Jika membicarakan nutrisi ayam, sering fokusnya terhadap mutu daripada jumlahnya. Tapi Prof. Seksom Attamangkune dari Kasetsart University Thailand mengatakan bahwa perhatiannya terkadang harus dibalik. Jika orang berbicara mengenai nutrisi, mereka selalu berpikir mengenai tingkat nutrisi masing-masing yang harus terdapat dalam pakannya, mutu bahan yang dipakai dalam pakan dan bagaimana mereka proses pakan tersebut? Tetapi kebanyakan mereka lupa bagaimana mendistribusikan pakan secara baik dan cukup jumlahnya ke ternak tersebut. Attamangkune memberi contoh 2 pakan. Satunya densiti lebih tinggi sehingga kelihatan superior. Tetapi bila kita hitung jumlah konsumsi pakan maka terlihat keuntungannya yang besar diperoleh bila konsumsi pakan dari densiti pakan yang lebih rendah adalah cukup.
Dalam kenyataannya, jumlah konsumsi pakan yang aktual dapat lebih rendah dari kebutuhan ideal yang dapat dipenuhi. Faktor manajemen seperti kepadatan yang tinggi dan kurangnya tempat pakan sering menjadi alasan.
Pada kandang ayam petelur, konsumsi pakan dapat dengan mudah dirusak oleh terlalu padatnya ayam. Dalam hal konsumsi pakan ini berarti bahwa tempat pakan yang lebih sedikit dari jumlah ayam yang ada, mungkin 5 ekor ayam berpacu untuk mendapatkan pakan ditempat pakan yang hanya cukup untuk 3 ekor ayam.
Produksi mungkin masik oke, tetapi terkadang bila kepadatannya terlalu tinggi ini merupakan tambahan faktor lain, seperti juga ukuran partikel jagung yang lebih besar. Ayam pertama yang makan lebih banyak jagung yang dimakan dan produksinya banyak tetapi telurnya lebih kecil sedang ayam yang lain akan makan bungkil kedelai dan produksinya lebih sedikit tetapi ukuran telurnya lebih besar.
Masih ada faktor lain yang berdampak terhadap konsumsi pakan. Sandeep Gupta dari India telah melakukan penelitian mengenai struktur pakan yang merupakan faktor nutrisi penting sebagai salah satu pertanda dampaknya terhadap perilaku dan metabolismenya. Sementara faktor rasa dan bau kurang berkembang pada ayam dibanding dengan mamalia. Hal ini dikompensasi oleh reseptor mekanis yang terdapat diujung paruh bagian atas dan bawah.
Masih ada faktor lain yang berdampak terhadap konsumsi pakan. Sandeep Gupta dari India telah melakukan penelitian mengenai struktur pakan yang merupakan faktor nutrisi penting sebagai salah satu pertanda dampaknya terhadap perilaku dan metabolismenya. Sementara faktor rasa dan bau kurang berkembang pada ayam dibanding dengan mamalia. Hal ini dikompensasi oleh reseptor mekanis yang terdapat diujung paruh bagian atas dan bawah.
Ukuran dan kekerasan dari partikel pakan tersebut mempengaruhi keseluruhan sensori dan mempunyai dampak terhadap perilaku pemakaian pakan. Dalam banyak penelitian, partikel yang lebih kasar dan seragam memberikan performans lebih baik dari partikel halus dan tidak beraturan. Adanya partikel yang halus menyebabkan pengumpulan bahan seperti pasta di paruhnya, yang akan menambah konsumsi air dan pakan tersisa di dalam tempat minum. Ukuran partikel yang halus mungkin mengurangi lajunya pakan dalam saluran pencernaan dan viskositasnya lebih tinggi menyebabkan pakan terbuang dan diare. Pemakaian pakan yang partikelnya lebih besar akan lebih menarik karena berkurangnya energi yang dibutuhkan untuk menghaluskannya. Attamangkune menambahkan lebih jauh mengenai komposisi pakan, jumlah feed additif dapat juga dipakai untuk memperbaiki jumlah konsumsi pakan. Sementara banyak Negara melarang AGP (Antibiotic Growth Promotor). Attamangkune menunjuk beberapa alternatif pengganti, seperti :
- Enzim,
- Probiotik dan Prebiotik,
- Asam Organik,
- Ekstrak Tanaman dan Herbal.
"SnS PRO adalah salah satu produk probiotik komersial menjadi pilihan dalam upaya perbaikan jumlah konsumsi pakan baik secara kuantitas maupun kualitas, yang pada akhirnya meningkatkan juga performance ternak."
(Sumber : Feed Formulated & News, Juli 2007).
(Sumber : Feed Formulated & News, Juli 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar