.:: FEED INTAKE YANG MERESAHKAN ::.
Jika kepada peternak ditanyakan ,”Apakah target mereka beternak ayam?”, mungkin saja jawabnya adalah produktivitas yang tinggi. Bagi peternak petelur bisa berupa eggmass per hen house (Kg/HH), bagi peternak broiler mungkin pencapaian berat badan pada umur tertentu, yang semuanya dikaitkan dengan FCR.
Efisiensi Penggunaan Pakan (FCR) seringkali dipakai peternak sebagai acuan untuk menghitung biaya produksi, namun hanya berpedoman pada FCR tidak mencerminkan biaya produksi total dan tidak cukup akurat, karena pada pencapaian produksi yang tidak sama FCR bisa saja sama. FCR 2.0 bisa saja diperoleh dari Feed Intake 10 kg dan produksi telur 5 kg atau feed Intake 8 kg Namun produksi telur 4 kg. Dari keduanya jelas biaya asal pakan (income over feed cost) adalah sama namun biaya totalnya pasti berbeda, karena biaya produksi (diluar pakan) di bagi 10 kg dan dibagi 8 kg adalah berbeda. Masih ada memang, peternak yang mengakali feed intake atau membatasi feed intake untuk memperoleh FCR yang rendah dan tidak menyadari dampaknya pada ayam mereka kemudian hari. Namun yang lebih memprihatinkan adalah sedikit sekali peternak yang terusik dan kemudian peduli terhadap rendahnya feed intake pada awal masa pemeliharaan, terutama pada minggu pertama dan kedua masa hidupnya. Dan dari sedikit yang peduli itu, lebih sedikit lagi yang mengambil tindakan dengan benar : segera melengkapi perlengkapan yang diperlukan, memperbaiki kembali sistem kerja (SOP) dan lainnya.
Feed intake atau konsumsi pakan ditujukan untuk memberikan kepada ayam asupan nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan umurnya. Banyak faktor yang mempengaruhi feed intake, namun yang ingin dibicarakan dalam tulisan ini adalah pengaruh feed intake yang rendah terhadap perkembangan ayam itu sendiri, terutama pada awal masa hidupnya.
Seperti sudah diketahui umum, bahwa asupan nutrisi itu berupa karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, disamping itu ada zat lain yang ditambahkan ke dalamnya untuk tujuan tertentu misalnya Coccidiostat, untuk melindungi ayam terserang coccidiosis. Karbohidrat dan lemak, terutama dibutuhkan sebagai sumber energi, sedangkan protein terutama untuk pertumbuhan.
Dalam keadaan normal bila feed intake cukup, maka masing-masing bisa berjalan sesuai dengan fungsinya, ketika feed intake berkurang , maka akan terjadi beberapa masalah :
1. “Asupan dari komponen-komponen nutrisi tersebut di atas berkurang”, karena volume berkurang otomatis volume masing-masing komponennyapun berkurang, sehingga ayam kekurangan energi dan protein untuk pertumbuhan.
2.”Energi adalah hal utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu”, melampaui kebutuhan terhadap hal lainnya. Kekurangan energi asal karbohidrat, terutama untuk otak, syaraf dan sel-sel darah merah tidak bisa digantikan oleh lemak, sehingga terjadi inefficiensi penggunaan protein dalam pakan karena sebagian akan dikonversikan untuk menghasilkan energi mengabaikan fungsinya untuk pertumbuhan. (Dr. Sunita Almatsier,2001)
3. “Kekurangan energi asal karbohidrat” juga menyebabkan terjadinya oksidasi asam lemak yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton, berupa asetoasetat, aseton dan asam beta-hidroksi-butirat yang dibentuk didalam hati dan dikeluarkan melalui urine dengan mengikat ion natrium, hal ini menyebabkan ketidakseimbangan Natrium dan dehidrasi. (Dr. Sunita Almatsier, 2001) Pengaruhnya terhadap ayam (1). “Pertumbuhan Ayam menjadi terhambat”, karena : berkurangnya volume protein. Ada sebagian protein yang dikonversikan menjadi energi. Feed intake yang kurang pun dapat menyebabkan asupan asam lemak essensial seperti asam linoleat dan linolenat berkurang,. Jika kandungan asam linoleat dan turunannya (asam arakidonat) dalam membran mitokondria mengecil terjadi penurunan efisiensi produksi energi melalui oksidasi asam lemak dan penurunan efisiensi fosforilasi oksidatif pada tingkat sel. Perubahan-perubahan pada tingkat sel ini menyebabkan kemampuan dalam mengubah energi makanan menjadi energi metabolik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan fungsi tubuh berkurang (2). “Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Organ Tubuh”. Akibat lanjutan dari kekurangan protein untuk pertumbuhan adalah terhambatnya perkembangan organ saluran pencernaan yang dimulai sejak adanya makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan sampai umur 14 hari yang meliputi panjang dan diameternya, villi-villi jejunum dan ileum sampai umur 10 hari, villi-villi duodenum hanya 4 hari saja. Kegagalan perkembangan saluran pencernaan akan berdampak besar pada absorbsi nutrisi periode selanjutnya. Disamping organ pencernaan paru-paru pun mencapai pertumbuhan optimalnya pada umur 14 hari dilanjutkan dengan perkembangan sistem pembuluh darah dan pertahanan tubuh. (3) “Pengaruhnya Pada Sistem Immun” Pada umumnya sudah diketahui bahwa Antibodi (Ab) adalah protein gamaglobulin yang mempunyai aktivitas immun atau antibodi disebut Immunoglobulin (Ig) yang disusun dalam ikatan rantai polipeptida. Ig ini mempunyai berat molekul yang berbeda-beda menurut jenisnya seperti IgM, IgG, IgA,IgE dan Ig D yang semuanya merupakan fraksi-fraksi protein.
Antibodi yang berperan dalam sistem kekebalan, dihasilkan oleh sel-sel B muda, yang di dalam tubuh jumlahnya terbatas (sekitar sepuluh pangkat tujuh). Sebuah sel B dapat membuat hanya satu jenis Ab dengan satu spesifisitas tertentu, sehingga perlu banyak sel-sel B mengenali sekian banyak antigen di dalam lingkungannya. Pada infeiksi berat atau infeksi campuran diperlukan banyak protein untuk dimobilisasi oleh “ endoplasmic reticulum” di dalam sel-sel plasma yang berasal dari sel-sel B masak yang berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma. Sel-sel B masak ini tidak menghasilkan Ab, tetapi mampu berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma akibat adanya rangsangan antigen. (D.M.Weir:Aids to Imunology, 1988). Bahkan Antigen itu sendiri di dalam tubuh akan merekrut sejumlah protein untuk melanjut kan aktivitasnya. Maka dapat dimengerti “ketika Feed Intake tidak mencukupi akan terjadi respon immun yang dibawah normal atau disebut immunodeficiensi secunder”.
Kesimpulan
Begitu banyak kerugian yang mungkin terjadi karena feed intake yang rendah, sehingga sangatlah penting untuk mengusahakan agar feed inrake ini mencukupi, terutama pada masa brooder.
Temperatur brooder ; kontrol temperatur pada pagi hari (jam 02.00- 04.00) dan temperatur litter (alas kandang).
Pengaturan lampu untuk cahaya dan distribusi cahaya yang merata. Disiplin yang tinggi dalam pengaturan tirai luar dan tirai dalam untuk mengatur tempertur dan kelembaban dalam kandang,tambahkan kipas angin bila perlu; feeding program yang baik dan kesiapan dalam menyongsong DOC tiba meliputi ketersediaan peralatan yang cukup, temperatur liter yang hangat (32 derajat Celcius) dan pemberian pakan sesegera mungkin dan lainnya adalah hal-hal yang sangat perlu untuk mendorong feed intake. Semua hal tersebut tentu saja membutuhkan petugas kandang yang memiliki disiplin dan tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaannya. Satu hal dijumpai di banyak peternakan petelur adalah kekeliruan evaluasi performance yang menitikberatkan pada prosentase ayam yang hidup dan tidak menitikberatkan pada berat badan dan uniformity serta rendahnya perhatian pemilik terhadap keberhasilan dalam pemeliharaan. Terkadang DOC yang datang tidak sesuai dengan harapan, namun dalam banyak kasus seringkali kegagalan pemeliharaan pada masa brooding masih terpaksa dikompensasi pihak breeder dan hal ini justru akan menghalangi pemilik peternakan memperoleh pengetahuan yang benar, sehingga mendemotivasi usaha perbaikan management yang sudah ada.
Sumber : CP-Bulletin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar