Anda adalah pengunjung ke :

Senin, 19 Agustus 2013

GAS AMMONIA

Nitrogen sisa dalam metabolisme protein (reaksi katabolisme) makhluk hidup bisa diekskresikan (dibuang) dalam dua jenis senyawa kimia, yaitu senyawa urea atau asam urat yang dibentuk dalam hati.

Amonia adalah bahan produksi sampingan dari fermentasi asam urat dalam kotoran ayam. Proses pembentukan ammonia ditingkatkan dalam suhu yang tinggi dengan peningkatan pH litter dan dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya kelembaban dalam kandang. Kadar amonia tinggi dihasilkan dalam kandang menggangu kesehatan ayam yang mengarah ke masalah pernafasan dan lainnya.

Pada manusia, nitrogen sisa berupa urea dibuang lewat air seni dalam bentuk cair, sedangkan pada ayam berupa senyawa asam urat yang berbentuk pasta dengan warna putih sedikit kekuningan. Dalam 24 jam, ayam yang mempunyai bobot badan satu kilogram umumnya dapat mengekskresikan asam urat berkisar 1-2 gram. Asam urat tersebut umumnya dibuang bersama dengan komponen kotoran ayam lainnya yang berasal dari saluran cerna.

Dalam litter, asam urat yang tercampur dengan material feses ayam akan mengalami proses dekomposisi (perubahan bentuk) menjadi senyawa urea dengan bantuan bakteri-bakteri lingkungan. Adanya kelembaban litter dan suhu yang relatif optimal akan membuat urea terurai menjadi gas amonia (NH3) dan gas karbondioksida (CO2). 

Dr. F.T.W. Jordan dari Inggris dan Dr. Anderson dari Amerika, mengadakan pengamatan intensif pada pengaruh gangguan tingkat kadar amonia pada peternakan ayam petelur dan pedaging.Pengaruh ini sebagai faktor penyebab penyakit pernafasan, dan pengaruhnya pada produksi.

Efek amonia 

Gas amonia justru bersifat lebih toksik (beracun) terhadap makhluk hidup dibandingkan dengan senyawa urea atau asam urat, Indera penciuman normal manusia bisa mendeteksi kadar gas amonia paling rendah pada tingkat 5 ppm.(jika bau amonia sudah tercium dalam suatu kandang ayam, artinya kadarnya paling tidak sudah 5 ppm.) Menurut Michael Lacy dari Poultry Diagnostic Centre,

Universitas Georgia, pada kadar 5 ppm gas amonia sudah dapat menimbulkan iritasi ringan saluran pernafasan ayam pedaging atau ayam petelur.

Efek negatif lain dari gas amonia terhadap sistem pernafasan ayam, antara lain:
  • Mengganggu mekanisme pertahanan mukosiliaris pada saluran pernafasan ayam. Pada level 5 ppm, gas amonia sudah dapat mengakibatkan siliostasis (terhentinya gerakan silia atau bulu getar) dan desiliosis (kerusakan silia) pada permukaan saluran pernafasan ayam yang akan mengakibatkan rapuhnya permukaan saluran pernafasan dalam mengantisipasi serangan mikroorganisme yang terkandung dalam udara pernafasan. Manifestasi yang dapat dilihat oleh peternak adalah mudahnya ayam mendapat infeksi saluran pernafasan dan atau tingginya reaksi pasca vaksinasi setelah pemberian vaksin aktif yang mempunyai jaringan target di saluran pernafasan.
  • Gas amonia bersama dengan gas karbondioksida yang terbentuk akan mengakibatkan tekanan gas oksigen dalam udara sekitar ayam akan menurun hal ini tidak saja mengakibatkan ayam yang dipelihara akan mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) yang selanjutnya dapat mempengaruhi penampilan (performance) ayam secara keseluruhan, akan tetapi juga akan membuat kondisi permukaan saluran pernafasan lebih anaerob (tekanan oksigen rendah) yang sangat disukai oleh kuman Mikoplasma. Manifestasi lapangan yang dapat dilihat peternak adalah mudahnya ayam terserang Mikoplasmosis.
  • Induksi gas amonia dalam jangka waktu yang relatif lama (kronis) akan mempengaruhi beberapa fungsi fisiologis normal ayam, diantaranya dapat mempengaruhi palatabilitas (nafsu makan) ayam broiler ataupun ayam petelur.
  • Menurut John Summers dari Universitas Guelph, Kanada, gas ammonia dapat mengakibatkan kondisi alkalosis (pH cairan tubuh, termasuk cairan plasma darah lebih alkalis atau basa) pada ayam. Jika plasma darah bersifat lebih alkalis (pH > 7,2), maka sebagian besar protein plasma seperti globulin dan albumin akan terdisosiasi. Selanjutnya, protein plasma yang terionisasi akan mengikat kalsium darah yang sebelumnya berupa ion bebas yang akan dideposit dalam jaringan tulang dan atau saluran telur.hal ini akan mengganggu pembentukan tulang atau kerangka ayam.
  • Pada ayam petelur yang sedang produksi, kejadian alkalosis akan mengurangi penyediaan zat kapur alias kalsium dalam saluran telur (oviduct) yang akan berakibat kerabang telur yang tipis dan telur akan mudah pecah atau retak.
  • Kadar amonia 50 ppm atau lebih tinggi, membuat sobekan luka kecil di daerah nasio-pharyngeal dan meningkatkan penerimaan jumlah bakteri dan virus patogen penyebab masalah pernafasan pada ayam.
  • Amonia penyebab deceliation mukosa trachea dan mengganggu selaput mucoceliary di sistim nasal trachel dan bronchial.
  • Amonia melarutkan cairan pada mukosa membran dan di mata, untuk menghasilkan amonium hydroxida, bahan alkalispengiritasi. Hal ini menyebabkan kondisi digambarkan sebagai keratokonjungtivitis dimana ayam selalu menutup kelopak matanya dan enggan untuk bergerak. Kornea mata tampak mempunyai selaput abu-abu dan mungkin berair. Ayam tidak mau makan dan menjadi kurus.
Pengendalian

Pengendalian yang cukup efektif terhadap ammonia dapat dilakukan dengan memperbaiki dan meningkatkan sistim tatalaksana pemeliharaan diantaranya :
  • Pada kandang postal, lakukan tata laksana litter dengan baik. Bahan litter yang digunakan harus cukup kering dan dengan ketebalan minimum 10 cm. Jika ada, bagian litter yang basah harus dibuang dan diganti dengan yang baru. Rasio antara bahan litter dengan kotoran ayam yang baik adalah tujuh berbanding tiga.lakukan pembalikan secara teratur.
  • Pada kandang batterei, lakukan kontrol sistem air minum. Jangan sampai banyak air minum yang tumpah dan selanjutnya akan membuat kotoran ayam dibawah kandang batterei basah. Di samping itu, kotoran ayam sebaiknya dikuras dalam waktu yang tidak terlalu lama.
  • Ventilasi yang baik sangat dibutuhkan pada kandang postal maupun kandang batterei. Aliran udara yang cukup, selain akan membawa cukup oksigen, juga akan mengangkut ke luar gas-gas sisa, debu dan mikroorganisme yang terkandung dalam udara di sekitar ayam. Ventilasi yang baik akan mengencerkan konsentrasi mikroorganisme yang ada dalam udara pernafasan ayam.
  • Derajat keasaman (pH) litter biasanya di atas 7,5. Dalam kondisi alkalis, bakteri-bakteri yang bertanggungjawab dalam proses dekomposisi asam urat menjadi urea yang selanjutnya menjadi gas amonia akan berkembang biak dengan baik.
  • Di beberapa negara, bahan-bahan yang bertindak sebagai asidifier sering ditambahkan pada litter untuk mengurangi aktifitas bakteri-bakteri tersebut.
  • Perbaiki system pencernaan ayam dengan memberikan sediaan probiotik dalam air minum maupun pakan, karena langkah ini telah banyak dibuktikan oleh para peternak cukup efektif dalam pengendalian ammonia dalam lingkungan kandang, disamping manfaat besar lainnya.
Agar ayam mampu mengekspresikan potensi genetiknya secara optimal hendaknya 3 hal yang merupakan kunci pokok harus diterapkan dalam sistim tatalaksana pemeliharaan antara lain; Udara yang berkualitas, Air yang berkualitas dan Pakan yang berkualitas. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.



Sumber : dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar