Sektor
peternakan dituntut untuk dapat menyediakan pangan yang cukup bagi
penduduk Indonesia berupa protein hewani agar manusia-manusia Indonesia
dapat menjadi manusia yang sehat, cerdas dan kuat. Untuk memenuhi
permintaan akan protein hewani tersebut, salah satu sektor usaha
peternakan yang cukup memadai untuk menjadi andalan adalah peternakan
unggas, terutama ayam broiler dan ayam petelur. Usaha peternakan
dibidang perunggasan (ayam) dewasa ini semakin berkembang pesat dan
meningkat sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk yang
selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan gizi proteinnya. Oleh karena
itu usaha peternakan ini harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar
selalu menguntungkan serta produk yang dihasilkan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat baik kuantitas maupun kualitasnya. Dalam indutri
peternakan, khususnya peternakan unggas, pemberian makanan tambahan
berupa feed aditive atau feed supplement biasa dilakukan. Pemberian feed
aditive tersebut dilakukan untuk memperbaiki performance / penampilan
produksi dari ternak unggas. Bermacam-macam jenis feed aditive antara
lain adalah obat-obatan, antibiotika atau hormon-hormon pertumbuhan.
Akan tetapi pemberian feed additive tersebut belakangan ini tidak
memuaskan karena sedikit banyak mempunyai efek samping yang kurang baik,
baik terhadap hewan ternaknya sendiri, maupun terhadap manusia yang
mengkonsumsi hasil ternaknya. Sebagai contoh pemberian antibiotika dapat
menyebabkan resistensi terhadap suatu jenis penyakit, sehingga penyakit
tersebut sulit untuk disembuhkan dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya
jenis penyakit baru. Penggunaan hormon-hormon pertumbuhan dapat
menyebabkan efek yang kurang baik terhadap manusia yang mengkonsumsi
hasil ternaknya, karena residu yang tertinggal dari hormon-hormon
pertumbuhan pada daging atau telur ayam, secara tidak langsung akan ikut
terkonsumsi juga oleh manusia yang memakannya dan terakumulasi dalam
tubuh. Belakangan ini mulai berkembang makanan tambahan jenis baru
berupa Probiotika. Probiotika merupakan suatu makanan tambahan atau feed
aditive yang berupa mikroorganisme hidup, baik bakteri maupun
yeast/kapang yang diberikan melalui campuran ransum atau air minum.
Adapun tujuan pemberian probiotika adalah untuk memperbaiki keseimbangan
populasi mikroba didalam saluran pencernaan, dimana mikroba-mikroba
yang menguntungkan populasinya akan meningkat dan menekan pertumbuhan
mikroba yang merugikan yang sebagian besar adalah mikroba penyebab
penyakit (mikroba patogen). Pemakaian probiotika ini tidak mempunyai
pengaruh yang negatif baik kepada ternaknya sendiri, maupun kepada
manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya.
Pemberian
probiotika juga sering digunakan sebagai alternatif untuk membatasi
penggunaan antibiotika yang terlalu sering dalam pengobatan penyakit,
untuk menghindari resistensi suatu jenis penyakit. Selain itu pemberian
probiotika juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya kontaminasi mikroba penyebab penyakit (mikroba patogenik)
terhadap produk-produk hasil unggas, sehingga produk-produk yang
dihasilkan terjaga kehigienisannya. Dengan demikian pemberian probiotika
pada ternak unggas diharapkan akan mampu memperbaiki penampilan
produksinya baik kuantitas yaitu jumlah ternak, daging atau telur yang
dihasilkan lebih banyak, maupun kualitasnya berupa produk-produk yang
sehat dan aman untuk dikonsumsi.
DEFENISI PROBIOTIKA
Istilah
“probiotika” berasal dari bahasa yunani “probios” yang dalam biologi
berarti untuk kehidupan. Istilah tersebut pertama kali digunakan untuk
menjelaskan substansi (zat) yang disekresikan oleh suatu mikroba /
mikroorganisme yang dapat memacu pertumbuhan (FULLER, 1992). Istilah
probiotika didefinisikan kembali oleh Fuller pada tahun 1989 bahwa
probiotika adalah sebagai makanan tambahan berupa mikroba hidup baik
bakteri maupun kapang / yeast yang mempunyai pengaruh yang menguntungkan
pada hewan inang dengan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran
pencernaan (FULLER,1992). Mikroba-mikroba tersebut secara alami telah
ada dalam tubuh hewan, ternak atau manusia, dan merupakan bagian
pertahanan tubuh karena membantu tubuh melawan mikroba-mikroba yang
berbahaya bagi kesehatan. Didalam saluran pencernaan mikroba-mikroba ini
mendukung kesehatan saluran pencernaan. MCNAUGHT and MACFIE (2000)
mengemukakan bahwa mikroba bisa dikatakan mempunyai status probiotika
bila memenuhi sejumlah kriteria sebagai berikut :
- Bisa diisolasi dari hewan inang dengan spesies yang sama;
- Mampu menunjukkan pengaruh yang menguntungkan pada hewan inang;
- Tidak bersifat patogen;
- Bisa transit dan bertahan hidup dalam saluran pencernaan hewan inang;
- Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selama dalam penyimpanan
Walaupun
istilah probiotika yang berkaitan dengan makanan tambahan (feed
supplement) baru dimulai pada sekitar tahun 1974, tetapi penggunaan
mikroba hidup sebagai makanan tambahan telah dimulai dari ratusan tahun
sebelumnya. Makanan yang pertama sekali mengandung mikroorganisme hidup
adalah susu fermentasi (FULLER, 1992), dan saat ini dikenal sebagai
dadih di Sumatera Barat dan yoghurt yang banyak dijual dipasaran.
MEKANISME KERJA PROBIOTIKA
Mekanisme
kerja dari probiotik masih banyak yang kontroversi, tetapi beberapa
mekanisme berikut penting untuk menjadi bahan pertimbangan, antara lain
adalah :
1. Melekat / menempel dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan.
Kemampuan
probiotika untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan menempel
pada sel-sel usus adalah sesuatu yang diinginkan. Hal ini merupakan
tahap pertama untuk berkolonisasi, dan selanjutnya dapat dimodifikasi
untuk sistem imunisasi / kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang
kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba-mikroba probiotika
berkembang dengan baik dan mikroba-mikroba patogen terreduksi dari
sel-sel usus hewan inang, sehingga perkembangan organisme-organisme
patogen yang menyebabkan penyakit tersebut, seperti Eshericia coli,
Salmonella thyphimurium dalam saluran pencernaan akan mengalami
hambatan. Sejumlah probiotik telah memperlihatkan kemampuan menempel
yang kuat pada sel-sel usus manusia seperti Lactobacillus casei,
Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus plantarum dan sejumlah besar
Bifidobacteria. (MCNAUGHT and MACFIE, 2000).
2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat anti microbial
Mikroba
probiotika menghambat organisme patogenik dengan berkompetisi untuk
mendapatkan sejumlah terbatas substrat bahan makanan untuk difermentasi.
Substrat bahan makanan tersebut diperlukan agar mikroba probiotika
dapat berkembang dengan baik. Substrat bahan makanan yang mendukung
perkembangan mikroba probiotika dalam salauran pencernaan disebut
“prebiotik” (PATTERSON and BURKHOLDER, 2003). Prebiotik ini adalah
terdiri dari bahan-bahan makanan yang pada umumnya banyak mengandung
serat. Pada makanan manusia prebiotik dapat ditemukan pada beberapa
jenis makanan seperti biji-bijian, sayur-sayuran seperti brocoli,
kembang kol, sayuran hijau, buah-buahan, produk olahan kedalai seperti
tempe, tahu, tauco, beberapa sumber karbohidrat seperti terigu, bawang
merah dan bawang bombai (ANONYMOUS, 2003; ANONYMOUS, 2004). Sejumlah
mikroba probiotika menghasilkan senyawa / zat-zat yang diperlukan untuk
membantu proses pencernaan substrat bahan makanan tertentu dalam saluran
pencernaan yaitu enzim. Mikroba-mikroba probiotika penghasil asam
laktat dari spesies Lactobacillus, menghasilkan enzim selulase yang
membantu proses pencernaan. Enzim ini mampu memecah komponen serat kasar
yang merupakan komponen yang sulit dicerna dalam saluran percernaan
ternak unggas. Saat ini penggunaan bahan makanan ternak (pakan) untuk
unggas kebanyakan berasal dari limbah industri atau limbah pertanian
yang pada umumnya mengandung serat kasar tinggi.
Penggunaan
mikrobamikroba probiotika yang menghasilkan enzim selulase mampu
memanfaatkan makanan berserat kasar tinggi dari limbah industri dan
pertanian tersebut, dan mikroba probiotika membantu proses pencernaan
sehingga serat kasar dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jaringan dan
peningkatan pertambahan bobot badan. Mikroba probiotika juga
mensekresikan produk anti mikrobial yang dikatakan bacteriocin. Sebagai
contoh Lactobacillus aciodophilus menghasilkan dua komponen bacteriocin
yaitu bacteriocin lactacin B dan acidolin. Bacteriocin lactacin B dan
acidolin bekerja menghambat berkembangnya organisme patogen (MCNAUGHT
and MACFIE, 2000).
3. Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang
Mikroorganisme
probiotika mampu mengatur beberapa aspek dari system kekebalan hewan
inang. Kemampuan mikroba probiotika mengeluarkan toksin yang mereduksi /
menghambat perkembangan mikroba-mikroba patogen dalam saluran
pencernaan, merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan kekebalan
hewan inang. Toksin-toksin yang dihasilkan tersebut merupakan
antibiotika bagi mikroba-mikroba patogen, sehingga penyakit yang
ditimbulkan oleh mikroba patogen tersebut akan bekurang dan dapat hilang
atau sembuh dengan sendirinya. Hal ini akan memberikan keuntungan
terhadap kesehatan hewan inang sehingga tahan terhadap serangan
penyakit. Penggunaan probiotika pada ternak unggas dilaporkan dapat
menurunkan aktivitas urease, suatu enzim yang bekerja menghidrolisis
urea menjadi amonia sehinggga pembentukan amonia menjadi berkurang.
Amonia adalah suatu bahan yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak
unggas (YEO and KIM, 1997).
MIKROBA PROBIOTIKA
Sejumlah
spesies mikroba telah berhasil diisolasi, dan telah diidentifikasi dan
digunakan sebagai probiotika. FULLER (1999) melaporkan bahwa
mikroba-mikroba yang termasuk kedalam probiotika antara lain adalah :
Lactobacillus delbrueckki subspesies bulgaricus
Lactobacillus. acidophilus
Lactobacillus casei subspesies casei
Lactobacillus rhamnosus
Lactobacillus reuteri
Lactobacillus plantarum
Lactobacillus fermenteum
Lactobacillus brevis
Lactobacillus lactis
Streptococcus salivarius subspesies thermophilus
Streptococcus lactis
Enterococcus faecium
E. faecalis
Bifidobacterium bifidum
Bifidobacterium pseudolongum
Bifidobacterium brevis
Bifidobacterium thermophilus
Bacillus subtilis
Bacillus cereus
Bacillus toyoi
Bacillus natto
Bacillus mesentricus
Bacillus licheniformis
Clostridium butyricum
Pediococcus pentosaceus
Saccharomyces cerevisiae
Aspergillus oryzae, dan
Candida pintolepsi
Lactobacillus delbrueckki subspesies bulgaricus
Lactobacillus. acidophilus
Lactobacillus casei subspesies casei
Lactobacillus rhamnosus
Lactobacillus reuteri
Lactobacillus plantarum
Lactobacillus fermenteum
Lactobacillus brevis
Lactobacillus lactis
Streptococcus salivarius subspesies thermophilus
Streptococcus lactis
Enterococcus faecium
E. faecalis
Bifidobacterium bifidum
Bifidobacterium pseudolongum
Bifidobacterium brevis
Bifidobacterium thermophilus
Bacillus subtilis
Bacillus cereus
Bacillus toyoi
Bacillus natto
Bacillus mesentricus
Bacillus licheniformis
Clostridium butyricum
Pediococcus pentosaceus
Saccharomyces cerevisiae
Aspergillus oryzae, dan
Candida pintolepsi
PEMBERIAN PROBIOTIKA DAN MANFAATNYA PADA TERNAK UNGGAS
Di
dalam saluran pencernaan baik hewan, ternak atau manusia terdapat
sekitar 100 sampai 400 jenis mikroba, yang secara sederhana
dikelompokkan dalam mikroba baik (yang menguntungkan) dan mikroba jahat
(yang merugikan yang bisa menyebabkan penyakit atau mikroba patogen).
Semua mikroba hidup dalam keseimbangan. Jika keseimbangan tergganggu,
misalnya mikroba jahat lebih banyak dibandingkan dengan mikroba baik,
maka timbullah penyakit. Terjadinya diare misalnya adalah akibat bakteri
Esheriacia coli, cholera oleh bakteri Vibrio cholerae atau thypus oleh
bakteri Salmonella Thypimurium Pemberian probiotika seperti telah
dikemukakan dibagian terdahulu adalah untuk memperbaiki keseimbangan
populasi mikroba didalam saluran pencernaan hewan, dimana
mikroba-mikroba yang menguntungkan populasinya lebih tinggi dari
populasi mikroba yang merugikan. Pada manusia, perbandingan persentase
jumlah mikroba yang baik yang diajurkan adalah sekitar 85:15 (ANONYMOUS,
2004). Perbandingan tersebut tentu saja dapat dicapai dengan pemberian
atau penggunaan probiotika dan prebiotika. Pemberian probiotika pada
ternak unggas bisa diberikan dalam bentuk campuran ransum atau diberikan
melalui air minum, atau dalam bentuk probiotika yang hanya mengandung
satu macam strain mikroba saja atau dalam bentuk campuran terdiri dari
beberapa strain mikroba. Beberapa keuntungan dari penggunaan probiotika
pada hewan / ternak antara lain adalah :
- Dapat memacu pertumbuhan,
- Memperbaiki konversi ransum,
- Mengontrol kesehatan antara lain dengan mencegah terjadinya gangguan pencernaan terutama pada hewan-hewan muda, prapencernaan faktor-faktor anti nutrisi seperti penghambat trypsin,Asam phitat, glukosinolat dan lain-lain (HAVENAAR ET AL., 1992).
