Dalam pemeliharaan ayam pedaging, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka usaha tersebut harus mempunyai manajemen yang baik. Salah satu aspek dari manajemen adalah tatalaksana perkandangan.
Kandang yang biasa digunakan dalam pemeliharaan ayam pedaging adalah kandang sistem litter. Penggunaan alas kandang akan berpengaruh besar terhadap produktifitas unggas seperti pertambahan bobot badan dan produksi, karena masing-masing alas kandang mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Dalam pemeliharaan unggas diperlukan ketelitian dalam memilih dan menggunakan alas kandang, agar unggas dapat berproduksi setinggi mungkin (Murtidjo, 1987). Menurut Achmanu dan Muharlien (2011). Kandang yang lantainya diberi alas (litter) yang berfungsi untuk menyerap air , agar lantai kandang tidak basah oleh kotoran ayam, karena itu bahan yang digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah menyerap air, tidak berdebu dan tidak basah. Hal ini didukung oleh Tobing (2005), yang menyatakan bahwa alas kandang harus cepat meresapkan air karena litter mempunyai fungsi strategis sebagai pengontrol kelembaban kandang, tidak berdebu dan bersifat empuk sehingga kaki ayam tidak luka/memar.
Bahan litter yang paling banyak digunakan pada peternakan ayam pedaging di Indonesia yang menggunakan sistem litter adalah sekam (rice hull). Reed dan McCartney (1970) menjelaskan bahwa sekam paling banyak digunakan untuk alas kandang karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- Dapat menyerap air dengan baik,
- Bebas debu,
- Kering,
- Mempunyai kepadatan (density) yang baik,
Sifat lain dari sekam selain dapat menyerap air dijelaskan oleh Luh (1991), bahwa sekam padi bersifat tidak mudah lapuk, sumber kalium, namun cepat menggumpal dan memadat.
Dalam penggunaan bahan litter sekam padi sebagai alas kandang, ada beberapa yang menyarankan untuk mencampur dengan pasir dan kapur.
Penambahan pasir dalam campuran litter, disebabkan oleh sifat dari pasir yang dapat mendukung optimalisasi fungsi litter, seperti tidak menggumpal dengan penggunaan dalam jangka waktu yang lama (Ritz, et al 2002).
Sedangkan bahan kapur ditambahkan yaitu berfungsi untuk meredam amonia dari kotoran ayam dan membunuh bibit penyakit (Murtidjo, 2002). Sistematis peredaman amonia oleh kapur dijelaskan oleh Tobing (2005), bahwa mineral kalsium yang terkandung dalam kapur dapat melepas dan mengikat molekul-molekul air secara reversible (bolak-balik).
Pencampuran ketiga bahan litter tersebut, diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi yang disebabkan oleh kelembapan karena kotoran dari ayam dan faktor-faktor lain, yang dapat mengganggu kesehatan ayam pedaging .Terganggunya kesehatan ayam secara otomatis dapat mengurangi jumlah pakan yang dikonsumsi, sehingga dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan dan konversi pakan ayam pedaging.
Menurut (Tobing, 2005) penggunaan alas kandang yang tepat bukan saja dapat mengurangi angka kematian, tetapi sekaligus meningkatkan bobot akhir ayam pedaging dan menurunkan konversi pakan. Hal ini bisa dipahami karena terciptanya kenyamanan dan maksimalnya status kesehatan ayam akan mampu membuat ayam untuk produktif sesuai potensi genetiknya.
Manajemen liter diatas hendaknya diimbangi pula dengan menciptakan kesehatan saluran pencernaan, karena semaksimal apapun manajemen liter yang kita upayakan jika saluran pencernaan tidak optimal manure/feaces yang keluar basah, semua upaya perbaikan system liter yang kita lakukan tidak akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Untuk itu ciptakan kesehatan saluran pencernaan dengan memberikan SnS PRO probiotic solution dengan aplikasi air minum secara teratur, kami rekomendasikan setiap 1 minggu sekali selama 3 hari berturut-turut sampai menjelang panen.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dicari proporsi bahan untuk litter yang tepat dalam upaya meningkatkan produksi ayam pedaging.
Kenyamanan yang tercipta dengan pengaturan bahan liter mampu meminimalisir kasus lingkungan dan mampu meningkatkan produktifitas broiler, kami rekomendasikan penggunaan litter yang terdiri dari 50 % sekam, 33 % pasir dan 17 % kapur .
Bahan litter yang paling banyak digunakan pada peternakan ayam pedaging di Indonesia yang menggunakan sistem litter adalah sekam (rice hull). Reed dan McCartney (1970) menjelaskan bahwa sekam paling banyak digunakan untuk alas kandang karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- Dapat menyerap air dengan baik,
- Bebas debu,
- Kering,
- Mempunyai kepadatan (density) yang baik,
Sifat lain dari sekam selain dapat menyerap air dijelaskan oleh Luh (1991), bahwa sekam padi bersifat tidak mudah lapuk, sumber kalium, namun cepat menggumpal dan memadat.
Dalam penggunaan bahan litter sekam padi sebagai alas kandang, ada beberapa yang menyarankan untuk mencampur dengan pasir dan kapur.
Penambahan pasir dalam campuran litter, disebabkan oleh sifat dari pasir yang dapat mendukung optimalisasi fungsi litter, seperti tidak menggumpal dengan penggunaan dalam jangka waktu yang lama (Ritz, et al 2002).
Sedangkan bahan kapur ditambahkan yaitu berfungsi untuk meredam amonia dari kotoran ayam dan membunuh bibit penyakit (Murtidjo, 2002). Sistematis peredaman amonia oleh kapur dijelaskan oleh Tobing (2005), bahwa mineral kalsium yang terkandung dalam kapur dapat melepas dan mengikat molekul-molekul air secara reversible (bolak-balik).
Pencampuran ketiga bahan litter tersebut, diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi yang disebabkan oleh kelembapan karena kotoran dari ayam dan faktor-faktor lain, yang dapat mengganggu kesehatan ayam pedaging .Terganggunya kesehatan ayam secara otomatis dapat mengurangi jumlah pakan yang dikonsumsi, sehingga dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan dan konversi pakan ayam pedaging.
Menurut (Tobing, 2005) penggunaan alas kandang yang tepat bukan saja dapat mengurangi angka kematian, tetapi sekaligus meningkatkan bobot akhir ayam pedaging dan menurunkan konversi pakan. Hal ini bisa dipahami karena terciptanya kenyamanan dan maksimalnya status kesehatan ayam akan mampu membuat ayam untuk produktif sesuai potensi genetiknya.
Manajemen liter diatas hendaknya diimbangi pula dengan menciptakan kesehatan saluran pencernaan, karena semaksimal apapun manajemen liter yang kita upayakan jika saluran pencernaan tidak optimal manure/feaces yang keluar basah, semua upaya perbaikan system liter yang kita lakukan tidak akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Untuk itu ciptakan kesehatan saluran pencernaan dengan memberikan SnS PRO probiotic solution dengan aplikasi air minum secara teratur, kami rekomendasikan setiap 1 minggu sekali selama 3 hari berturut-turut sampai menjelang panen.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dicari proporsi bahan untuk litter yang tepat dalam upaya meningkatkan produksi ayam pedaging.
Kenyamanan yang tercipta dengan pengaturan bahan liter mampu meminimalisir kasus lingkungan dan mampu meningkatkan produktifitas broiler, kami rekomendasikan penggunaan litter yang terdiri dari 50 % sekam, 33 % pasir dan 17 % kapur .
sumber materi :
Muharlien,
Achmanu dan R.Rachmawati,
Universitas Brawijaya. Malang