Anda adalah pengunjung ke :

Kamis, 26 Desember 2013

FUNGSI KARBOHIDRAT DALAM RANSUM AYAM

KARBOHIDRAT adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak.

Karbohidrat sebagian besar terdapat dalam biji, buah dan akar tumbuhan. Zat tersebut terbentuk oleh proses fotosintesis, yang melibatkan kegiatan sinar matahari terhadap hijauan daun. Hijauan daun merupakan zat fotosintetik aktif pada tumbuh-tumbuhan. Zat tersebut merupakan molekul yang rumit dengan suatu struktur yang serupa dengan struktur hemoglobin, yang terdapat dalam darah hewan. Hijauan daun mengandung magnesium : hemoglobin mengandung besi.
Lebih terperinci lagi, karbohidrat dibentuk dari air (H2O) berasal dari tanah, karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan energi berasal dari matahari. Suatu reaksi kimiawi sederhana yang memperlihatkan suatu karbohidrat (glukosa) disintesis oleh fotosintesis dalam tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :

6CO2 + 6H2O + 673 cal —-> C6H12O6 + 6 O2

Monosakharida adalah gula-gula sederhana yang mengandung lima atau enam atom karbon dalam molekulnya. Zat tersebut larut dalam air. Monosakharida yang mengandung enam karbon mempunyai formula molekul C6H12O6. Termasuk di dalamnya glukosa (juga dikenal sebagai dekstrosa) terdapat pada tubuhan, buah masak, madu, jagung manis, dan sebagainya.
Pada hewan zat tersebut terutama terdapat dalam darah yang pada konsentrasi tertentu adalah sangat vital untuk kehidupan. Orang sakit dapat diberi makan dengan menginfus glukosa langsung ke dalam peredaran darah.


Disakharida adalah karbohidrat yang mengandung dua molekul gula-gula sederhana. Mempunyai formula umum C12H22O11. Karenanya zat tersebut mewakili dua molekul gula sederhana minus air (dua atom hidrogen dan satu atom oksigen).
Disakharida yang sangat penting adalah sukrosa, maltosa dan laktosa.
  • Sukrosa ditemukan dalam ubi manis atau gula tebu dan tiap molekul mengandung satu molekul glukosa (dekstrosa) dan satu molekul fruktosa (levulosa). Sukrosa rasanya sangat manis dan lazimnya digunakan untuk membuat manis bahan makanan, jadi merupakan gula yang digunakan sehari-hari dan digunakan untuk masak. Sukrosa terdapat pula dalam buah-buahan masak, dan getah pohon serta tersebar luas di alam.
  • Maltosa ditemukan dalam biji yang sedang tumbuh dan mengandung dua molekul glikosa. Gula tersebut manisnya kurang lebih sepertiga manisnya sukrosa.
  • Laktosa adalah gula susu dan hanya terdapat dalam susu (atau hasil-hasil dari susu). Zat tersebut terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa tidak dapat digunakan oleh ayam karena sekresi pencernaan ayam yang tidak mengandung enzim laktosa yang diperlukan untuk mencerna laktosa.
Trisakharida terdiri dari tiga molekul monosakharida yaitu galaktosa, fruktosa dan glukosa.
Raffinosa adalah suatu trisakharida yang terdapat dalam gula biet dan biji kapas.
Polisakharida mempunyai formula kimiawi umum (C6H10O5)n.

Berarti bahwa zat tersebut mengandung banyak molekul gula-gula sederhana. Kedua golongan utama dari polisakharida adalah pati dan selulosa, meskipun masih ada golongan-golongan lebih kecil lainnya yang kurang penting.

Selulosa merupakan kelompok organik terbanyak di alam; hampir 50 persen zat organik dalam tumbuh-tumbuhan diduga terdiri dari selulosa. Meskipun selulosa dan pati kedua-duanya adalah polisakharida yang terdiri dari unit-unit glikogen, ayam hanya mempunyai enzim yang dapat menghidrolisa pati. Karenanya selulosa tidak dapat dicerna sama sekali. Selulosa terutama terdapat dalam dinding sel dan bagian tumbuh-tumbuhan yang berkayu.

Hewan ruminansia (sapi, domba dan kambing) yang mempunyai mikroorganisme selulolitik dalam perut besarnya dapat menyerap selulosa dan membuat hasil-hasil akhirnya (asam lemak atsiri) berguna bagi hewan itu sendiri.
Dalam proses pencernaan tersebut banyak energi telah hilang sehingga selulosa bagi hewan ruminansia mempunyai nilai gizi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan pati yang mudah dicerna.

Pada ayam, selulosa lebih banyak digunakan untuk membatasi penggunaan zat-zat makanan, terutama dalam pertumbuhan ayam dara. Dalam penyusunan ransum, selulosa diistilahkan dengan nama "serat kasar". Pati merupakan polisakharida terpenting dalam tumbuh-tumbuhan, karenanya merupakan zat paling penting dalam ransum ternak. Pada sebagian besar tumbuh-tumbuhan, pati disimpan didalam buah, biji dan akar. Bila pati dirombak, maka akan menghasilkan banyak molekul gukosa.

Glikogen atau "pati hewan" terdapat dalam jumlah sedikit dalam hati, otot dan jaringan-jaringan lain dari tubuh hewan. Glokogen mengandung banyak molekul glukosa.

Fungsi Utama Karbohidrat dalam Ransum

Fungsi utama karbohidrat dalam ransum ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan panas bagi semua proses-proses tubuh. Ayam adalah hewan yang aktif dalam pergerakannya dan mempunyai suhu badan tinggi (40,5 - 41,5oC). Karena suhu tersebut biasanya adalah lebih tinggi daripada udara sekelilingnya, maka tubuh ayam secara terus-menerus kehilangan panas. Oleh sebab itu ayam memerlukan bahan makanan yang mengandung energi dalam jumlah besar untuk mengganti panas yang hilang tersebut. Jagung, beras, sorghum, gandum dan hasil ikutan penggilingan, merupakan bahan makanan utama yang mengandung energi.

Bila ayam dalam ransumnya memperoleh karbohidrat terlalu banyak maka kelebihan tersebut oleh tubuh akan dirubah ke dalam lemak yang akan disimpan sebagai sumber energi potensial. Serat kasar (termasuk selulosa) merupakan sumber panas dan energi bila dicerna. Zat tersebut mencegah pula menggumpalnya makanan dalam lambung dan usus hewan dengan cara memberi pengaruh pencahar dan mempertahankan tenus otot yang wajar dalam saluran pencernaan.

Nilai Bermacam-macam Karbohidrat

Karbohidrat dalam bahan makanan berbeda besar sekali dalam pencernaan dan nilai gizi.
Pati dan gula mudah dicerna dan mempunyai nilai gizi tinggi.
Selulosa dan karbohidrat kompleks lainnya dicerna hanya melalui kegiatan bakteri yang terdapat di dalam perut besar hewan ruminansia, di dalam usus buntu dan usus besar kuda dan dalam jumlah yang lebih sedikit di dalam usus besar hewan lainnya.

Hal ini berarti bahwa hewan ruminansia, seperti sapi dan domba dan juga kuda sanggup mencerna dan menggunakan serat kasar bahan pakan secara baik meskipun zat tersebut dibandingkan dengan pati mempunyai nilai yang lebih rendah bagi hewan-hewan tersebut.

Ayam dan babi dapat sedikit menggunakan serat kasar.

Dalam proses pencernaan, maka pati dirubah ke dalam glukosa. Gula-gula campuran juga hampir seluruhnya dirubah ke dalam glukosa atau gula-gula sederhana lainnya dan kemudian diserap ke dalam darah.

Pada pencernaan serat kasar dengan pertolongan bakteri, maka hasil utama yang dapat digunakan adalah asam-asam organik, sebagian besar asam asetat. Asam-asam organik tersebut kemudian diserap dan digunakan dalam tubuh sama halnya seperti glukosa.

Karena karbohidrat merupakan lebih kurang tiga-perempat bagian dari bahan kering sebagian besar tumbuh-tunbuhan, maka zat tersebut merupakan sumber utama energi dan panas bagi ayam. Sebagian besar energi guna pekerjaan otot jadinya berasal dari karbohidrat dalam bahan pakan. Telah diketahui pula bahwa karbohidrat merupakan sumber utama lemak tubuh dan merupakan sumber lemak penting dalam susu.


Dari berbagai sumber
readmore »»  

Rabu, 25 Desember 2013

SnS PRO premium

    SnS PRO premium adalah Probiotik yang mengandung mikroorganisme-microorganisme non pathogen untuk menciptakan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan sehingga tercipta kondisi yang optimum dalam pencernaan pakan dan meningkatkan efesiensi konversi pakan, memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi pakan ternak, membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan, mempercepat pertumbuhan yang secara keseluruhan akan berdampak pada pertumbuhan (broiler) dan peningkatan produksi telur (layer,itik dan puyuh), susu  maupun daging (sapi), baik secara kualitas dan kuantitas.

Mikroba di dalam SnS PRO premium  berfungsi  sebagai  enzim proteolitik  (pengurai protein), lipolitik, selulolitik dan mikroba asam lambung maupun lignolitik (pengurai serat kasar), sehingga ;
- Pakan menjadi lebih tersedia untuk dipergunakan  
- Meningkatkan kecernaan zat gizi
- Konversi ransum menjadi lebih efisien
- Kualitas ransum menjadi lebih baik
- Meningkatkan produksi telur dan pertambahan BB.
- Kadar Amonia, H2S dan air dalam feses atau kotoran lebih rendah (feses lebih kering). 
- Bau feses (amonia) dilingkungan kandang akan banyak berkurang.

Multivitamin  yang juga terkandung didalam SnS PRO premium, membantu menanggulangi kondisi stres serta mempercepat pemulihan kondisi tubuh setelah terserang penyakit bakterial, ecto parasit dan endo parasit.



readmore »»  

Jumat, 20 Desember 2013

ZAT GIZI DAN BAHAN MAKANAN UNTUK UNGGAS

Macam zat gizi yang dibutuhkan ayam buras sama dengan yang dibutuhkan ayam ras yaitu , Protein, Vitamin, Energi (Karbohidrat dan lemak), Mineral dan Air.

Jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh kedua jenis ayam tersebut mungkin berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan zat gizi untuk ayam buras lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan ayam ras. Oleh karena itu penggunaan 100% ransum ayam ras komersial untuk ayam buras tidaklah efisien karena potensi antara ayam ras dan ayam buras berbeda (pertumbuhan dan produksi telur yang dihasilkan oleh ayam buras masih jauh di bawah pertumbuhan maupun produksi telur ayam ras). Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan genetis ayam buras.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, diantaranya; Jenis ternak , Umur unggas, Lingkungan, terutama cuaca dan Tingkat produksi

Jenis bahan pakan untuk ayam bisa didapatkan dari bahan pakan nabati, bahan pakan hewani dan suplemen.
 
BAHAN PAKAN NABATI
 
Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, misalnya dedak padi,jagung, bungkil kelapa. bungkil kedele dan bahan pakan asal kacang-kacangan.

Dedak padi

Dedak sebagai bahan pakan ternak memiliki kapasitas luas dalam penggunaannya, dedak padi dapat digunakan sebagai bahan pakan berbagai jenis dan tipe ternak.
Dedak padi dibedakan menjadi dedak padi pabrik dan dedak padi kampung.
Dedak padi kampung mengandung lebih banyak serat kasar dibandingkan dedak padi dari pabrik, dengan kandungan proteinnya hanya 10,1 %, sedangkan dedak padi dari pabrik mengandung protein 13,6%. dengan kandungan lemaknya yang tinggi, sekitar 13%, dan serat kasarnya kurang lebih 12%.
Penggunaan dedak padi dalam pakan ayam buras sebaiknya tidak melebihi 45%.

Jagung
 
Jagung sebagai pakan ayam buras sudah sejak lama digunakan. Jagung mengandung protein agak rendah (± 9,4%), dengan kandungan energi metabolism ± 3430 kkal/kg. Jagung merupakan sumber energi yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah (± 2%), sehingga memungkinkan jagung dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Jagung kuning mengandung pigmen karoten yang disebut “xanthophyl”. Pigmen ini memberi warna kuning telur yang bagus dan daging yang menarik, tidak pucat.

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa merupakan limbah dari pembuatan minyak kelapa kandungan protein bungkil kelapa cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi metabolis sekitar 1540 – 1745 Kkal/Kg.

Bungkil kelapa miskin akan Cysine dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Sangat disarankan penggunaan bungkil kelapa dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%, Secara umum bungkil kelapa berwarna coklat, sebaiknya dipilih bungkil kelapa yang berwarna coklat muda atau coklat terang. Bungkil Kelapa mudah rusak oleh jamur dan mudah tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpannya.

Singkong/Ketela Pohon
Singkong dapat diberikan dalam bentuk mentah (segar) ataupun setelah melalui pengolahan misalnya gaplek atau aci. Penggunaan tepung gaplek dalam ransum tidak lebih dari 40%.

Dalam bentuk mentah, singkong sebaiknya digunakan dalam tempo 24 jam setelah masa panennya. Lebih dari tempo itu maka nilai gizinya akan menurun (rusak).

Bungkil kedelai

Kacang kedelai mentah tidak dianjurkan untuk dipergunakan sebagai pakan ayam karena kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang tidak tahan terhadap panas, karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih dahulu. Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai
kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, memiliki kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%. Tetapi kandungan methionine rendah. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%, sedang kekurangan methionine dapat dipenuhi dengan tepung ikan atau methionisme buatan pabrik.

Daun lamtoro
Pemberian daun lamtoro mesti hati-hati karena daun lamtoro mengandung alkoloid yang beracun dengan nama mimosin. Pemberian tepung daun lamtoro dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan ayam berhenti bertelur. Karena itu, kendatipun kandungan protein daun lamtoro cukup tinggi (22,30%), dalam penggunaannya dianjurkan tidak melebihi dari 5% dalam pakan ayam.

Daun turi.

Daun turi yang berbunga merah mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi yang berbunga putih mengandung kadar protein 40,62%.

BAHAN PAKAN HEWANI

Bahan pakan asal hewan ini umumnya merupakan limbah industri, Bahan pakan hewani yang lazim digunakan adalah tepung ikan, tepung tulang, tepung udang, tepung kerang dan lain-lain.

Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat terkenal sebagai sumber protein yang tinggi. Kandungan gizi tepung ikan beragam, sesuai dengan jenis ikannya . Disamping jenis ikan, proses pengeringan ikan juga mempengaruhi kualitas tepung ikan tersebut. Ada beberapa macam proses pengeringan, yaitu pengeringan matahari, pengeringan vacum, pengeringan dengan uap panas dan pengeringan dengan pijar api sesaat. Pengeringan matahari merupakan proses termudah dan termurah, tetapi juga rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%. Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%.

Tepung Udang

Tepung udang berasal dari limbah industri udang, kualitas gizi tepung udang beragam tergantung dari bagian yang ikut tergiling. Apabila bagian kepala dan kaki ikut tergiling tentu kualitasnya lebih baik daripada hanya kulit udangnya saja. Kandungan protein tepung udang berkisar antara 43 – 47%. Tepung udang merupakan bahan pakan alternatif sebagai sumber protein.

Tepung Tulang

Tepung tulang digunakan sebagai sumber mineral. Tepung tulang umumnya mengandung Calcium antara 24 – 25% dan Phospor antara 12-15%.

Tepung Kerang

Tepung kerang merupakan sumber Calcium, karena mengandung Calcium hampir 36%.

Bekicot

Bekicot merupakan bahan pakan yang murah sekali karena kita dapat dengan mudah memperolehnya disekitar lingkungan serta mudah dalam membudidayakannya. Hampir 95% dari tubuh bekicot dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam,
Daging bekicot dapat diberikan sebagai pakan ayam, baik dalam bentuk basah
(segar), kering ataupun, dalam bentuk tepung,

Bekicot memiliki kandungan protein untuk masing-masing bentuk adalah sebagai berikut :
  • Dalam bentuk basah (segar) 54,29%
  • Dalam bentuk kering 64,13 %
  • Dalam bentuk tepung 24,80%
Pemakaian tepung bekicot tidak boleh melebihi 10%. Cangkang bekicot dapat digunakan sebagai pakan tambahan menggantikan tepung kapur dan grit.

SUPLEMEN (Bahan Pakan Pelengkap)

Bahan pakan pelengkap dipergunakan untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang banyak atau kurang lengkap dalam bahan pakan

Vitamin

merupakan zat gizi yang berfungsi untuk pembentukan tulang, pertumbuhan serta memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit atau infeksi.

Mineral

merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak banyak tetapi sangat penting untuk pembentukan alat-alat tubuh antara lain untuk pembentukan tulang (Ca dan P). darah (zat besi/Fe) dan kerabang telur (Ca dan P).

Lysine dan Methionine

Seperti diketahui dalam formula ransum ayam, 90% disusun dari bahan pakan nabati yang umumnya tidak mengandung Asam Amino yang imbang. Lysine dan Methionine merupakan Asam Amino esensial yang dibutuhkan oleh ternak.

Lysine berfungsi Membantu dalam penyerapan kalsium, Membantu pembentukan hormon dan kolagen, serta antibody, Menstimulasi selera makan, karena perannya dalam membantu proses detoksifikasi pada hati dan menghasilkan enzim pencernaan, Merangsang produksi carnitine (kreatinin) untuk mengubah asam lemak menjadi energi , Mencegah hilangnya kalsium melalui urin, membantu untuk mengembangkan blok bangunan Protein dalam tubuh,

Methionine berfungsi Membentuk protein tubuh, dan protein pada tiap jaringan tubuh, Meningkatkan pertumbuhan, Meningkatkan sinthesis protein, keliatan kulit, kualitas bulu, absorbsi, transportasi dan bioavailability mineral essensial, Berfungsi sebagai lipotropoc mempercepat metabolisme lemak dihati dan hepatic protector dengan memproduksi glutathione yang berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan Fungsi Hati antara lain menjaga penimbunan lemak yang berlebihan, Berperan sebagai Methyl-donor dan sebagai sumber diet Sulfur, Mencegah penumpukan lemak di hati dan pembuluh darah arteri terutama yang mensuplai darah ke otak, jantung dan ginjal dan detoxifikasi zat-zat berbahaya pada saluran cerna.