- Angka konversi
- Meningkatkan ketersediaan vitamin dan zat makanan lain (BARROW, 1992; YEO AND KIM, 1997).
Pemberian
probiotika pada ayam broiler sebaiknya dilakukan selama 3 minggu
pertama pemeliharaan (YEO AND KIM, 1997). Pada ayam petelur dilaporkan
bahwa pemberian probiotika dapat memperbaiki produksi telur, konsumsi
ransum, dan berat telur (BAHLEVI ET AL., 2001), sedangkan Panda Et Al
(2003) melaporkan pemberian probiotika dapat memperbaiki produksi telur,
berat kerabang dan tebal kerabang telur serta menurunkan kadar
kolesterol pada kuning telur.
Dibeberapa negara Eropa dan Amerika saat ini sedang dikampanyekan pembatasan penggunaan antibiotika pada hewan-hewan ternak. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi dari penggunaan antibiotika dan menghindari pengaruh negatif antibiotika pada manusia (konsumen). Selain itu pemberian antibiotika juga bisa menggangu keseimbangan mikroba didalam saluran pencernaan. Sebagai alternatif yang aman dari penggantian penggunaan antibiotika adalah dengan pemberian probiotika, karena tidak mempunyai pengaruh samping yang negatif bila diberikan dalam dosis yang tepat (PATTERSON and BURKHOLDER, 2003; CAVAZZONI ET AL., 1998; YEO and KIM,1997).
Dibeberapa negara Eropa dan Amerika saat ini sedang dikampanyekan pembatasan penggunaan antibiotika pada hewan-hewan ternak. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi dari penggunaan antibiotika dan menghindari pengaruh negatif antibiotika pada manusia (konsumen). Selain itu pemberian antibiotika juga bisa menggangu keseimbangan mikroba didalam saluran pencernaan. Sebagai alternatif yang aman dari penggantian penggunaan antibiotika adalah dengan pemberian probiotika, karena tidak mempunyai pengaruh samping yang negatif bila diberikan dalam dosis yang tepat (PATTERSON and BURKHOLDER, 2003; CAVAZZONI ET AL., 1998; YEO and KIM,1997).
Penggunaan probiotika juga merupakan suatu cara pendekatan untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya kontaminasi penyakit terutama penyakit thypus terhadap
produk-produk unggas yaitu daging dan telur, sehingga daging dan telur
yang dihasilkan higienis dan aman untuk dikonsumsi sesuai dengan
standard kesehatan (PATTERSON and BURKHOLDER, 2003). Hal ini sebagai
akibat terreduksinya mikroba-mikroba pathogen penyebab penyakit.
Penggunaan probiotika saat ini tidak hanya berkembang pada konsumsi
hewan atau ternak, tetapi juga berkembang pada makanan manusia. Sejumlah
produk makanan manusia (pangan) telah juga dilengkapi dengan probiotika
dan prebiotika, seperti produk olahan susu untuk bayi. Susu formula
untuk bayi dilengkapi dengan probiotika dimaksudkan agar dalam saluran
pencernaan bayi berkembang mikroba-mikroba yang menguntungkan sehingga
bayi lebih tahan terhadap penyakit dan lebih sehat. Produk olahan lain
adalah susu fermentasi seperti yogurt dan yakult. Dengan demikian
pemberian probiotika pada ternak unggas diharapkan dapat memberikan
manfaat terutama peningkatan performance / penampilan produksi yaitu
kuantitas (produksi ternak dan daging yang tinggi) dan kualitas
(kualitas telur dan daging yang baik dan higienis) sehingga kedepan
diharapkan dapat menjadikan usaha peternakan unggas menjadi lebih
ekonomis dan menguntungkan.
PENUTUP
Berdasarkan
tinjauan ontologi, epistemologi dan axiologi dapat disimpulkan bahwa
penggunaan probiotika dalam industri peternakan unggas akan menambah
wawasan baru mengenai teknologi peternakan yang dapat memberikan nilai
tambah dalam perkembangan dunia peternakan. SnS PRO Probiotic Solution
adalah salah satu produk Probiotik komersial yang berorientasi pada
peningkatan performance, kesehatan, produksi (kuantitas maupun
kualitas), dan kehigienisan produk-produk yang dihasilkan oleh usaha
peternakan unggas (layer maupun broiler), ruminansia (sapi, kambing,kuda
dll) dan aneka ternak (merpati,puyuh dll)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar