:: FAKTOR IMMUNOSUPPRESSANT PADA UNGGAS ::.
Berbagai immunosuppressant atau “Penghancur kekebalan” yang bisa merusak atau menekan fungsi organ limfoid, baik organ primer maupun sekunder terdiri dari faktor infeksius (penyakit) dan non-infeksius.
Yang termasuk faktor infeksius antara lain :
Gumboro,
CAA (chicken anemia agent),
Marek,
Reovirus,
ND (New Castle Desease/tetelo)
IB (Infectious Bronchitis)
CRD (Chronic Respiratory Desease/Ngorok/cekrek)
Colibacillosis (Diarhe) dan
Coccidiosis (Berak Darah).
Sedangkan faktor-faktor yang digolongkan non-infeksius seperti :
1) STRESS
Ayam broiler sangat rentan terhadap stres. Menurut Tony Unandar (2012), faktor penyebab stres dapat dibedakan menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik dipengaruhi oleh genetik. Ayam broiler komersial terus mengalami perbaikan genetik namun tidak diikuti oleh perkembangan organ tubuh, khususnya organ kekebalan, akibatnya ayam akan lemah dan tidak mampu menangkal infeksi bibit penyakit dari luar. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi faktor cuaca (seperti stres panas/heat stress), terbatasnya jumlah air minum, suara bising, ventilasi yang buruk, dan perlakuan kasar saat vaksinasi, penimbangan, pindah kandang maupun potong paruh.
Secara alami ayam akan memberi respon terhadap faktor penyebab stres yang diterima kemudian melawannya. Respon tersebut bisa berupa peningkatan frekuensi napas (panting), denyut jantung, dan peningkatan laju peristaltik usus. Namun jika faktor penyebab stres berlebihan dan ayam tidak mampu melawannya, maka hipotalamus pada otak besar akan memerintahkan kelenjar pituitari (pada otak kecil) memproduksi hormon adenokortikotropik yang memicu tingginya produksi hormon kortikosteron dalam darah. Tingginya kortikosteron tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme. Contohnya seperti terhambatnya penyerapan sisa kuning telur pada anak ayam sehingga anak ayam lambat tumbuh, memicu kejadian omphalitis dan hidrop ascites, serta daya tahannya lemah (akibat antibodi maternal yang terserap dari sisa kuning telur juga rendah). Bukan itu saja, hormon kortikosteron yang meningkat akan mengganggu kerja thymus, bursa Fabrisius, dan limpa, sehingga jumlah limfosit dan antibodi menurun. Dampaknya, ayam akan mudah terserang penyakit dan respon terhadap vaksinasi rendah.'
Pemberian "SnS PRO probiotic solution" sebagai feed suplement mampu meningkatkan daya tahan tubuh, status kesehatan secara umum dan produktifitas ternak. Pada keadaan ternak mengalami stress transportasi, perubahan pakan dan cuaca. Stress sebagai akibat dari sejumlah perubahan kondisi lingkungan fisik maupun emosi seperti tersebut di atas menyebabkan sekresi hormon-hormon adenotropik oleh kelenjar pituary sehingga menstimulir adrenal korteks untuk mensintesa kortikoid.
Hal tersebut mempengaruhi fisiologis tubuh ternak termasuk produksi getah lambung di mana akan menaikkan keasaman lambung. Keadaan asam lambung tersebut akan menyebabkan peningkatan serangan penyakit oleh mikrobia patogenik. Penggunaan SnS PRO probiotic solution dalam kondisi ini memberikan hasil yang efektif, karena akan menetralisisr serangan mikrobia patogen
2) MANAJEMEN YANG KURANG BAIK
Manajemen pemeliharaan yang buruk juga bisa menyebabkan ayam rentan terhadap berbagai penyakit. Misalnya, kondisi litter yang basah mengakibatkan kadar amonia tinggi sehingga mampu mengiritasi silia organ pernapasan dan kuman patogen seperti Mycoplasma, yang berhasil masuk menginfeksi ke dalam tubuh akan meningkat.
Pemberian "SnS PRO probiotic solution" sangat perlu dilakukan. Dengan fungsi pencernaan dan penyerapan nutrisi dalam system pencernaan yang bagus pakan yang dikonsumsi ayam akan benar-benar termanfaatkan sehingga protein atau nutrisi lain yang terbuang bersama kotoran (feaces) banyak berkurang dan bahkan dapat dikatakan kotoran yang keluar benar-benar sampah, karena sisa-sisa protein yang terbuang bersama kotoran akan terfermentasi oleh bakteri alam dan menghasilkan gas NH3 atau amonia.
Selain itu, tingginya kadar amonia juga bisa menurunkan respon kekebalan lokal (IgA) yang terdapat pada saluran per-napasan atas. Jika saluran tersebut mengalami iritasi oleh amonia maka produksi zat kebal (IgA) tersebut juga akan terganggu. Sedangkan kadar amonia yang tinggi di dalam darah (karena terhisap secara terus-menerus) bisa menyebabkan stres pada sel-sel imun, yaitu limfosit yang berfungsi dalam produksi IgG dan IgM. Kondisi tersebut dapat menyebabkan ayam dalam kondisi imunosupresi.
Perubahan ransum secara tiba-tiba atau penggunaan antibiotik yang mengganggu kinerja mikroflora usus, juga akan menurunkan proses penyerapan nutrisi serta menurunkan daya kerja mikroflora usus melawan kuman patogen.
3) KEKURANGAN NUTRISI RANSUM
Nutrisi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan kekebalan tubuh. Contohnya, protein dan asam amino yang terlibat langsung dalam perkembangan organ limfoid dan aktivitas kerja organ limfoid, serta vitamin E yang berfungsi melawan radikal bebas dan molekul oksidatif yang masuk dalam tubuh.
Ada pula vitamin C yang berfungsi mengurangi stres, mempercepat penyembuhan penyakit, serta berperan penting dalam pembentukan sel-sel darah putih. vitamin A yang lebih terlibat langsung dalam fungsi antibodi. Jika berbagai nutrisi tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya, maka antibodi dalam tubuh akan semakin berkurang dan respon terhadap serangan penyakit akan menurun.
Target Feed intake hendaknya senantiasa terpenuhi, karena target feed intake yg tidak terpenuhi akan secara langsung berpengaruh pada kekurangan asupan nutrisi, pun demikian kekurangan nutrisi bisa disebabkan karena kegagalan usus didalam menyerap makanan karena terjadinya peradangan pada usus akibat infeksius E.coli, clostridium perfingers, salmonella dan pasteurella. Kesehatan saluran pencernaan menjadi sangat penting untuk diperhatikan untuk mencegah terjadinya kekurangan nutrisi akibat malabsorbtion. Pemberian "SnS PRO probiotic solution" sangat perlu dilakukan sebagai tindakan pencegahan dan mengatasi problem yang berkaitan dengan masalah ini.
4) MIKOTOKSIN
Mikotoksin atau racun jamur akan sangat mudah ditemukan saat kondisi lingkungan lembab, terutama saat musim hujan. Mikotoksin yang masuk ke dalam tubuh ayam melalui ransum tidak langsung dikeluarkan oleh tubuh, namun akan terakumulasi dan ketika kadarnya sudah melewati ambang batas, maka ayam akan menunjukkan gejala keracunan. Salah satunya adalah melemahnya sistem pertahanan tubuh ayam.
Imunosupresi yang disebabkan oleh mikotoksin bersifat kronis, namun jika konsentrasinya tinggi akan bersifat akut. Dari sekitar 300 jenis mikotoksin yang telah diidentifikasi, setidaknya ada 4 jenis yang bisa menyebabkan imunosupresi pada ayam broiler yaitu aflatoksin, ochratoksin, fumonisin, dan trichothecenes (T-2 toksin).
Aflatoksin dapat menyebabkan atropi (pengecilan) bursa Fabricius, limpa ataupun thymus. Selain itu, aflatoksin juga bisa merusak sel-sel limfosit B, makrofag, dan menurunkan aktivitas komplemen yang merupakan sistem pertahanan tubuh ayam. Ochratoksin menyebabkan atropi thymus, menghambat fagositosis, dan menyebabkan penipisan sel limfosit T dan B. Fumonisin mengakibatkan atropi organ limfoid dan kerusakan makrofag. Sedangkan kerusakan oleh T-2 toksin yaitu kematian jaringan limfoid dan sumsum tulang belakang.
"SnS PRO probiotic solution" telah terbukti sering menjadi solusi dalam mengatasi dan mencegah kasus mikotoksin, karena sifatnya yang mampu melemahkan dan mematikan spora jamur merugikan ini sekaligus mengikat dan mengeluarkannya dari dalam tubuh melalui proses detoksifikasi.
Pencegahan Terhadap Imunosupresi :
Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab imunosupresi, baik agen infeksius maupun non-infeksius.
Lakukan vaksinasi dengan tepat
Atasi stres lingkungan
Perbaiki manajemen pemeliharaan
Perketat biosecurity
Berikan SnS PRO probiotic solution secara rutin dan berkelanjutan
Diolah dari berbagai sumber
SnS PROJECT GROUP
Berbagai immunosuppressant atau “Penghancur kekebalan” yang bisa merusak atau menekan fungsi organ limfoid, baik organ primer maupun sekunder terdiri dari faktor infeksius (penyakit) dan non-infeksius.
Yang termasuk faktor infeksius antara lain :
Gumboro,
CAA (chicken anemia agent),
Marek,
Reovirus,
ND (New Castle Desease/tetelo)
IB (Infectious Bronchitis)
CRD (Chronic Respiratory Desease/Ngorok/cekrek)
Colibacillosis (Diarhe) dan
Coccidiosis (Berak Darah).
Sedangkan faktor-faktor yang digolongkan non-infeksius seperti :
1) STRESS
Ayam broiler sangat rentan terhadap stres. Menurut Tony Unandar (2012), faktor penyebab stres dapat dibedakan menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik dipengaruhi oleh genetik. Ayam broiler komersial terus mengalami perbaikan genetik namun tidak diikuti oleh perkembangan organ tubuh, khususnya organ kekebalan, akibatnya ayam akan lemah dan tidak mampu menangkal infeksi bibit penyakit dari luar. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi faktor cuaca (seperti stres panas/heat stress), terbatasnya jumlah air minum, suara bising, ventilasi yang buruk, dan perlakuan kasar saat vaksinasi, penimbangan, pindah kandang maupun potong paruh.
Secara alami ayam akan memberi respon terhadap faktor penyebab stres yang diterima kemudian melawannya. Respon tersebut bisa berupa peningkatan frekuensi napas (panting), denyut jantung, dan peningkatan laju peristaltik usus. Namun jika faktor penyebab stres berlebihan dan ayam tidak mampu melawannya, maka hipotalamus pada otak besar akan memerintahkan kelenjar pituitari (pada otak kecil) memproduksi hormon adenokortikotropik yang memicu tingginya produksi hormon kortikosteron dalam darah. Tingginya kortikosteron tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme. Contohnya seperti terhambatnya penyerapan sisa kuning telur pada anak ayam sehingga anak ayam lambat tumbuh, memicu kejadian omphalitis dan hidrop ascites, serta daya tahannya lemah (akibat antibodi maternal yang terserap dari sisa kuning telur juga rendah). Bukan itu saja, hormon kortikosteron yang meningkat akan mengganggu kerja thymus, bursa Fabrisius, dan limpa, sehingga jumlah limfosit dan antibodi menurun. Dampaknya, ayam akan mudah terserang penyakit dan respon terhadap vaksinasi rendah.'
Pemberian "SnS PRO probiotic solution" sebagai feed suplement mampu meningkatkan daya tahan tubuh, status kesehatan secara umum dan produktifitas ternak. Pada keadaan ternak mengalami stress transportasi, perubahan pakan dan cuaca. Stress sebagai akibat dari sejumlah perubahan kondisi lingkungan fisik maupun emosi seperti tersebut di atas menyebabkan sekresi hormon-hormon adenotropik oleh kelenjar pituary sehingga menstimulir adrenal korteks untuk mensintesa kortikoid.
Hal tersebut mempengaruhi fisiologis tubuh ternak termasuk produksi getah lambung di mana akan menaikkan keasaman lambung. Keadaan asam lambung tersebut akan menyebabkan peningkatan serangan penyakit oleh mikrobia patogenik. Penggunaan SnS PRO probiotic solution dalam kondisi ini memberikan hasil yang efektif, karena akan menetralisisr serangan mikrobia patogen
2) MANAJEMEN YANG KURANG BAIK
Manajemen pemeliharaan yang buruk juga bisa menyebabkan ayam rentan terhadap berbagai penyakit. Misalnya, kondisi litter yang basah mengakibatkan kadar amonia tinggi sehingga mampu mengiritasi silia organ pernapasan dan kuman patogen seperti Mycoplasma, yang berhasil masuk menginfeksi ke dalam tubuh akan meningkat.
Pemberian "SnS PRO probiotic solution" sangat perlu dilakukan. Dengan fungsi pencernaan dan penyerapan nutrisi dalam system pencernaan yang bagus pakan yang dikonsumsi ayam akan benar-benar termanfaatkan sehingga protein atau nutrisi lain yang terbuang bersama kotoran (feaces) banyak berkurang dan bahkan dapat dikatakan kotoran yang keluar benar-benar sampah, karena sisa-sisa protein yang terbuang bersama kotoran akan terfermentasi oleh bakteri alam dan menghasilkan gas NH3 atau amonia.
Selain itu, tingginya kadar amonia juga bisa menurunkan respon kekebalan lokal (IgA) yang terdapat pada saluran per-napasan atas. Jika saluran tersebut mengalami iritasi oleh amonia maka produksi zat kebal (IgA) tersebut juga akan terganggu. Sedangkan kadar amonia yang tinggi di dalam darah (karena terhisap secara terus-menerus) bisa menyebabkan stres pada sel-sel imun, yaitu limfosit yang berfungsi dalam produksi IgG dan IgM. Kondisi tersebut dapat menyebabkan ayam dalam kondisi imunosupresi.
Perubahan ransum secara tiba-tiba atau penggunaan antibiotik yang mengganggu kinerja mikroflora usus, juga akan menurunkan proses penyerapan nutrisi serta menurunkan daya kerja mikroflora usus melawan kuman patogen.
3) KEKURANGAN NUTRISI RANSUM
Nutrisi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan kekebalan tubuh. Contohnya, protein dan asam amino yang terlibat langsung dalam perkembangan organ limfoid dan aktivitas kerja organ limfoid, serta vitamin E yang berfungsi melawan radikal bebas dan molekul oksidatif yang masuk dalam tubuh.
Ada pula vitamin C yang berfungsi mengurangi stres, mempercepat penyembuhan penyakit, serta berperan penting dalam pembentukan sel-sel darah putih. vitamin A yang lebih terlibat langsung dalam fungsi antibodi. Jika berbagai nutrisi tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya, maka antibodi dalam tubuh akan semakin berkurang dan respon terhadap serangan penyakit akan menurun.
Target Feed intake hendaknya senantiasa terpenuhi, karena target feed intake yg tidak terpenuhi akan secara langsung berpengaruh pada kekurangan asupan nutrisi, pun demikian kekurangan nutrisi bisa disebabkan karena kegagalan usus didalam menyerap makanan karena terjadinya peradangan pada usus akibat infeksius E.coli, clostridium perfingers, salmonella dan pasteurella. Kesehatan saluran pencernaan menjadi sangat penting untuk diperhatikan untuk mencegah terjadinya kekurangan nutrisi akibat malabsorbtion. Pemberian "SnS PRO probiotic solution" sangat perlu dilakukan sebagai tindakan pencegahan dan mengatasi problem yang berkaitan dengan masalah ini.
4) MIKOTOKSIN
Mikotoksin atau racun jamur akan sangat mudah ditemukan saat kondisi lingkungan lembab, terutama saat musim hujan. Mikotoksin yang masuk ke dalam tubuh ayam melalui ransum tidak langsung dikeluarkan oleh tubuh, namun akan terakumulasi dan ketika kadarnya sudah melewati ambang batas, maka ayam akan menunjukkan gejala keracunan. Salah satunya adalah melemahnya sistem pertahanan tubuh ayam.
Imunosupresi yang disebabkan oleh mikotoksin bersifat kronis, namun jika konsentrasinya tinggi akan bersifat akut. Dari sekitar 300 jenis mikotoksin yang telah diidentifikasi, setidaknya ada 4 jenis yang bisa menyebabkan imunosupresi pada ayam broiler yaitu aflatoksin, ochratoksin, fumonisin, dan trichothecenes (T-2 toksin).
Aflatoksin dapat menyebabkan atropi (pengecilan) bursa Fabricius, limpa ataupun thymus. Selain itu, aflatoksin juga bisa merusak sel-sel limfosit B, makrofag, dan menurunkan aktivitas komplemen yang merupakan sistem pertahanan tubuh ayam. Ochratoksin menyebabkan atropi thymus, menghambat fagositosis, dan menyebabkan penipisan sel limfosit T dan B. Fumonisin mengakibatkan atropi organ limfoid dan kerusakan makrofag. Sedangkan kerusakan oleh T-2 toksin yaitu kematian jaringan limfoid dan sumsum tulang belakang.
"SnS PRO probiotic solution" telah terbukti sering menjadi solusi dalam mengatasi dan mencegah kasus mikotoksin, karena sifatnya yang mampu melemahkan dan mematikan spora jamur merugikan ini sekaligus mengikat dan mengeluarkannya dari dalam tubuh melalui proses detoksifikasi.
Pencegahan Terhadap Imunosupresi :
Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab imunosupresi, baik agen infeksius maupun non-infeksius.
Lakukan vaksinasi dengan tepat
Atasi stres lingkungan
Perbaiki manajemen pemeliharaan
Perketat biosecurity
Berikan SnS PRO probiotic solution secara rutin dan berkelanjutan
Diolah dari berbagai sumber
SnS PROJECT GROUP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar