Anda adalah pengunjung ke :

Senin, 25 Maret 2013

KONTROL KUTU PADA UNGGAS

SELAIN masalah penyakit yang dijumpai di lapang, problem kutu juga bisa menjadi masalah yang penting dalam industry perunggasan. Untuk menjadi dewasa, kutu hanya membutuhkan waktu 7 – 8 hari di bawah kondisi yang ideal. Setelah 150 hari, kutu dalam kandang menjadi stabil. Namun, populasinya akan tergantung pada tipe dan sistem kandang serta peluang kutu untuk sembunyi.

Dengan melihat kondisi terebut, maka kontrol terhadap kutu perlu dilakukan. Selama ini metode yang banyak dilakukan adalah dengan metode kimia namun hasilnya kurang cukup. Penggunaan bahan kimia untuk jangka panjang akan berpengaruh pada keamanan pangan dan kutu juga berpotensi menjadi resisten terhadap produk tersebut.

Dari hasil penelitian Rick Van Emous, Universitas Wageningen, Belanda memaparkan bahwa selain metode kimia juga ada 4 elemen yang efektif dalam mengontrol kutu, diantaranya :

1. Kebersihan kandang.

Kandang harus dibersihkan secara teratur, terutama setelah panen atau afkir. Untuk mendapatkan hasil yang bagus, keseluruhan peralatan/perangkat kandang dikeluarkan dan dibersihkan sedemikian rupa sehingga tidak ada celah atau sudut untuk kutu bersembunyi.
Dengan pembersihan dan pencucian kutu ini akan terbuang. Debu dan kotoran merupakan sumber yang potensial bagi kutu sehingga perlu segera dibersihkan. Jenis kutu, baik itu telur atau kutu dewasa dapat dibasmi dengan perlakuan panas.

2. Pencegahan terhadap timbulnya kutu-kutu baru.
  • Sekitar/seputar lingkungan kandang Sebaiknya tidak ada pohon dan semak-semak disekitar kandang. Hal ini bisa menimbulkan adanya sarang burung liar yang menyebabkan menjadi tempat sumber parasit termasuk kutu.
  • Pertumbuhan Semua unggas, baik itu DOC atau pullet yang masuk dalam peternakan harus bebas kutu, parasit dan patogen lainnya. Pastikan saat penerimaan ayam infeksi selama transportasi tidak ada dan peralatannya bersih dan bebas dari kutu.
  • Material (bahan-bahan). Gunakan material yang bersih, terutama untuk transportasi telur. Tiap peternakan seharusnya memiliki peralatan kandang yang bersih dan jika akan digunakan lagi harus sudah dibersihkan.
  • Pengunjung Setiap orang yang masuk ke dalam kandang dimungkinkan membawa transmisi kutu, sehingga sebaiknya ada fasilitas shower dengan desinfektan dan mengganti baju.
  • Sistem satu umur dalam suatu peternakan. Untuk kesehatan dan alasan kebersihan, terutama untuk control kutu di suatu unit peternakan sebaiknya hanya di pelihara ayam dengan 1 umur dan berasal dari 1 sumber.
  • Kontrol parasit lain Kutu dan parasit lain dapat terbawa ke dalam kandang dengan perantara tikus, sehingga kontrol tikus juga perlu dilakukan dengan rodensia.
3. Monitoring yang terus menerus.

Untuk program kontrol yang baikadalah perlu kontrol yang lebih efektif. Perlakuan pertama terhadap kandang yang terdapat banyak kutu awalnya tidak memberikan hasil yang memuaskan. Periksa 10 – 20 tempat di tiap minggu untuk mengetahui perkembangan/populasi kutu. Di sistem kandang sangkar, sebaiknya memeriksa dibawah tenggeran, dibawah slate, kotoran dan bagian dalam sangkar.

4. Metode kontrol yang lain.

Kimia , Hingga sekarang, kutu hanya dapat dikontrol dengan bahan kimia. Tetapi keamanan pangan telah menjadi perhatian di berbagai negara tentang bahan kimia ini, yang untuk jangka panjang produk ini mulai tidak direkomendasikan.
 
Perlakuan temperatur, Di Belanda ada perlakuan dengan metode “Thermo-Kill” untuk mengontrol kutu. Metode ini telah berkembang di Denmark juga untuk mengontrol salmonella dan menggunakan temperatur tinggi lebih dari 5 hari. Temperatur minimal 45°C. Di hari pertama, alat pemanas dengan jalan pemanasan perlahan-lahan. Pada hari kedua dan ketiga suhu dipelihara pada minimal 45°C dan di akhir kedua hari itu digunakan pendingin bangunan untuk menurunkan suhu kembali. Metode ini memberikan keuntungan karena dapat membunuh telur kutu, dimana metode lain tidak seperti itu. Metode ini dilakukan saat kandang kosong.
 
Metode mekanik. Penggunaan Vacum Cleaner, tekanan udara dan atau steel brush dapat membantu mengurangi populasi kutu namun tidak efekttif dalam mengontrol sekelompok kutu terutama dalam kandang komersial. Namun metode ini dapat dilakukan dengan kombinasi metode lain, seperti metode kimia.
Silica Dusts (tepung silica) , Adalah bentuk tepung dengan partikel yang sangat kecil dan memiliki kapasitas menyerap yang tinggi. Dust ini dapat menyerap kutu dan tahan terhadap air, sehingga akan mati karena dehidrasi.

Minyak solar dan minyak lain, Minyak memiliki sifat dapat menutup trachea (sistem pernapasan) kutu merah (red mite), serta secara efektif dapat mencekek hama. Metode ini memberikan hasil yang bagus namun dapat meninggalkan sisa minyak di kandang. Material sintetik dan karet harus dibersihkan setelah perlakuan ini. Metode ini perlu dilakukan berulang kali secara teratur agar hasilnya memuaskan.

Campuran green soap (sabun hijau) dengan metal . Metode ini digunakan sebagai matode organik untuk mengontrol kutu pada tumbuhan, metode ini bekerja dengan menghambat sistem respirasi/ pernapasan kutu. Perlakuan ini sebaiknya diulang setiap 2-3 minggu.

Garlic/bawang putih , Bawang putih dapat ditambahkan dalam pakan yang akan mengubah rasa darah dan penampakannya sehingga membuat kutu menjadi kurang tertarik. Bawang putih juga membantu kontrol parasit cacing dan meningkatkan resistensi unggas terhadap penyakit secara natural/ alami.
Jadwal pencahayaan, Jika program penyinaran diubah dengan pencahayaan yang lebih sering, maka induk ayam akan lebih sering mematuk kutu dan mengganggu sebelum kutu tersebut mengiritasi atau mengambil darahnya. Namun di Eropa hal ini tidak dianjurkan.

Sumber : Rick Van Emous, Poultry International, Vol 44. No.11, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar