PAKAN yang
tidak sehat dan terkontaminasi dapat memberikan dampak yang sangat buruk
terhadap ternak yang mengkonsumsinya. Penampilan parameter produksi dari ternak
yang mengkonsumsinya akan terpengaruh seperti antara lain status kesehatan,
berat badan, konversi pakan, mortalitas dan tingkat produksi telur (hen day
atau hen housed).
Pakan bermasalah atau tidak higienis
secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi makan yang dalam
periode berikutnya menyebabkan ternak tidak memperoleh asupan nutrisi yang
cukup untuk mendukung kapasitas produksinya. Beberapa kasus kontaminasi yang
menyebabkan pakan menjadi tidak higienis adalah : kutu beserta rumah kutu atau
serangga dan dalam bentuk larvanya, cemaran salmonella, cemaran tikus termasuk
ekskreta dan urinnya, pertumbuhan jamur yang menghasilkan toksin, oksidasi
berantai yang menyebabkan ketengikan, kontaminasi benda-benda asing
lainnya/kotoran mati yang menurunkan kualitas bahan baku, dll.
Pakan sehat dan higienis hanya bisa
dihasilkan dari pengendalian yang ketat atas 3 manajemen penting dalam feedmill
yaitu :
-
Manajemen penyimpanan,
-
Manajemen produksi dan
-
Manajemen perangkat keras.
Cara pengelolaan bahan baku termasuk
di dalamnya adalah sejak bahan tersebut diterima untuk kemudian disimpan sampai
tiba waktunya digunakan. Selama proses penyimpanan akan terjadi pengaruh faktor
luar yang dapat menurunkan kualitas bahan. Konstruksi fasilitas penerimaan dan
penyimpanan harus higienis dan tidak mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme
merugikan. Penseleksian ini merupakan menyaring bahan baku agar tidak ada bahan
baku bermasalah yang bisa lolos masuk ke dalam gudang penyimpanan. Sebab
bahan-bahan seperti itu berpotensi besar untuk mencemari bahan lain, mencemari
fasilitas penyimpanan dan produksi
Kontaminasi Jamur
Faktor kontaminan yang utama diperhatikan sejak awal adalah jamur yang
khususnya terdapat pada jagung dan bahan bungkil (groundnut meal, soybean meal,
dll). Jagung yang dibeli dari pedagang tradisional yang pengeringannya
mengandalkan panas matahari biasanya mengandung kadar air 16-17 %. Pada musim
hujan akan sulit mendapatkan jagung kering, sehingga kadar air naik di atas 17
%. Selama penyimpanan di gudang feedmill, suhu dan kelembaban yang tinggi
cenderung mendukung pertumbuhan jamur.
Kadar air yang aman dalam
jagung adalah berkisar 14 % dimana jamur sulit bertumbuh dan menyebarkan
sporanya. Sebaiknya jangan menerima jagung dengan kadar air di atas 17 %
apalagi jika stok jagung cukup banyak dan akan disimpan dalam waktu lebih dari
2 minggu. Karena selama penyimpanan, tingkat cemaran jamur bisa berkembang
lebih 2-3 kali lipat. Jagung juga cepat menjadi berbau asam karena panas yang
ditimbulkan akibat pertumbuhan jamur. Kontrol cara penyimpanan jagung yang
tidak kering
Jagung
Disusun Dengan Diberikan Ruang Kosong Dalam Jarak Tertentu Dan Jangan Menempel
Langsung Pada Dinding Gudang Untuk Memberikan Ventilasi Angin Yang Baik
Terhadap Tumpukan Jagung, Mencegah Pembentukan Panas Dan Memudahkan
Pemeriksaan.
Laksanakan
Prinsip FIFO Secara Ketat.
Apabila Ditemukan Jamur Yang
Signifikan, Lakukan Tindakan Pencegahan Atau Pengobatan. Misalnya Dengan
Menggunakan Bahan Aditif Pakan Seperti Mold Killer, Mold Inhibitor Atau Mold
Absorbant.
Belakangan
ini kebanyakan aditif sudah mengandung ketiga macam fungsional tersebut dalam
satu macam produk, sehingga penggunaannya menjadi lebih praktis.
Kontaminasi Kutu
Kontaminasi kutu bisa ditemukan
hampir pada semua bahan baku yang mengindikasikan masa penyimpanan yang terlalu
lama di gudang pemasok. Jenis bahan baku yang umum ditemukan tercemar kutu
antara lain jagung, tapioka, katul, meskipun tidak tertutup kemungkinan juga
bisa ditemukan pada bungkil kedele, groundnut meal, kopra, dll.
Jenis kutu yang berbeda dijumpai pada
bahan sumber protein hewani seperti meat bone meal, poultry meat meal, fish
meal, blood meal dll. Kutu yang mengkontaminasi bahan ini tergolong mempunyai
bentuk badan yang besar dan berwarna coklat gelap sampai hitam. Sekali suatu
bahan baku terinfestasi kutu, maka secepatnya harus dilakukan tindakan
pengendalian yaitu fumigasi. Kutu cepat berkembang biak dan menimbulkan
kerugian besar karena kutu memakan sejumlah besar nutrisi bahan dan mengubahnya
menjadi kotoran dan debu. Kutu juga berkaitan erat dengan penyebaran jamur.
Kutu menciptakan kondisi yang baik untuk mendukung pertumbuhan jamur dengan
merusak bijian sebelum atau sesudah panen. Perkembangan populasi kutu
menciptakan larva dan sarang kutu. Seterusnya akan bersarang dan melekat pada
lekukan fasilitas pabrik dan pojok mesin yang tidak selalu dilalui pergerakan
material sehingga kutu leluasa membentuk sarang di daerah seperti itu. QC
menentukan tindakan pembersihan (fumigasi dan fogging) yang akan diambil,
mengatur pelaksanaannya dan berkoordinasi dengan bagian terkait di lapangan.
Fumigasi kebanyakan dilakukan untuk membunuh serangga atau kutu yang terbang
dan bersarang di dalam karung bahan baku. Biasanya menggunakan obat phostoxin
yang berupa tablet dan menguap habis dalam 1-2 hari penyimpanan di
udara terbuka, membebaskan senyawa beracun.
Penggunaan Phostoxin harus ekstra
hati-hati, termasuk juga residu tepung yang tersisa agar tidak menyebar
kemana-mana tetapi tetap dalam wadahnya semula. Beberapa jenis kutu mempunyai
kebiasaan menempel di dinding tembok atau membuat sarang di luar media bahan
baku sehingga lolos dari efek fumigasi. Penyemprotan merupakan cara yang
efektif untuk membongkar sarang khususnya di area terbuka yang jauh dari lokasi
penempatan bahan baku. Dalam penggunaannya, hindari penyemprotan langsung ke
permukaan bahan baku sebab akan menambah kelembaban permukaan dan menyuburkan
pertumbahan mikroorganisma pathogen. Fogging jauh lebih aman digunakan di dalam
area bangunan feedmill karena tidak menimbulkan ataupun bekas bongkaran akibat
kemacetan. Dalam waktu singkat, kotoran bercampur air akan mengundang lalat dan
organisma pathogen lainnya.
Proses grinding oleh hammer mill akan
menghasilkan debu dan panas dimana bahan halus akan mengalami peningkatan suhu.
Selanjutnya partikel halus yang panas akan masuk ke dalam bin penyimpanan dan
menempel pada bagian yang lebih dingin, menimbulkan kondensasi dan kelembaban
yang timbul akan memicu pertumbuhan mikroba. Semakin lama bahan tersimpan di
dalam bin akan menimbulkan akibat yang lebih parah, karena penempelan tersebut
akan mengundang penempelan berikutnya menjadi semakin besar dan bisa menyumbat
bin. Oleh karena itu prosedur baku yang mengatur penjadwalan untuk pembersihan
semua fasilitas pabrik sangatlahpenting. Sehingga dapat menghilangkan
sumber-sumber kontaminasi yang pada akhirnya akan berulang-ulang mencemari
pakan.
Jagung
Disusun Dengan Diberikan Ruang Kosong Dalam Jarak Tertentu Dan Jangan Menempel
Langsung Pada Dinding Gudang Untuk Memberikan Ventilasi Angin Yang Baik
Terhadap Tumpukan Jagung, Mencegah Pembentukan Panas Dan Memudahkan
Pemeriksaan.
(Sumber : Suharja Wanasuria,
http://feedindonesia.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar