Kejadian
necrotic enteritis (NE) yang disebabkan Clostridium perfringens bukan
masalah baru yang ditemukan pada ternak unggas, akan tetapi, kejadian
penyakit ini sering kurang dikenali dan kurang diperhitungkan petemak.
Clostridium
perfringens sebenarnya merupakan bakteri normal yang ada dalam saluran
pencernaan ayam sehat, namun dengan adanya faktor yang mengganggu
keseimbangan sistem pencernaan ayam, kuman ini dapat berproliferasi,
memproduksi toksin dan menimbulkan penyakit. Proliferasi Clostridium perfringens
serta dihasilkannya toksin alfa dapat dipicu oleh komponen yang berada
dalam pakan yang diikuti inaktifasi enzim pencernaan, dan berakibat
menurunkan kemampuan degradasi toksin . Manifestasi penyakit ini pada
dinding usus berupa lesi haemorrhagis sampai nekrose, cholangiohepatitis
dan peningkatan kematian ayam. Sejumlah faktor predisposisi bagi
necrotic enteritis adalah faktor fisik yang merusak mukosa usus
(koksidiosis, cacing dan sebagainya), komposisi pakan, perubahan kadar
nutrisi atau tingkat protein pakan, dan penyakit imunosupresi yang
menurunkan resistensi terhadap infeksi usus . Konversi pakan yang tidak
seimbang, kurangnya berat karkas dan meningkatnya persentase karkas yang
diafkir merupakan akibat utama pencrunan produksi akibat necrotic
enteritis. Sedangkan necrotic enteritis subklinis telah diindikasikan
mengakibatkan konversi pakan yang tidak seimbang dan kekerdilan. Hingga
saat ini prevalensi necrotic enteritis cenderung meningkat, dan
merupakan penyakit yang serius dengan menyebabkan kerugian ekonomi yang
cukup nyata.
Pencegahan penyakit membutuhkan kesungguhan usaha untuk menjaga keseimbangan dari semua faktor yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap timbulnya penyakit.
Pencegahan penyakit membutuhkan kesungguhan usaha untuk menjaga keseimbangan dari semua faktor yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap timbulnya penyakit.
PENGENDALIAN PENYAKIT
Manajemen kelembaban alas kandang
Praktek
manajemen kandang yang baik harus dilakukan . Sangat penting menjaga
kebersihan kandang, dan melakukan desinfeksi sebelum penempatan hewan.
Desinfeksi kandang dilakukan dengan desinfektan yang dikombinasikan
dengan yang dapat membunuh oocyst dari koksidia dan yang dapat melakukan
penetrasi dinding luar organisme yang biasanya sangat tahan terhadap
desinfektan pada umumnya. Pemberian virucidal, bactericidal yang
merupakan desinfektan berspektrum luas dapat efektif terhadap virus,
bakteri dan fungi, sehingga akan dapat mengurangi pengaruh yang lebih
buruk dari infeksi virus yang bersifat imunosupresif (LISTER, 1996).
Semua faktor predisposisi harus dikendalikan . Penggunaan antikoksidia dalam pakan (terutama ionophore), dan pembantu pencegahan seperti enzim dapat menekan pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus. Jangan melakukan perubahan pakan secara mendadak baik komposisi maupun bentuk pakan.
Penentuan faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya penyakit akan menentukan pengobatan yang harus dilakukan (NORTON, 2000).
Semua faktor predisposisi harus dikendalikan . Penggunaan antikoksidia dalam pakan (terutama ionophore), dan pembantu pencegahan seperti enzim dapat menekan pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus. Jangan melakukan perubahan pakan secara mendadak baik komposisi maupun bentuk pakan.
Penentuan faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya penyakit akan menentukan pengobatan yang harus dilakukan (NORTON, 2000).
Penggunaan antibiotik dan resistensi terhadap antibiotik
Untuk
pengobatan dan pencegahan penyakit, harus dijamin penggunaan antibiotik
yang tepat. Selama ini, penanggulangan NE dilakukan dengan pemberian
berbagai macam antibiotika seperti basitrasin, penisilin dan lincomisin
dari dosis rendah (untuk pencegahan) dan dosis tinggi (untuk pengobatan)
. Penggunaan antibiotika dalam pakan untuk
pencegahan penyakit telah banyak menimbulkan pertentangan pendapat yang ditimbulkannya . Dari laporan kasus di lapangan, sudah sering ditemukan Clostridium perfringens yang resisten terhadap berbagai antibiotik seperti bacitracin, lincomycin dan sebagainya (DE VRIESE et al ., 1993 ; KONDO, 1988; WATKINS et al., 1997). Oleh sebab itu, beberapa negara Eropa telah melarang penggunaan antibiotik untuk pencegahan penyakit pada ayam (NORTON, 2000; NEWMAN, 2000). Adanya resistensi bakteri penyebab terhadap antibakterial dalam pakan dan preparat antikoksidia merupakan salah satu alasan kompleksnya pengendalian penyakit ini dan membutuhkan kehatihatian dalam memilih antibiotik yang tepat untuk pengendalian infeksi bakteria .
pencegahan penyakit telah banyak menimbulkan pertentangan pendapat yang ditimbulkannya . Dari laporan kasus di lapangan, sudah sering ditemukan Clostridium perfringens yang resisten terhadap berbagai antibiotik seperti bacitracin, lincomycin dan sebagainya (DE VRIESE et al ., 1993 ; KONDO, 1988; WATKINS et al., 1997). Oleh sebab itu, beberapa negara Eropa telah melarang penggunaan antibiotik untuk pencegahan penyakit pada ayam (NORTON, 2000; NEWMAN, 2000). Adanya resistensi bakteri penyebab terhadap antibakterial dalam pakan dan preparat antikoksidia merupakan salah satu alasan kompleksnya pengendalian penyakit ini dan membutuhkan kehatihatian dalam memilih antibiotik yang tepat untuk pengendalian infeksi bakteria .
Prebiotik dan Probiotik (Competitive exclusion)
Prebiotik
adalah gula-gula yang dapat difermentasi, dan dimasukkan dalam pakan
atau air minum ayam untuk merangsang pertumbuhan bakteri yang
menguntungkan. Contoh prebiotik antara lain adalah laktosa dan
oligofruktosa . Ayam yang dalam pakannya diberi suplemen laktosa, secara
nyata menunjukkan jumlah Clostridium perfringens yang rendah dalam isi sekumnya
dibanding ayam yang tidak diberi suplemen laktosa . Laktosa dalam pakan
menurunkan kejadian NE pada ayam. Oligofruktosa dan inulin dapat
menstimulasi jumlah Bifidobacterium secara in vitro, dan populasi
bakteri pathogen seperti Escherichia coli dan Clostridium tetap ada
dalam jumlah rendah (KALDHUSDAL,2000a) .
Pemberian
kultur hidup mikroorganisme yang diperoleh dari ayam dewasa sehat pada
anak ayam untuk mengatasi kolonisasi bakteri pathogen diistilahkan
sebagai competitive exclusion . Cara ini telah digunakan
sebagai usaha untuk mengatasi masalah NE (KALDHUSDAL et al ., 2001 ;
MORNER et al., 1999). Penggunaan atau pemberian mikroflora normal dari
usus ayam dewasa yang sehat untuk memperbaiki performans ayam telah
dilakukan dan memberikan hasil yang sangat baik (APAJALAHTI, 1999;
KALDHUSDAL et al., 200l). Pemberian mikroflora tersebut dapat efektif
untuk mengurangi pengaruh buruk dari NE pada ayam.
Dari
beberapa pengalaman dan kesaksian yang diberikan oleh para praktisi dan
peternak di Blitar-Jawa Timur menyatakan bahwa pemberian SnS PRO, Probitic Solution (Cultur competitive exclusion),
dapat mengurangi keparahan akibat NE pada ayam, dan mengurangi
proliferasi Clostridium perfringens dalam usus (selaras dengan pernyataan CRAVEN
et al., 1999; KALDHUSDAL, et al ., 2001 ; FICKEN dan WAGES, 1997,
HOFACRE et al., 2003) dan ternyata lebih efektif dibanding pemberian
antibiotik seperti virginiamisin dan basitrasin untuk mengatasi NE
(HOFACRE et al., 1998) .
Preparat enzim
Pemberian
preparat enzim jika digunakan,pakan ayam berbahan gandum dan
biji-bijian sejenis dapat mengurangi atau menghilangkan sifat
antinutritif dari polisakarida yang kental . Preparat enzim mengandung
beberapa karbohidrat, lipase dan protease telah dilaporkan dapat
mengurangi kejadian NE. Tetapi hasil uji tantang pada penggunaan
pentosanase pada pakan berbahan gandum tidak berpengaruh terhadap
tingkat mortalitas akibat NE. Mungkin hal ini disebabkan pengaruh
beberapa faktor seperti macam kandungan pakan, cara tantangan dan
kondisi lingkungan (KALDHUSDAL, 2000b) . Penggunaan xylanase berpengaruh
pada mikroflora sekum ayam pedaging .
Enzim ini dapat memperbaiki status nutrisi pakan. Ternyata enzim ini menambah populasi bakteri seperti Peptostreptococcus, Bacteroides, Propionibacterium, Eubacterium dan Bifidobacterium, tetapi mengurangi jumlah bakteri Clostridium, Enterobacteriaceae dan Campylobacter (APAJALAHTI, 1999).
Enzim ini dapat memperbaiki status nutrisi pakan. Ternyata enzim ini menambah populasi bakteri seperti Peptostreptococcus, Bacteroides, Propionibacterium, Eubacterium dan Bifidobacterium, tetapi mengurangi jumlah bakteri Clostridium, Enterobacteriaceae dan Campylobacter (APAJALAHTI, 1999).
Mineral dan vitamin
Pemberian
pakan yang mengandung 50 ppm zinc dengan 1000 ppm diberikan sebagai
zinc sulphate berpengaruh terhadap kejadian NE. Dalam penelitian
KALDHUSDAL (2000b), jika ayam ditantang dengan E. brunetti dan Clostridium perfringens, kejadian NE lebih tinggi terjadi pada ayam yang tidak
mendapatkan suplemen zinc dibandingkan ayam yang mendapatkan suplemen
zinc. Ion zinc, secara spesifik terlibat dalam hidrolisis katalitik dari
substrat toksin alfa Clostridium perfringens, yang secara in vitro dipengaruhi
oleh kadar zinc dalam medium tumbuh. Kepekaan toksin alfa secara in
vitro terhadap degradasi oleh tripsin sebagian dapat dicegah pada
konsentrasi zinc di atas 800 ppm.
Penambahan vitamin A, 133, E, K3, C dan selenium pada pakan ayam pedaging tidak secara nyata mempengaruhi jumlah Clostridium perfringens dalam sekum, demikian juga penambahan para-amino benzoic acid atau betaine.
Penambahan vitamin A, 133, E, K3, C dan selenium pada pakan ayam pedaging tidak secara nyata mempengaruhi jumlah Clostridium perfringens dalam sekum, demikian juga penambahan para-amino benzoic acid atau betaine.
KESIMPULAN
- NE pada ayam yang disebabkan oleh Clostridium perfringens dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi, mengganggu pertumbuhan ayam dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
- Clostridium perfringens adalah bakteri normal yang ditemukan dalam usus ayam, tetapi dalam keadaan tertentu dapat berproliferasi, menjadi patogen dan menghasilkan toksin.
- Beberapa faktor dapat menjadi predisposisi terjadinya NE yaitu kerusakan pada mukosa usus (misalnya oleh koksidia, cacing atau hal lainnya), faktor komposisi pakan yang mempengaruhi lingkungan dan pH usus (terkait pakan yang mengandung tepung ikan tinggi, biji-bijian tertentu, dan perubahan mendadak dari kadar protein pakan), dan adanya imunosupresi yang menurunkan ketahanan terhadap infeksi usus.
- NE dan NE subklinis akan mengganggu beberapa indikator dari produksi ayam, sehingga secara substansial menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Kerugian umumnya disebabkan oleh kematian ayam, buruknya feed conversion, berkurangnya berat karkas dan banyaknya karkas terbuang karena adanya kelainan atau kerusakan .
- Pengobatan dengan menggunakan antibiotik sudah sering dilakukan tetapi sering juga terjadi resistensi Clostridium perfringens terhadap antibiotik tertentu.
- Pengendalian NE terutama diarahkan untuk menjaga keseimbangan semua faktor yang berperan dalam kesehatan ayam. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah kebersihan, terutama alas kandang dan terjaga kelembabannya, lingkungan usus yang baik tanpa perubahan pakan mendadak, pencegahan koksidiosis, peflyakit cacing, dan penyakit imunosupresi. Kekebalan akibat imunisasi pada induk ayam dapat diturunkan pada anak ayam turunannya.
- Penggunaan antibiotik, prebiotik dan Probiotik (metode competitive exclusion), preparat enzim, pemberian mineral dan vitamin merupakan cara-cara untuk mencegah NE.
sumber :
disarikan dari WARTAZOA Vol. 14 No. 4 Th . 2004 | LILY NATALIA | Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114
Tidak ada komentar:
Posting Komentar