Anda adalah pengunjung ke :

Minggu, 29 Januari 2017

KONTAMINAN PAKAN  

 (Hal-Hal Yang Mencemari Pakan dan Bahan Baku Pakan)

PAKAN yang tidak sehat dan terkontaminasi dapat memberikan dampak yang sangat buruk terhadap ternak yang mengkonsumsinya. Penampilan parameter produksi dari ternak yang mengkonsumsinya akan terpengaruh seperti antara lain status kesehatan, berat badan, konversi pakan, mortalitas dan tingkat produksi telur (hen day atau hen housed).
Pakan bermasalah atau tidak higienis secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi makan yang dalam periode berikutnya menyebabkan ternak tidak memperoleh asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung kapasitas produksinya.
Beberapa kasus kontaminasi yang menyebabkan pakan menjadi tidak higienis adalah : kutu beserta rumah kutu atau serangga dan dalam bentuk larvanya, cemaran salmonella, cemaran tikus termasuk ekskreta dan urinnya, pertumbuhan jamur yang menghasilkan toksin, oksidasi berantai yang menyebabkan ketengikan, kontaminasi benda-benda asing lainnya/kotoran mati yang menurunkan kualitas bahan baku, dll.

Kontaminasi Jamur

Faktor kontaminan yang utama diperhatikan sejak awal adalah jamur yang khususnya terdapat pada jagung dan bahan bungkil (groundnut meal, soybean meal, dll). Jagung yang dibeli dari pedagang tradisional yang pengeringannya mengandalkan panas matahari biasanya mengandung kadar air 16-17 %. Pada musim hujan akan sulit mendapatkan jagung kering, sehingga kadar air naik di atas 17 %. Selama penyimpanan di gudang, suhu dan kelembaban yang tinggi cenderung mendukung pertumbuhan jamur. 

Kadar air yang aman dalam jagung adalah berkisar 14 % dimana jamur sulit bertumbuh dan menyebarkan sporanya. Sebaiknya jangan menerima jagung dengan kadar air di atas 17 % apalagi jika stok jagung cukup banyak dan akan disimpan dalam waktu lebih dari 2 minggu. Karena selama penyimpanan, tingkat cemaran jamur bisa berkembang lebih 2-3 kali lipat. 

Jagung juga cepat menjadi berbau asam karena panas yang ditimbulkan akibat pertumbuhan jamur.
Kontrol cara penyimpanan jagung yang tidak kering ;
  • Jagung Disusun Dengan Diberikan Ruang Kosong Dalam Jarak Tertentu 
  • Jangan Menempel langsung Pada Dinding Gudang Untuk Memberikan Ventilasi Angin Yang Baik Terhadap Tumpukan Jagung, Mencegah Pembentukan Panas dan Memudahkan Pemeriksaan.
  • Laksanakan Prinsip FIFO Secara Ketat.
  • Apabila Ditemukan Jamur Yang Signifikan, Lakukan Tindakan Pencegahan Atau Pengobatan.

Kontaminasi Kutu
Kontaminasi kutu bisa ditemukan hampir pada semua bahan baku yang mengindikasikan masa penyimpanan yang terlalu lama di gudang pemasok.
Jenis bahan baku yang umum ditemukan tercemar kutu antara lain jagung, tapioka, katul, meskipun tidak tertutup kemungkinan juga bisa ditemukan pada bungkil kedele dll.
Jenis kutu yang berbeda dijumpai pada bahan sumber protein hewani seperti meat bone meal, poultry meat meal, fish meal, blood meal dll. Kutu yang mengkontaminasi bahan ini tergolong mempunyai bentuk badan yang besar dan berwarna coklat gelap sampai hitam. 
Sekali suatu bahan baku terinfestasi kutu, maka secepatnya harus dilakukan tindakan pengendalian yaitu fumigasi.
Kutu cepat berkembang biak dan menimbulkan kerugian besar karena kutu memakan sejumlah besar nutrisi bahan dan mengubahnya menjadi kotoran dan debu. 
Kutu juga berkaitan erat dengan penyebaran jamur, Kutu menciptakan kondisi yang baik untuk mendukung pertumbuhan jamur dengan merusak bijian sebelum atau sesudah panen. Perkembangan populasi kutu menciptakan larva dan sarang kutu. Seterusnya akan bersarang dan melekat pada lekukan fasilitas pabrik dan pojok mesin yang tidak selalu dilalui pergerakan material sehingga kutu leluasa membentuk sarang di daerah seperti itu.

Kontaminasi Salmonella

Salah satu organisma pathogen yang paling utama ditakuti adalah salmonella, karena kontaminasinya mencapai telur dan daging yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.
Pakan dianggap merupakan sumber paling umum bagi infeksi salmonella ke dalam flok unggas yang dipelihara. Sebuah investigasi yang dilakukan pada tahun 1996 menunjukkan bahwa hampir 5 % dari protein ternak telah terkontaminasi oleh serotipe salmonella. Sebanyak 10 % dari semua isolat tersebut adalah berupa Salmonella enteriditis.
Pada umumnya bahan baku sumber protein hewan mempunyai kadar kontaminasi Salmonella yang jauh lebih tinggi dibandingkan protein asal tanaman. 
Bagian dalam unggas dan tepung bulu adalah yang patut paling diperhitungkan beresiko tinggi mengandung Salmonella.

Periode umur 1 – 14 hari pada ayam adalah yang paling peka terhadap infeksi salmonella.
Uji salmonella masih tergolong mahal dan baru umum digunakan terhadap ayam pembibitan.
Berbagai fasilitas produksi berpotensi menyimpan populasi mikro organisma pathogen apabila tidak dibersihkan dan disanitasi secara teratur. Dalam banyak hal, ini diperparah oleh terkonsentrasinya tepung dari sisa proses pakan, yang terakumulasi dalam jangka panjang menyediakan tempat pertumbuhan yang baik. 
Tepung ditambah kelembaban dan umur pakan merupakan faktor-faktor yang menjadi pemicu kontaminasi. 
Pada lokasi-lokasi tertentu jamur mudah serta cepat berkembang untuk menghasilkan alfatoksin. Demikian pula kutu mudah membentuk sarang, menghasilkan larva dan benang-benang yang mencemari pakan. 


diolah dari sumber : feedindonesia.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar