Cara yang umum digunakan dalam penyajian pakan metode basah
adalah merendam makanan beberapa saat sebelum diberikan pada ternak ayam.
Hal yang harus diperhatikan dalam pembasahan makanan ayam adalah
rentang pembasahan dengan pemberian
makanan dan rasio air dengan ransum.
Ayam
hendaklah mampu menghabiskan secepatnya jumlah pakan yang disajikan dalam
bentuk basah untuk menghindari fermentasi dan berjamurnya makanan.
Ratio air
dan makanan penting untuk diperhatikan karena pembasahan dengan jumlah air yang
terlalu banyak akan menyebabkan makanan tenggelam dalam air. Dampaknya, ayam
akan enggan memasukkan paruhnya kedalam air untuk mengkonsumsi pakannya.
Terlalu sedikit air juga tidak akan memaksimalisasi fungsi pembasahan dan
manfaatnya juga menjadi tidak maksimal.
Rasio 1:1 (1
kg air dan 1 kg makanan) sampai dengan rasio 2:1 ( 2 bagian air dan satu bagian
makanan) adalah rasio yang paling sering digunakan. Pada rasio ini makanan akan
tampak seperti “bubur” dan ini adalah petunjuk fisik yang bisa dijadikan acuan.
Berikut
kajian ilmiah untuk meningkatkan kualitas makanan melalui proses pembasahan
dengan melalui berbagai mekanisme.
1. Pembasahan berguna untuk mengaktivasi
internal enzim yang terdapat dalam makanan (D’Mello dkk, 1985) sehingga
proses pencernaan enzimatik terjadi sejak makanan belum dikonsumsi oleh ternak.
Besar kemungkinan, ternak ayam telah mengkonsumsi nutrisi yang siap diabsorpsi
sebagai akibat proses aktifasi enzim yang lebih awal. Ini akan memberikan
keuntungan pada proses pencernaan makanan secara kesuluruhan di dalam saluran
pencernaan ayam.
2. Ayam yang mengkonsumsi makanan yang basah
berarti secara bersamaan mengkonsumsi air. Ini berarti kebutuhan akan air
segar semakin berkurang. Manfaatnya, ayam akan mengurangi aktifitas minum atau
mengurangi kunjungan ketempat minum. Pengurangan ini berakibat pada pengurangan
energi yang digunakan untuk minum dan energi itu akan dikompensasi untuk energy
pertumbuhan dan produksi. Hal ini berdampak besar bagi ternak ayam yang masih kecil,
ternak ayam yang dipelihara didaerah tropis yang panas dan makanan yang mempunyai
kemampuan mengikat air yang tinggi. Rasionalisasinya, Ayam kecil akan membutuhkan
proporsional energi yang lebih besar untuk minum dibanding dengan ternak ayam
besar, karena ayam kecil membutuhkan langkah lebih yang banyak menuju ketempat
minum. Ternak ayam yang dipelihara di daerah tropis dan ternak yang
mengkonsumsi makanan yang mempunyai kemampuan mengikat air yang tinggi, akan
cenderung mengkonsumsi air yang lebih banyak. Dengan pembasahan, sebagain
kebutuhan air akan terpenuhi, itu berarti efisiensi penggunaan energy untuk
minum akan dicapai.
3. Pembasahan makanan akan melarutkan
karbohydrat yang larut dalam air, seperti beta glukan, xylan dan beta mannan. Pelarutan
ini terjadi diluar saluran pencernaan yang berguna mengurangi nilai viskositas
(kelekatan) makanan disaluran pencernaan (Pawlik dkkl., 1990). Makanan
disaluran pencernaan yang mempunyai viskositas tinggi akan menghambat kerja
enzim dalam saluran pencernaan. Proses penyerapan makanan di vili – vili usus
halus juga terhambat karena adanya sifat melekat, dan ini akan menutupi vili –
vili usus halus. Karena itu bisa dipahami kalau pembasahan dapat meningkatkan
kecernaan dan absorpsi makanan.
4. Perembesan air ke pori - pori makanan
akibat pembasahan akan menyebabkanmakanan menjadi lebih lembut. Ini
berarti bahwa energi yang digunakan untuk proses penggilingan
makanan di gizzard menjadi lebih sedikit. Indikatornya terlihat dari kecilnya
ukuran gizzard ayam yang mengkonsumsi makanan basah ketimbang kering (Burhanudin
Sundu dkk., 2005). Berkurangnya proses penggilingan makanan di gizzard akan
meningkatkan efisiensi penggunaan energi bagi ternak ayam.
Empat point
diatas menunjukkan bahwa pembasahan merupakan alternatif untuk meningkatkan
nilai gizi makanan bagi ternak ayam. Beberapa peneliti telah menunjukkan
keampuhan metode ini. Bobot badan ayam, nilai efisienci makan dan daya cerna
makanan meningkat akibat pembasahan.
Beberapa masalah
yang berhubungan dengan pembasahan makanan adalah :
1. Tenaga dan waktu yang dibutuhkan jauh lebih
banyak sebagai akibat adanya proses pembasahan. Bagi usaha perunggasan
intensif, waktu dan tenaga kerja adalah cost. Karena itu analisis ekonomi
menjadi niscaya untuk mempertimbangkan apakah tambahan produksi akibat
pembasahan makanan sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Sayang
sekali, tidak ada penelitian yang memfokuskan kearah aspek ekonomi dari
pembasahan makanan untuk ternak ayam.
2. Belum adanya disain container makanan ayam
yang bersifat komersial yang cocokuntuk makanan basah. Hampir
semua tempat makanan ayam yang ada di pasaran di disain untuk makanan kering.
Karena itu masalah ini akan menambah kerumitan tersendiri bagi peternak.
Membiarkan makanan basah didalam tempat makan lebih dari satu hari akan
menyebabkan makanan menjadi berjamur dan tempat bersarangnya bibit penyakit.
Dengan desain yang kovensional seperti yang ada dipasaran, peternak dituntut
untuk membersihkan tempat makan setiap hari plus mebuang makanan yang tersisa.
Ini berarti sebuah pemborosan dan memakan waktu.
3. Ternak yang mengkonsumsi makanan basah
cenderung memproduksi feces yang lebih basah. Ini sebuah permasalahan yang
paling dibenci oleh peternak bukan hanya karena bau yang ditimbulkan oleh feces
yang terlalu basah tetapi juga sebagai sarang perkembang biakan lalat.
Melihat manfaat
dan kendala diatas, tampaknya harus usaha yang mesti dilakukan untuk meminimalkan
kendala tanpa harus mengurangi keampuhan metode pembasahan makanan ini. Tiga
masalah yang muncul yang bersentuhan dengan persoalan tehnis, ekonomi dan
lingkungan telah menjadi issu penting bagi dunia perunggasan.
Ada beberapa
alternatif solusi yang bisa meminimalkan dampak negatif dari pembasahan makanan
dengan tetap menjadikan pertimbangan ekonomi sebagai panglima. Pembasahan
makanan akan efektif bila dilakukan bagi
peternak unggas berskala kecil dimana tenaga kerja dianggap bukan merupakan
masalah. Belum adanya disain tempat makan yang komersial sehingga berdampak
pada pemebersihan rutin tempat makan dapat di atasi dengan cara pemberian makan
yang mempertimbangkan kapasitas ayam untuk makan. Penambahan makanan dilakukan
setelah seluruh makanan telah dikonsumsi sehingga pemborosan makanan dan
pembersihan tempat makan dapat dihindari. Untuk mengatasi feces yang basah,
penambahan Suplemen probiotik dan enzyme dalam makanan menjadi solusinya.
Solusi ini hanya
sekedar meminimalkan dampak negatif dari proses pembasahan makan.
Dampak
positifnya jauh lebih besar bagi pertumbuhan ayam dan peningkatan pendapatan
peternak.
Sumber : Majalah
Poultry Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar