Anda adalah pengunjung ke :

Rabu, 20 Maret 2013

PROSPEK PROBIOTIK PADA BROILER


BROILER dengan jangka hidup yang cukup pendek, memiliki koloni dalam ususnya yang sangat peka sehingga perlu meningkatkan system pengaturan tubuhnya. Cara yang biasa dilakukan untuk melindungi ayam yang masih muda adalah dengan pemberian antibiotika atau dengan penggunaan AGPs (Antibiotik Growth Promotors) perlu diperhatikan. Namun, beberapa negara Eropa dan Amerika, telah melakukan pembatasan terhadap penggunaan antibiotika. Bahkan di tahun 2006 Uni Eropa melarang penggunaan AGPs. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi.
penggunaan antibiotika dan menghindari pengaruh negatif antibiotika pada manusia. Pemakaian antibiotik pada unggas dapat ikut menyelinap ke dalam produk ternak (daging dan telur), sehingga terakumulasi disana dan menjadi residu. Residu tersebut mempunyai efek yang kurang menguntungkan terhadap kesehatan konsumen, antara lain terjadi resistensi bakteri dan sensitifitas pada konsumen. Pemberian antibiotika juga bisa menganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan inangnya. Sebagai salah satu alternatifnya adalah dengan pemberian probiotik, karena tidak mempunyai efek samping yang negatif jika diberikan dalam dosis yang tepat. Di dalam saluran pencernaan, terdapat sekitar 100-400 jenis mikroba yang dikelompokkan pada mikroba yang menuntungkan dan yang merugikan (patogen). Di lingkungan yang normal, saluran usus pada anak ayam terkolonisasi dengan mikroorganisme. Umumnya sumber mikroflora usus adalah dari permukaan telur yang tidak steril sebagai hasil kontak induk dengan sangkarnya. Pada peternakan komersial, kolonisasi pada saluran usus ada hubungannya dengan kebersihan di hatchery dan kontak dengan lingkungan bebas. Saat umur 21 hari, broiler dapat mengatur keseimbangan flora usus. Setelah umur 21 hari tantangan seperti stress, pergantian pakan dan pemberianobat-obatan seperti antibiotik dapat menganggu flora dalam saluran gastrointestinal dan menyebabkan kerugian. Jika saluran usus terkolonisasi dengan mikroba merugikan maka akan berdampak patogen bagi tubuh.


Berat Badan (Kg)
FC
M (%)
Kontrol
2.171
1.94
4.5
AGP (Antibiotic Growth Promoter)
2.228
1.83
4.5
Prebiotok (Bacillus subtilis)
2.263
1.84
4.1



Probiotik dalam Pakan / Minum



Menurut Fuller (1992), probiotik adalah makanan tambahan berupa mikroba hidup, baik bakteri, kapang/yeast yang dapat menguntungkan bagi inangnya dengan jalan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan. Mikroba yang dikatakan sebagai probiotik (McNaught and MacFie, 2000) jika :
  1. Dapat diisolasi dari hewan inangnya dengan spesies yang sama.
  2. Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya.
  3. Tidak bersifat patogen.
  4. Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya.
  5. Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selamapenyimpanan.
Mekanisme kerja probiotik masih banyak dikontroversikan. Mekanisme berikut ini dapat menjadi bahan pertimbangan (Budiansyah A, 2004), antara lain :
  1. Melekat dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan. Jika mikroba dapat menempel kuat pada sel-sel usus maka mikroba dapat berkembangbiak dan mikroba pathogen akan tereduksi dari sel-sel usus.
  2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat antimikroba. Mikroba probiotik menghambat organisme patogen dengan berkompetisi.
  3. Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan inang.
Penggunaan probiotik sebagai bahan aditif dapat memberikan keuntungan pada inangnya (terutama dalam saluran pencernaan), diantaranya :

1. Efek nutrisional

Pemberian probiotik secara langsung memberikan efek menguntungkan, seperti diantaranya pengurangan kemampuan mikroorganisme patogen dalam memproduksi toksin, menstimulasi produksi enzim indigenus yang dapat meningkatkan fungsi pencernaan unggas, dihasilkannya vitamin dan substansi antimikrobial sehingga meningatkan status kesehatan inang.

2. Efek sanitari

Dengan adanya probiotik dapat menstimulasi respon kekebalan. Mikroba probiotik dapat mengeluarkan toksin yang dapat menghambat perkembangan mikroba patogen dalam saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan kekebalan inangnya. Toksin dari mikroba probiotik merupakan antibiotik bagi mikroba patogen. Probiotik pada unggas bisa diberikan dalam campuran pakan atau melalui air minum atau dalam bentuk probiotik yang hanya mengandung 1 macam strain mikroba. Pemberian probiotik dalam pakan dapat memelihara mikroflora usus inangnya. Salah satu faktor berfungsi atau tidaknya probiotik adalah stabilitas penyimpanannya dan processing pakannya. Perlakuan panas dan tekanan selama pelleting adalah hal yang dapat mengganggu kestabilan probiotik di dalamnya.

Solusi terbaik penggunaan probiotik sehingga tetap stabil adalah dengan menggunakan spora dari strain mikroba yang menguntungkan. Spora tersebut diselimuti oleh mantel alami, bukan dari kapsul. Pemilihan untuk mikroorganisme probiotik perlu dilakukan uji tes.

Pemberian probiotik dengan mikroba tunggal dalam bentuk spora akan lebih baik karena lebih menguntungkan dan kualitasnya lebih terjamin.

Probiotik strain Bacillus subtilis yang toleran terhadap panas telah diuji tes pada percobaan pakan broiler di beberapa negara. Hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan yang terus menerus terhadap konversi pakan dan pertambahan berat badan. Keuntungan yang dihasilkan dari probiotik ini ada kaitannya dengan keseimbangan mikroflora di dalam saluran gastrointestinal, meningkatnya kesehatan usus dan memberikan kesehatan menyeluruh dan pada akhirnya akan memperbaiki performance. Percobaan yang dilakukan di Brazil dan USA membuktikan bahwa performance broiler dapat ditingkatkan dengan menggunakan bakteri tunggal strain Bacillus subtilis sepanjang periode produksinya. 

Percobaan broiler dengan pemberian antibiotik, yaitu :
Kontrol (tanpa suplemen antibiotik atau probiotik), antibiotik (AGP) dan dengan pemberian probiotik. Percobaan dilakukan pada ayam broiler komersial. Tujuan
percobaan tersebut untuk menunjukkan respon pertumbuhan dan konversi pakan pada broiler baik yang menggunakan probiotik atau suplementasi pakan AGP dibandingkan dengan kontrol.
Percobaan tersebut menunjukkan bahwa pemberian bakteri strain B. Subtilis pada pakan dengan level 8x105 unit per gram pakan sangat efektif meningkatkan berat badan dan perbaikan rasio konversi pakan dibanding dengan kontrol.
Percobaan menunjukkan bahwa produk probiotik tidak berbeda jauh dengan AGP untuk meningkatkan rasio konversi pakan. Penelitian ini diusulkan bahwa spora dari probiotik strain baru untuk direkomendasikan digunakan pada peternakan komersial saat periode growing. Strain probiotik tunggal atau dengan penambahan mikroba langsung dalam pakan sangat potensial digunakan sebagai pengganti AGP dan lebih ekonomis untuk meningkatkan performance ayam broiler
 


Sumber :

-          Feed International, Nov – Des 2005

-          Makalah Falsafah Sains, Agus Budiansyah, 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar