Anda adalah pengunjung ke :

Sabtu, 15 Juni 2013

PEMBERIAN PAKAN METODE BASAH PADA AYAM

Cara yang umum digunakan dalam penyajian pakan metode basah adalah merendam makanan beberapa saat sebelum diberikan pada ternak ayam.
Hal yang harus diperhatikan dalam pembasahan makanan ayam adalah rentang  pembasahan dengan pemberian makanan dan rasio air dengan ransum.
Ayam hendaklah mampu menghabiskan secepatnya jumlah pakan yang disajikan dalam bentuk basah untuk menghindari fermentasi dan berjamurnya makanan.
Ratio air dan makanan penting untuk diperhatikan karena pembasahan dengan jumlah air yang terlalu banyak akan menyebabkan makanan tenggelam dalam air. Dampaknya, ayam akan enggan memasukkan paruhnya kedalam air untuk mengkonsumsi pakannya. Terlalu sedikit air juga tidak akan memaksimalisasi fungsi pembasahan dan manfaatnya juga menjadi tidak maksimal.
Rasio 1:1 (1 kg air dan 1 kg makanan) sampai dengan rasio 2:1 ( 2 bagian air dan satu bagian makanan) adalah rasio yang paling sering digunakan. Pada rasio ini makanan akan tampak seperti “bubur” dan ini adalah petunjuk fisik yang bisa dijadikan acuan.

Berikut kajian ilmiah untuk meningkatkan kualitas makanan melalui proses pembasahan dengan melalui berbagai mekanisme.

1. Pembasahan berguna untuk mengaktivasi internal enzim yang terdapat dalam makanan (D’Mello dkk, 1985) sehingga proses pencernaan enzimatik terjadi sejak makanan belum dikonsumsi oleh ternak. Besar kemungkinan, ternak ayam telah mengkonsumsi nutrisi yang siap diabsorpsi sebagai akibat proses aktifasi enzim yang lebih awal. Ini akan memberikan keuntungan pada proses pencernaan makanan secara kesuluruhan di dalam saluran pencernaan ayam.

2. Ayam yang mengkonsumsi makanan yang basah berarti secara bersamaan mengkonsumsi air. Ini berarti kebutuhan akan air segar semakin berkurang. Manfaatnya, ayam akan mengurangi aktifitas minum atau mengurangi kunjungan ketempat minum. Pengurangan ini berakibat pada pengurangan energi yang digunakan untuk minum dan energi itu akan dikompensasi untuk energy pertumbuhan dan produksi. Hal ini berdampak besar bagi ternak ayam yang masih kecil, ternak ayam yang dipelihara didaerah tropis yang panas dan makanan yang mempunyai kemampuan mengikat air yang tinggi. Rasionalisasinya, Ayam kecil akan membutuhkan proporsional energi yang lebih besar untuk minum dibanding dengan ternak ayam besar, karena ayam kecil membutuhkan langkah lebih yang banyak menuju ketempat minum. Ternak ayam yang dipelihara di daerah tropis dan ternak yang mengkonsumsi makanan yang mempunyai kemampuan mengikat air yang tinggi, akan cenderung mengkonsumsi air yang lebih banyak. Dengan pembasahan, sebagain kebutuhan air akan terpenuhi, itu berarti efisiensi penggunaan energy untuk minum akan dicapai.

3.  Pembasahan makanan akan melarutkan karbohydrat yang larut dalam air, seperti beta glukan, xylan dan beta mannan. Pelarutan ini terjadi diluar saluran pencernaan yang berguna mengurangi nilai viskositas (kelekatan) makanan disaluran pencernaan (Pawlik dkkl., 1990). Makanan disaluran pencernaan yang mempunyai viskositas tinggi akan menghambat kerja enzim dalam saluran pencernaan. Proses penyerapan makanan di vili – vili usus halus juga terhambat karena adanya sifat melekat, dan ini akan menutupi vili – vili usus halus. Karena itu bisa dipahami kalau pembasahan dapat meningkatkan kecernaan dan absorpsi makanan.

4.  Perembesan air ke pori - pori makanan akibat pembasahan akan menyebabkanmakanan menjadi lebih lembut. Ini berarti bahwa energi yang digunakan untuk proses penggilingan makanan di gizzard menjadi lebih sedikit. Indikatornya terlihat dari kecilnya ukuran gizzard ayam yang mengkonsumsi makanan basah ketimbang kering (Burhanudin Sundu dkk., 2005). Berkurangnya proses penggilingan makanan di gizzard akan meningkatkan efisiensi penggunaan energi bagi ternak ayam.

Empat point diatas menunjukkan bahwa pembasahan merupakan alternatif untuk meningkatkan nilai gizi makanan bagi ternak ayam. Beberapa peneliti telah menunjukkan keampuhan metode ini. Bobot badan ayam, nilai efisienci makan dan daya cerna makanan meningkat akibat pembasahan.

Beberapa masalah yang berhubungan dengan pembasahan makanan adalah :

1. Tenaga dan waktu yang dibutuhkan jauh lebih banyak sebagai akibat adanya proses pembasahan. Bagi usaha perunggasan intensif, waktu dan tenaga kerja adalah cost. Karena itu analisis ekonomi menjadi niscaya untuk mempertimbangkan apakah tambahan produksi akibat pembasahan makanan sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Sayang sekali, tidak ada penelitian yang memfokuskan kearah aspek ekonomi dari pembasahan makanan untuk ternak ayam.

2. Belum adanya disain container makanan ayam yang bersifat komersial yang cocokuntuk makanan basah. Hampir semua tempat makanan ayam yang ada di pasaran di disain untuk makanan kering. Karena itu masalah ini akan menambah kerumitan tersendiri bagi peternak. Membiarkan makanan basah didalam tempat makan lebih dari satu hari akan menyebabkan makanan menjadi berjamur dan tempat bersarangnya bibit penyakit. Dengan desain yang kovensional seperti yang ada dipasaran, peternak dituntut untuk membersihkan tempat makan setiap hari plus mebuang makanan yang tersisa. Ini berarti sebuah pemborosan dan memakan waktu.

3. Ternak yang mengkonsumsi makanan basah cenderung memproduksi feces yang lebih basah. Ini sebuah permasalahan yang paling dibenci oleh peternak bukan hanya karena bau yang ditimbulkan oleh feces yang terlalu basah tetapi juga sebagai sarang perkembang biakan lalat.

Melihat manfaat dan kendala diatas, tampaknya harus usaha yang mesti dilakukan untuk meminimalkan kendala tanpa harus mengurangi keampuhan metode pembasahan makanan ini. Tiga masalah yang muncul yang bersentuhan dengan persoalan tehnis, ekonomi dan lingkungan telah menjadi issu penting bagi dunia perunggasan.

Ada beberapa alternatif solusi yang bisa meminimalkan dampak negatif dari pembasahan makanan dengan tetap menjadikan pertimbangan ekonomi sebagai panglima. Pembasahan makanan akan efektif  bila dilakukan bagi peternak unggas berskala kecil dimana tenaga kerja dianggap bukan merupakan masalah. Belum adanya disain tempat makan yang komersial sehingga berdampak pada pemebersihan rutin tempat makan dapat di atasi dengan cara pemberian makan yang mempertimbangkan kapasitas ayam untuk makan. Penambahan makanan dilakukan setelah seluruh makanan telah dikonsumsi sehingga pemborosan makanan dan pembersihan tempat makan dapat dihindari. Untuk mengatasi feces yang basah, penambahan Suplemen probiotik dan enzyme dalam makanan menjadi solusinya.

Solusi ini hanya sekedar meminimalkan dampak negatif dari proses pembasahan makan.
Dampak positifnya jauh lebih besar bagi pertumbuhan ayam dan peningkatan pendapatan peternak.


Sumber : Majalah Poultry Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar