang sulit diatasi bagi banyak daerah yang kejangkitan rinderpest. Dengan vaksin virus hidup teratenuasi yang ditumbuhkan dalam biakan sel, antibodi untuk pertama kali dapat dideteksi 7-17 hari setelah vaksinasi, dan antibodi penetral tetap ada seumur hidup.

sumber : http://www.vet-klinik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar