Anda adalah pengunjung ke :

Minggu, 29 Januari 2017

MENINGKATKAN BERAT TELUR
 
 
BERAT telur merupakan salah satu tolok ukur performa dan salah satu faktor yang menentukan keuntungan peternak ayam petelur. Untuk menghasilkan berat telur yang maksimal dibutuhkan beberapa hal yang berkaitan dengan lingkungan yang nyaman, manajemen yang baik dan kualitas pakan yang baik pula.

Berikut beberapa tips untuk dapat menghasilkan berat telur yang maksimal :

Temperatur (Suhu Lingkungan)

Ada hubungan yang cukup erat antara suhu lingkungan dan berat telur. Semakin tinggi suhu lingkungan semakin ringan telur yang dihasilkan. Karena semakin tinggi suhu udara akan berpengaruh pada jumlah konsumsi pakan (feed intake) yang di konsumsi oleh ayam, dan meningkatnya konsumsi air minum, sehingga dengan turunnya feed intake asupan nutrisi menjadi berkurang dan ini jelas berpengaruh pada produksi, dan dengan tingginya atau meningkatnya konsumsi air minum akan berdampak pada kotoran (feaces) ayam yang cair, ini juga akan berakibat pada meningkatnya ammonia dalam kandang yang akan berdampak pada kesehatan dan ujung-ujungnya juga berkait erat dengan produksi, baik kualitas maupun kuantitas yang meliputi; warna, ketebalan cangkang, ukuran (egg size) maupun berat (egg mass) dan jumlah.
Desain kandang dan bahan atap juga menentukan suhu didalam kandang. Atap dari genteng menghasilkan suhu yang lebih rendah bila dibandingkan dengan asbes/seng. Jika suhu kandang tinggi, perlu tambah kipas angin, menanam pepohonan di sekitar kandang dan pemberian air minum yang dingin.
 
Sirkulasi Udara

Kualitas udara dan sirkulasi udara yang baik akan meningkatkan berat telur. Amonia yang tinggi di dalam kandang akan menurunkan kualitas udara. Usahakan setiap saat kotoran ayam diambil untuk mengurangi amonia. Atau dapat juga diberikan supplement SnS PRO Probiotic Solution untuk menekan tingginya ammonia dalam kandang .
 
Umur Dewasa Kelamin
 
Usahakan umur dewasa kelamin ayam yang dipelihara dalam kondisi normal. Apabila dewasa kelamin lebih awal maka telur yang dihasilkan akan lebih ringan. Kualitas pullet dan management pemeliharaan pada fase ini sangat menentukan performa pada saat produksi dan berat telur yang dihasilkan.

Cahaya
 
Pengaturan cahaya pada saat produksi akan menentukan berat telur. Penggunaan cahaya selama 16 jam adalah ideal untuk kondisi di Indonesia. Penggunaan cahaya terus menerus (24 jam) akan menurunkan berat telur.

Pakan
 
Beberapa kandungan nutrien pakan yang mempengaruhi berat telur adalah, protein, energi pakan dan asam lemak tidak jenuh. Kenaikan energi dan protein pakan akan memperbaiki berat telur. Pemberian SnS PRO Probiotic Solution akan sangat membantu memaksimalkan penyerapan nutrisi yang paling dibutuhkan oleh ayam dalam hal ini protein dan energy, karena produk Probiotik ini merupakan produk yang mengandung mikroorganisme hidup nonpatogen yang berfungsi sebagai enzim proteolitik (pengurai protein), lignolitik (pengurai serat kasar) dan selulutic yang berpengaruh positif terhadap kecernaan bahan pakan, efisiensi ransum, pertumbuhan dan kesehatan ternak.

Berat Badan

Berat badan yang ideal saat produksi akan menghasilkan berat telur yang lebih berat dibandingkan dengan berat badan yang lebih ringan. Usahakan berat badan ayam tercapai sesuai dengan umur dan tingkat produksi. Untuk itu perlu dilakukan penimbangan (sampling) Berat Badan setiap minggu saat ayam produksi untuk kontrol sehingga kasus kehilangan berat badan yang dapat mempengaruhi berat telur dan produksi secara umum dapat diantisipasi sedari dini.

dari berbagai sumber
readmore »»  

KONTAMINAN PAKAN  

 (Hal-Hal Yang Mencemari Pakan dan Bahan Baku Pakan)

PAKAN yang tidak sehat dan terkontaminasi dapat memberikan dampak yang sangat buruk terhadap ternak yang mengkonsumsinya. Penampilan parameter produksi dari ternak yang mengkonsumsinya akan terpengaruh seperti antara lain status kesehatan, berat badan, konversi pakan, mortalitas dan tingkat produksi telur (hen day atau hen housed).
Pakan bermasalah atau tidak higienis secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi makan yang dalam periode berikutnya menyebabkan ternak tidak memperoleh asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung kapasitas produksinya.
Beberapa kasus kontaminasi yang menyebabkan pakan menjadi tidak higienis adalah : kutu beserta rumah kutu atau serangga dan dalam bentuk larvanya, cemaran salmonella, cemaran tikus termasuk ekskreta dan urinnya, pertumbuhan jamur yang menghasilkan toksin, oksidasi berantai yang menyebabkan ketengikan, kontaminasi benda-benda asing lainnya/kotoran mati yang menurunkan kualitas bahan baku, dll.

Kontaminasi Jamur

Faktor kontaminan yang utama diperhatikan sejak awal adalah jamur yang khususnya terdapat pada jagung dan bahan bungkil (groundnut meal, soybean meal, dll). Jagung yang dibeli dari pedagang tradisional yang pengeringannya mengandalkan panas matahari biasanya mengandung kadar air 16-17 %. Pada musim hujan akan sulit mendapatkan jagung kering, sehingga kadar air naik di atas 17 %. Selama penyimpanan di gudang, suhu dan kelembaban yang tinggi cenderung mendukung pertumbuhan jamur. 

Kadar air yang aman dalam jagung adalah berkisar 14 % dimana jamur sulit bertumbuh dan menyebarkan sporanya. Sebaiknya jangan menerima jagung dengan kadar air di atas 17 % apalagi jika stok jagung cukup banyak dan akan disimpan dalam waktu lebih dari 2 minggu. Karena selama penyimpanan, tingkat cemaran jamur bisa berkembang lebih 2-3 kali lipat. 

Jagung juga cepat menjadi berbau asam karena panas yang ditimbulkan akibat pertumbuhan jamur.
Kontrol cara penyimpanan jagung yang tidak kering ;
  • Jagung Disusun Dengan Diberikan Ruang Kosong Dalam Jarak Tertentu 
  • Jangan Menempel langsung Pada Dinding Gudang Untuk Memberikan Ventilasi Angin Yang Baik Terhadap Tumpukan Jagung, Mencegah Pembentukan Panas dan Memudahkan Pemeriksaan.
  • Laksanakan Prinsip FIFO Secara Ketat.
  • Apabila Ditemukan Jamur Yang Signifikan, Lakukan Tindakan Pencegahan Atau Pengobatan.

Kontaminasi Kutu
Kontaminasi kutu bisa ditemukan hampir pada semua bahan baku yang mengindikasikan masa penyimpanan yang terlalu lama di gudang pemasok.
Jenis bahan baku yang umum ditemukan tercemar kutu antara lain jagung, tapioka, katul, meskipun tidak tertutup kemungkinan juga bisa ditemukan pada bungkil kedele dll.
Jenis kutu yang berbeda dijumpai pada bahan sumber protein hewani seperti meat bone meal, poultry meat meal, fish meal, blood meal dll. Kutu yang mengkontaminasi bahan ini tergolong mempunyai bentuk badan yang besar dan berwarna coklat gelap sampai hitam. 
Sekali suatu bahan baku terinfestasi kutu, maka secepatnya harus dilakukan tindakan pengendalian yaitu fumigasi.
Kutu cepat berkembang biak dan menimbulkan kerugian besar karena kutu memakan sejumlah besar nutrisi bahan dan mengubahnya menjadi kotoran dan debu. 
Kutu juga berkaitan erat dengan penyebaran jamur, Kutu menciptakan kondisi yang baik untuk mendukung pertumbuhan jamur dengan merusak bijian sebelum atau sesudah panen. Perkembangan populasi kutu menciptakan larva dan sarang kutu. Seterusnya akan bersarang dan melekat pada lekukan fasilitas pabrik dan pojok mesin yang tidak selalu dilalui pergerakan material sehingga kutu leluasa membentuk sarang di daerah seperti itu.

Kontaminasi Salmonella

Salah satu organisma pathogen yang paling utama ditakuti adalah salmonella, karena kontaminasinya mencapai telur dan daging yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.
Pakan dianggap merupakan sumber paling umum bagi infeksi salmonella ke dalam flok unggas yang dipelihara. Sebuah investigasi yang dilakukan pada tahun 1996 menunjukkan bahwa hampir 5 % dari protein ternak telah terkontaminasi oleh serotipe salmonella. Sebanyak 10 % dari semua isolat tersebut adalah berupa Salmonella enteriditis.
Pada umumnya bahan baku sumber protein hewan mempunyai kadar kontaminasi Salmonella yang jauh lebih tinggi dibandingkan protein asal tanaman. 
Bagian dalam unggas dan tepung bulu adalah yang patut paling diperhitungkan beresiko tinggi mengandung Salmonella.

Periode umur 1 – 14 hari pada ayam adalah yang paling peka terhadap infeksi salmonella.
Uji salmonella masih tergolong mahal dan baru umum digunakan terhadap ayam pembibitan.
Berbagai fasilitas produksi berpotensi menyimpan populasi mikro organisma pathogen apabila tidak dibersihkan dan disanitasi secara teratur. Dalam banyak hal, ini diperparah oleh terkonsentrasinya tepung dari sisa proses pakan, yang terakumulasi dalam jangka panjang menyediakan tempat pertumbuhan yang baik. 
Tepung ditambah kelembaban dan umur pakan merupakan faktor-faktor yang menjadi pemicu kontaminasi. 
Pada lokasi-lokasi tertentu jamur mudah serta cepat berkembang untuk menghasilkan alfatoksin. Demikian pula kutu mudah membentuk sarang, menghasilkan larva dan benang-benang yang mencemari pakan. 


diolah dari sumber : feedindonesia.wordpress.com)

readmore »»  

Jumat, 27 Januari 2017

SnS Maxi PRO 
PROBIOTIK  SAPI /RUMINANSIA 


Pengertian probiotik secara umum adalah suatu bahan feed suplement yang berupa jasad hidup mikrobial yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi ternak induk semangnya (host) dengan meningkatkan keseimbangan mikrobial pada saluran pencernaan ternak tsb. 

Seperti diketahui bahwa di dalam saluran pencernaan ternak yaitu di bagian lambung dan usus terdapat berjenis-jenis mikrobia. Mikrobia yang terdapat di dalam pencernaan tersebut dibedakan dalam 2 tipe.
  • Tipe yang pertama adalah mikrobia non-pathogen yang bersifat menguntungkan ternak selama proses pencernaan berlangsung sehingga dikenal sebagai benefical species
  • Tipe kedua adalah tipe yang bersifat pathogen, yaitu yang dapat menimbulkan sejumlah penyakit pada ternak. 
 Pada keadaan normal yaitu pada kondisi kesehatan ternak dalam keadaan baik, kedua tipe mikrobia tersebut berada dalam keadaan seimbang. Sejumlah interaksi simbiosis dan kompetisi terjadi di antara kedua tipe mikrobia tersebut. 

Keadaan seimbang tersebut tidak selamanya tetap, misalnya pada saat ternak mengalami stress, akan menyebabkan perubahan keseimbangan yang lebih mendukung ke arah mikrobial patogenik dominant dan menyebabkan turunnya performance ternak, gangguan pencernaan, dan pada keadaan yang parah dapat menyebabkan kematian. Penggunaan probiotik akan membantu mencegah serangan mikrobia patogen selama ternak mengalami stress. 

Peran Probiotik 

Banyak hasil penelitian yang menunjukkan kelebihan probiotik sebagai fungsional feed suplement ternak. Probiotik yang terdapat pada saluran pencernaan dapat menetralisir toksin yang dihasilkan oleh mikrobia patogen, menghambat pertumbuhan mikrobial patogen dengan mencegah kolonisasi di dinding usus mempengaruhi aktivitas enzim di dalam usus, dan meningkatkan pertumbuhan serta performans ternak. 

Pada ternak ruminansia pengaruh probiotik secara umum adalah :

- Meningkatkan kecernaan bahan kering pakan, khususnya fraksi serat kasar.
- Pada sapi muda, probiotik akan menaikkan pertambahan berat badan dan konsumsi pakan.
- Pada sapi perah akan meningkatkan produksi susu dan lemak susu dan
- Pada sapi pedaging akan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan pertambahan berat hidup. 

SnS Maxi PRO adalah produk suplemen probiotik yang dikembangkan oleh SnS PROJECT GROUP mengandung bakteri/mikroorganisme-microorganisme non pathogen (BAL/Bakteri Asam Laktat) dan fungi (Saccharomyces cerevisiea dan Aspergillus oryzae) yang berfungsi sebagai enzim proteolitik (pengurai protein), lipolitik, selulolitik dan mikroba asam lambung maupun lignolitik (pengurai serat kasar), dan juga mengandung multivitamin, mikro mineral dan asam amino yang membantu menanggulangi ketidakseimbangan nutrisi dan mempercepat pemulihan kondisi tubuh setelah terserang penyakit bakterial dan parasit 

Probiotik SnS Maxi PRO yang diberikan sebagai fungsional feed suplement memiliki kemampuan dalam meningkatkan kesehatan dan produktifitas ternak. Pada keadaan ternak mengalami stress seperti laktasi, kebuntingan, kelahiran, transportasi, penyapihan, perubahan pakan dan cuaca, penggunaan SnS Maxi PRO sangat dianjurkan. 

Stress sebagai akibat dari sejumlah perubahan kondisi lingkungan fisik maupun emosi seperti tersebut di atas menyebabkan sekresi hormon-hormon adenotropik oleh kelenjar pituary sehingga menstimulir adrenal korteks untuk mensintesa kortikoid. Hal tersebut mempengaruhi fisiologis tubuh ternak termasuk produksi getah lambung di mana akan menaikkan keasaman lambung. Keadaan asam lambung tersebut akan menyebabkan peningkatan serangan penyakit oleh mikrobia patogenik. Penggunaan SnS Maxi PRO dalam kondisi ini memberikan hasil yang efektif, karena akan menetralisisr serangan mikrobia patogen.


Dari berbagai sumber

readmore »»  

PRODUK - PRODUK  SnS PROJECT


Berkat dukungan para pelanggan yang telah memberikan kepercayaan kepada kami dan terus memberikan masukan dan motivasi kepada kami, maka kamipun bertekad untuk terus berinovasi mempersembahkan yang terbaik. 

Terima Kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang begitu mendukung gerak langkah kami dalam upaya mempersembahkan yang terbaik bagi dunia peternakan, perikanan dan pertanian yang kita cintai.
 


readmore »»  

TATA LAKSANA PEMELIHARAAN AYAM PETELUR (4)

PEMELIHARAAN PHASE LAYER
(Phase Produksi)
(Umur 17 minggu s/d afkir) 


A. Tujuan dan target :


Persistensi produksi telur yang tinggi,
Berat telur yang bagus
Periode puncak produksi yang panjang


B. Manajemen Laying


Kualitas pakan yang bagus, program pakan yang benar, praktek manajemen lainnya seperti uniformity selama periode growing mempengaruhi waktu awal bertelur, puncak dan lama puncak produksi.
Program pencahayaan yang benar (durasi & intensitas cahaya) juga mempengaruhi waktu laying dan performans produksi
Bobot badan pada saat laying harus dicapai 1550 gr dan harus mencapai minimal 1900 gram pada saat puncak produksi dan minimal 85% keseragaman dianjurkan
Ayam akan berproduksi dengan baik pada 450 cm floor space dan 10 cm feeder space, kuncinya juga adalah ventilasi yang baik.


Layer floor space

- 4-6 ayam/baterei 450 cm / (40 x 45 cm untuk 4 ayam)
- 3 ayam/baterei 465 cm / (35 x 40 cm untuk 3 ayam)
- 2 ayam/baterei 600 cm / (30 x 40 cm untuk 2 ayam)
- 1 ayam/baterei 700-800 cm / (20 x 40 cm)

Kualitas pakan dan pemberian pakan sangat penting untuk periode ini selama puncak produksi
Monitor bobot badan aktual dibandingkan terhadap standar puncak produksi, disesuaikan dengan program pemberjan pakan untuk mencegah penurunan yang tajam setelah puncak produksi
Penurunan rataan produksi tergantung pada lingkungan, kualitas pakan, pemberian pakan, strain dan faktor manajemen.
Penurunan produksi yang normal kira-kira 0.4 - 0.6 % setiap minggu sesudah puncak.
Berat telur ditentukan oleh strain, bobot badan, keseragaman, temperatur, pakan , pemberian pakan, dan umur.
Setetah 8-10 bulan produksi telur, kekuatan kerabang tetur akan menjadi masalah
Buatlah recording data performans produksi meliputi : HH, HD, berat telur, mortalitas, konsumsi pakan dan FCR


C. Pemberian Pakan dan Minum

 Pakan pre layer digunakan hingga 5% produksi. Perubahan yang terlambat akan menyebabkan defisiensi mineral yang lebih lama pada pullet.
Pakan awal layer yang kaya protein dan asam amino, sangat dibutuhkan untuk produksi dan pertumbuhan
Kebutuhan Protein 17,5 – 18 % , ME 2900 – 2950 Kcal.
Kesegaran dan kehigienisan air minum harus selalu diperhatikan.
Ayam seharusnya diberi air minum yang berkwalitas baik pada semua periode. Adanya suatu factor dapat menyebabkan problem alat pencernakan dan masalah lainnya. Air harus selalu bebas dari salmonella dan agen patogen lainnya.
Pada ayam petelur konsumsi air akan bervariasi antara 210 dan 300 ml / ekor / hari tergantung suhu lingkungan
Kebutuhan air akan meningkat pada suhu diatas 20° C. konsumsi air juga berbeda – beda tergantung pada suhu air minumnya. Misalnya, jumlah konsumsi air 20 % lebih banyak pada suhu 25 °C dari pada suhu 14 °C.

D. Seleksi dan Culling pada fase layer

Seleksi pada fase layer di dasarkan pada :
  1. Catatan produksi yang dilakukan setiap hari dalam bentuk recording 
  2. Berdasarkan eksterior ayam

1. Catatan produksi

Didalam pencatatan produksi pada fase layer meliputi :

Umur ayam
Tanggal Pencatatan
Jumlah Ayam (Mati,Afkir,Hidup).
Jumlah Pakan yang diberikan
Produksi telur (Jumlah dan berat telur)
HD (Hen day production), adalah perbandingan antara jumlah telur (butir) dengan Jumlah ayam saat ini dikalikan 100 %.
FC / FCR (Feed confersi / Feed Confersi Rasio), adalah perbandingan Jumlah pakan yang diberikan saat ini dengan berat telur yang dihasilkan.
Obat-obatan dan vaksin.
Keterangan.


2. Eksterior Ayam


Seleksi cara ini lebih didasarkan pada bentuk eksterior dan tanda – tanda fisiologis pada ayam.

Contoh form Recording / catatan harian ayam petelur

CATATAN HARIAN AYAM PETELUR
Bulan : …………………

No. Code kandang : ……..……..
Strain ayam : ……………
Umur
Tgl
Jumlah Ayam
Pakan
(kg)
Prod.Telur
%
HD
FC
Keterangan
Mt/Afk
Hidup
Butir
Kg

1









2









3









4









5









6









7








Rata - rata








Dst …………………


A. Program Pencahayaan


Tujuan :

Untuk meningkatkan pertumbuhan
Untuk mengontrol sexual maturity
Untuk mencapai berat badan pada produksi 5 %
Ayam sensitif terhadap perubahan cahaya dan berpengaruh terhadap umur kematangan seksual.
Penambahan konsumsi pakan dipengaruhi oleh lamanya pencahayaan.

Program Pencahayaan

Umur
(hari)
Lama
(jam)
Intensitas
(lux)
1 - 3
23 - 24
40
4 - 7
22
40
8 – 14
20
40
15 - 21
19
40
22 - 35
18.5
40
36 - 49
17
40
50 - 63
16
40
64 - 77
15
40
78 - 91
14
40
92 - 98
13
40
99 - 105
13
40
106 – 112
Pencahayaan alami
40
113 - 126
Pencahayaan alami
40
Sesudah 127
Pencahayaan alami
40
5 % Lay
14 (+2)
40
Sesudah 35 % lay
15 (+2)
40
Sesudah 60 % lay
16 (+2)
40

 Catatan : Penambahan 2 jam diberikan saat tengah malam untuk meningkatkan konsumsi pakan 



Lama Pencahayaan (jam)

Misal :

Pada umur 4 hari dilakukan pencahayaan selama 23 jam
Midnight lighting mulai produksi 5%, kalau berat badan masih dibawah standar, midnight lighting mulai pada umur 6 minggu.  


Intensitas cahaya 

Untuk beberapa hari pertama dianjurkan intensitas 30-40 lux.
Memelihara dalam kandang gelap / agak gelap
Pada kandang yang gelap, intensitas 5-10 lux sudah cukup
Pada kandang penerangan alami, intensitas 40 lux dibutuhkan untuk menghindari terlalu banyaknya pertambahan intensitas atas transfer terhadap kandang laying, yang dapat memicu stress dan kanibal.
Memelihara pada kandang penyinaran alami / semi gelap
Untuk mengefektifkan program lampu dan kontrol kematangan seksual dibutuhkan intensitas diatas 40 lux.


Produksi pada kandang dengan penyinaran alami

Untuk mencegah keterlambatan kematangan seksual yang diinduksi oteh menurunnya pencahayaan disarankan untuk memulai stimulasi lampu pada bobot badan 1250 gram dengan penambahan cahaya 2 jam dan kemudian ditingkatkan kira-kira ½ jam / minggu hingga 16 jam atau 16,5 jam.

Program cahaya pada daerah panas

  • Sebaiknya pencahayaan dilakukan pada pagi hari untuk meningkatkan konsumsi pakan. 
  • Penambahan pencahayaan tidak boleh dilakukan sebelum produksi 5%. Pada lklim panas dapat ditambahkan cahaya selama 2 jam di tengah malam untuk meningkatkan konsumsi pakan. 


Program cahaya untuk periode produksi

(1). Program normal dengan lama pencahayaan 15 jam sampai produksi 50%.
Jumlah pakan yang dimakan tergantung dari panjang hari. Perubahan panjang hari dalam satu jam akan merubah konsumsi pakan kira-kira 1,5 - 2 gram.

(2). Satu setengah sampai dengan 2 jam penyinaran di tengah malam dilakukan 3 jam setelah lampu dimatikan.
Teknik ini banyak dilakukan pada pullet dan awal produksi. Menghadapi periode akhir dari layer, program lampu di malam hari akan memperbaiki kualitas dan warna kerabang telur.

(TAMAT)

Artikel berikutnya akan kami coba persembahkan buat pemerhati dan praktisi peternakan artikel-artikel seputar management dan atau tatakelola serta tips dan trik untuk membangun dunia peternakan lebih maju lagi yang semoga bermanfaat, mohon maaf jika terdapat kekeliruan serta kami mengharap kritik dan sarannya. Terima Kasih.
readmore »»