Probiotik

Probiotik, adalah koloni mikroba non pathogen (bakteri-bakteri menguntungkan) berfungsi sebagai pengurai protein, serat kasar dan nitrogen fiksasi non simbiotik. Dengan pemberian probiotik maka ransum yang digunakan menjadi lebih efisien dan kadar amonia lebih rendah sehingga bau menyengat yang biasanya disekitar kandang menjadi berkurang karena sifat bakteri probiotik sebagai pengurai.

Penggunaan probiotik bisa lebih luas, tidak saja sebagai suplemen pada ransum tetapi juga digunakan untuk menjinakkan berbagai limbah (yang berbentuk organik) seperti bau spesifik dari septitank, limbah rumah potong dan limbah industri.

SnS PRO probiotic solution adalah salah satu supplement probiotik plus multivitamin, mineral dan asam amino yang telah banyak dipergunakan dan telah dipercaya oleh para peternak unggas (ayam layer, broiler, itik), peternak ruminansia (Sapi, domba, kambing) dan peternak aneka ternak (puyuh) dalam hal membantu meningkatkan performa produksi telur, efisiensi penggunaan pakan, meningkatkan dan memacu laju pertambahan berat badan, meningkatkan daya tahan tubuh, menekan perkembangan bakteri pathogen dan menciptakan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan serta menekan kadar air feses (kotoran) menjadi lebih rendah dan bau feses di lingkungan kandang menjadi berkurang.



Dari berbagai sumber
readmore »»  

TEMPAT MINUM SISTEM NIPPLE DAN BIOFILM

Secara alami mikroorganisme dan mineral dalam air dapat membentuk biofilm di instalasi air minum, dan berpotensi menyumbat nipple.
Bagaimana cara mengatasinya ?

Adopsi teknologi nipple drinker pada kandang dan pemeliharaan ayam memiliki banyak keuntungan. Problema litter basah terkena tumpahan air dari bell drinker (wadah konvensional dari plastik yang masih umum dipakai) tak lagi terjadi. Risiko penularan penyakit pernafasan seperti coryza, Infectious Bronchitis (IB), Chronic Respiratory Disease (CRD) bisa ditekan.

Namun setiap pilihan, disamping memiliki keunggulan, tapi juga memiliki titik kritis yang menuntut konsekuensi. Seiring berjalannya waktu, problema sumbatan pada nipple mulai dialami, sumbatan ini kalau dibiarkan, satu kejadian sumbatan akan ‘menjalar’. Mula-mula satu, lama kelamaan menjalar ke nipple yang berada dalam satu jalur pipa. Kalau nipple yang tersumbat masih satu-dua, tak akan terasa. Karena pada kandang litter ayam bisa bebas pindah mematuk nipple yang lain, Tapi bila tidak cermat, dan ketahuan sudah banyak yang macet, bisa terjadi ayam sudah mengalami dehidrasi. Karena rasio nipple yang berfungsi dengan populasi ayam menjadi tidak ideal. (Idealnya maksimal 1:15). Efek sumbatan nipple akan parah pada kandang layer produktif sistem batere.

Biofilm

Sumbatan pada nipple drinker disebabkan oleh semacam lendir dan lumut yang terbawa dari sumber air. Lendir menempel di dinding bagian dalam pipa dan akhirnya menjalar ke dalam nipple dan menyumbat aliran air. Penyebab ini lazim disebut BIOFILM.

Karakter air secara organik dan anorganik bisa memunculkan biofilm. Air dari sumber alami memiliki karakter yang berpotensi menumbuhkan biofilm. Biofilm terdiri atas banyak mineral, juga slime yang merupakan lapisan lendir. Slime atau lendir ini muncul secara normal, karena pertumbuhan alga dan mikroorganisme lainnya.

Karakteristik air dari sumber air di masing-masing peternakan akan berbeda, menurut kondisi geografis dan geologis setempat. Contohnya, Karakter air dari suatu daerah memiliki kadar besi (Fe) nya tinggi, sedangkan daerah lain bisa jadi airnya terlalu basa atau terlalu asam atau deposit hardness (kesadahan air) terlalu tinggi. Faktor-faktor ini akan mempermudah dan memperparah terbentuknya biofilm.

Sedimentasi mineral, akan melapisi lapisan dalam pipa paralon. Ini jadi lapisan pertama yang akan menjadi kerak, kemudian bakteri-bakteri dalam air akan mudah membentuk semacam slime yang melekat di atas kerak. Setelah melekat, dia akan ketemu koloni-koloni baru, dan bereplikasi serta multiplikasi membentuk biofilm secara massif.

Ketebalan biofilm berbeda-beda, tergantung dari perlekatannya dan sedimentasinya.
Kejadian biofilm diperparah oleh efek samping pemberian vitamin, obat dan vaksin. Vitamin dan obat memerlukan polisakarida sebagai carrier atau zat pembawa. Sedangkan vaksinasi melalui air minum mesti dicampur susu skim. Polisakarida dan susu skim yang kaya protein ini menjadi media tumbuh bakteri pada biofilm, sehingga biofilm semakin tebal dan meluas membentuk koloni biofilm baru.

Bakteri-bakteri bersama alga dalam air akan membentuk koloni yang berwujud biofilm yang semakin lama semakin menebal. Selain sel mikroorganisme itu sendiri, komponen biofilm terdiri atas produk ekstraseluler, polisakarida yang diproduksi oleh mikroorganisme dan zat-zat yang terjebak saat terbawa dalam air. Bakteri membentuk biofilm untuk mendongkrak daya hidup (survival) dan pertumbuhannya. Biofilm juga berfungsi sebagai mekanisme pertahanan fisik bagi bakteri karena bersifat licin, sehingga ia terhindar dari gerusan yang seharusnya dapat menyapu bersih sel-sel yang tidak menempel. Secara kimiawi, biofilm mampu membentengi bakteri dari penetrasi senyawa yang beracun bagi dirinya, seperti antibiotik dan beberapa jenis desinfektan. Penting digarisbawahi, bakteri di dalam biofilm lebih resisten 10-1.000 kali dibandingkan bila tidak di dalam biofilm

Hidrogen Peroksida



Berbeda dengan desinfektan lainnya, dalam konsentrasi yang tepat, hidrogen peroksida (H2O2) mampu mengoksidasi biofilm secara tuntas. Bahkan mampu mengangkat kerak-kerak di dasar pipa sehingga betul-betul bersih. Hilangnya kerak juga akan memperlambat tumbuhnya biofilm lagi, karena ketiadaan tempat menempel slime.

Penggunaan hidrogen peroksida yang telah distabilisasi sangat disarankan sehingga tidak terpengaruh oleh pH air dan tetap efektif meski pipa sangat panjang (lebih dari 25 m), dan tidak merusak karet maupun komponen lain pada sistem nipple.

Untuk flushing kimiawi peternak bisa menggunakan hidrogen peroksida atau pun kombinasi hidrogen peroksida dengan paracetic acid. Produk hidrogen peroksida banyak sekali di pasaran. Tapi perlu diperhatikan apakah konsentrasinya mampu untuk mengoksidasi secara tuntas. Sebab lapisan biofilm bisa sangat tebal. Untuk broiler, flushing dengan hidrogen peroksida bisa dilakukan tiap 2 atau 3 periode sekali.



Sumber : Majalah Trobos

readmore »»  

Minggu, 08 Desember 2013

MIKOTOKSIN DALAM PAKAN

Pakan memegang peranan yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan produktifitas ternak. Pakan juga merupakan input biaya terbesar dalam proses produksi.

Pakan haruslah senantiasa terjaga kualitasnya. Manajemen pengadaan, penanganan, penyimpanan bahan baku dan atau pakan jadi, serta cara pemberian pakan memegang peranan yang sangat penting untuk memastikan pakan yang akan diberikan pada ternak kualitasnya tetap terjaga.

Hal ini penting diperhatikan sebab, manajemen penanganan dan penyimpanan bahan baku dan pakan yang kurang baik, adalah penyebab utama timbulnya masalah yang terkait dengan kasus mikotoksikosis.

Jamur penghasil mikotoksin menyebar hampir diseluruh belahan dunia, termasuk juga negara-negara penghasil jagung. Sehingga bisa dikatakan tidak ada negara penghasil bahan baku pakan ternak yang bebas dari cekaman jamur.

Tipe mikotoksin ada 300 jenis yang telah teridentifikasi, namun yang kerap muncul dalam pakan ternak adalah aflatoksin, ocrhatoksin A, patulin, fuminisin B1, trichothecenes, zearalenon, Deoxynivalenol (DON/ Vomitoxin), dan T2-toksin (trichotecenes).

Tiga jenis jamur yang sering menyebabkan mikotoksikosis adalah dari golongan aspergilus, pencilium dan fusarium.

Mikotoksikosis disebabkan oleh substansi beracun dari hasil metabolit jamur atau fungi yang umum tumbuh dalam bahan baku pakan. Racun hasil metabolit itulah yang disebut mikotoksin.

Mikotoksin akan sangat cepat dihasilkan oleh suatu jenis jamur, bahkan kadang lebih dari satu macam bila kelembaban, temperatur lingkungan dan kadar air bahan baku atau dalam pakan mendukung.

Racun jamur ini diproduksi pada kelembaban lebih dari 75% dan temperatur di atas 20°C, dengan kadar air bahan baku pakan di atas 16%. Sebagai produk metabolisme jamur atau kapang, mikotoksin tumbuh pada berbagai komoditas terutama produk pertanian seperti kacang tanah, jagung dan sebagainya.

Jamur-jamur penghasil mikotoksin akan mengontaminasi produk-produk pertanian tersebut dengan mikotoksin sehingga ketika komoditi tersebut dijadikan pakan ternak atau pangan manusia, toksin/racun tersebut akan masuk ke dalam tubuh. Karena mekanisme kerja yang sinergis dari beragam jenis jamur tersebut, menyebabkan pengaruh negatif pada ternak yang terintoksifikasi menjadi semakin kompleks.

Ternak yang terintoksifikasi oleh racun ini akan mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga penyakit akan lebih mudah menyerang. Disamping itu, tingkat toksisitas yang di atas ambang dapat menurunkan kinerja produksi ternak dalam hal pertumbuhan dan mengganggu sistem reproduksi.
Sayangnya, efek tidak langsung dari mikotoksin kadang tidak diketahui peternak sehingga kerugian dari segi efisiensi pakan menjadi cukup besar. Efek toksisitas mikotoksin tergantung dari intensitas dan waktu intoksifikasi serta bersifat akumulatif.

Mikotoksikosis dapat menyebabkan turunnya fungsi kekebalan tubuh, karena pengaruh langsung mikotoksin terhadap jalannya fungsi kekebalan baik seluler maupun humoral sehingga fungsi tersebut turun secara keseluruhan. Gejala keracunan yang sering terlihat pada umumnya adalah muntah, diare, luka pada rongga mulut dan turunnya nafsu makan. Efisiensi pakan konversi pakan, produksi telur, kualitas daging juga menurun dengan adanya intoksifikasi.

Mikotoksikosis dapat ditanggulangi dengan menggunakan bahan baku yang bebas dari mikotoksin.
Sedang upaya pencegahannya dilakukan dengan menciptakan sistem budidaya yang optimal serta selalu memperhatikan kualitas bahan baku termasuk mengoptimalkan penyimpanan dan distribusi. Penyimpanan bahan tersebut sebaiknya jangan melebihi kadar air 13-14%, karena pada kadar air di atas ambang tersebut maka mikotoksin akan diproduksi.

Beberapa gejala yang ditunjukkan akibat serangan mikotoksikosis diantaranya adalah : Luka di mulut, Pertumbuhan lambat dan tidak merata, Peradangan pada saluran pencernaan dan pernapasannya.

Negara tropis seperti Indonesia dengan tingkat kelembaban udara yang tinggi sangat rentan dengan penyakit tersebut. Ini karena dalam kondisi temperatur dan kelembaban seperti itu, jamur akan mudah tumbuh dan berkembang biak. Jenis mikotoksin yang paling banyak muncul sebagai penyakit adalah aflatoksin.

Guna meminimalkan kejadian tersebut, cara yang paling ideal adalah dengan menggunakan bahan pakan bebas mikotoksin. Tetapi hal ini tidak selalu berarti bebas jamur. Sebab boleh jadi, jamurnya sudah dibasmi sebelum diperjualbelikan. Pembasmian itu dilakukan dengan zat-zat pembunuh jamur, meski demikian racun yang diproduksi oleh jamur akan tetap menempel dalam bahan makanan. Sebab sebagian besar mikotoksin itu stabil pada suhu panas sehingga perlakuan yang melibatkan suhu panas dalam menghancurkan racun mikotoksin menjadi tidak efektif.

Pengamatan secara visual terhadap bahan baku pakan ‘hanya’ bisa dilakukan sebatas pengamatan terhadap jamur yang ada pada bahan baku tersebut, bukan pada mikotoksinnya. Karena hal itu membutuhkan analisa kandungan mikotoksin dalam setiap bahan pakan yang digunakan. Perlu dilakukan pengujian laboratorium lebih lanjut.

Bahan pakan yang sudah terkontaminasi jamur, besar kemungkinan tidak hanya memproduksi satu jenis toksin tetapi bisa lebih dari satu. Jika hal ini terjadi, meski kandungan mikotoksin rendah tetapi karena terdapat beberapa jenis mikotoksin, maka akan memberikan dampak akumulasi dari kumpulan beberapa toksin tersebut. Akibat yang ditimbulkan bisa sama parahnya dengan satu jenis mikotoksin yang terdapat dalam bahan pakan dalam jumlah besar.


http://www.majalahInfovet.com
readmore »»  

Jumat, 06 Desember 2013

Sinergi AGPs dan Probiotik Tingkatkan Produktivitas Ayam

Penggunaan AGPs (Antibiotic Growth Promoters) dan Probiotik dapat meningkatkan performa ternak. Namun, lebih baik lagi jika suplemen itu digunakan terpisah.
Pada sistem produksi unggas komersial intensif saat ini, pemeliharaan atau peningkatan kesehatan usus sangat penting untuk mencapai performa unggas yang optimal. Ini juga merupakan kunci dari profitabilitas setiap manajemen broiler. Unggas yang terus mengalami kondisi stres, seperti sesak, panas, akan rentan terkena penyakit saluran pencernaan (gastrointestinaltract/GIT). Penyakit ini dapat mengakibatkan penurunan performa, imunosupresif dan peningkatan mortalitas, yang menyebabkan kerugian finansial.

Dalam produksi unggas modern, salah satu strategi manajemen yang paling banyak digunakan untuk mengontrol dan mencegah penyakit adalah menambahkan antibiotik tingkat sub terapi yang dikenal dengan sebutan antibiotic growth promoters atau AGPs. Tujuan utama menggunakan AGPs adalah untuk mengurangi efek berbahaya dari penyakit GIT. AGPs dapat berperan untuk mengurangi infeksi sub-klinis, penurunan produksi produk mikroba beracun, menekan persaingan mikroba, dan meningkatkan penyerapan nutrisi.

Secara umum, penggunaan AGPs dapat dikurangi jika tidak ingin menghilangkan penggunaannya secara total, karena kekhawatiran terkait dengan perkembangan potensi mikroorganisme resisten terhadap antibiotik (Huyghebaert, et al., 2010). Ketertarikan ini telah menghasilkan beberapa alternatif untuk AGPs seperti aditif pakan phytogenic, asam organik, prebiotik, probiotik dan symbiotics, dan yang lainnya. AGPs bekerja untuk menghilangkan dampak negatif dari mikroba tertentu pada usus. Tujuan utama dari aditif pakan alternatif adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri menguntungkan untuk kesehatan usus agar menghasilkan unggas yang kesehatan dan performanya baik.

Probiotik adalah salah satu alternatif yang mengarah ke AGPs. Bahkan, penggunaan probiotik dalam ransum unggas sudah biasa dilakukan di Amerika Serikat, Eropa dan beberapa negara Asia seperti Jepang dan Korea. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang cukup memberikan manfaat kesehatan pada unggas (FAO, 2001).

Probiotik dapat berasal dari beberapa mikroba seperti Bacillus, Lactobacillus, Lactococcus, Bifidobacterium, Enterococcus atau ragi. Di antara mikroba ini, probiotik berbasis Bacillus toleran terhadap panas, pH lingkungan yang keras, tekanan, coccidiostats dan antibiotik karena tergolong pembentuk spora. Berbeda dengan mikroba lain, Bacillus berkecambah dalam saluran pencernaan dan tumbuh sebagai sel vegetatif sehingga cukup baik diaplikasikan dalam pakan.

Selain alternatif sebagai pengganti lengkap atau parsial untuk AGPs, juga menarik untuk mengetahui apakah AGPs dan probiotik dapat bekerja sama secara sinergi untuk lebih menguntungkan ternak. Aplikasi ini akan sangat penting bagi daerah-daerah di mana penggunaan sub-terapeutik AGPs masih diperbolehkan. Meskipun pada awalnya kita berpikir bahwa AGPs dan probiotik tidak dapat digunakan bersama-sama, mengingat metode spesifik dari cara kerja AGPs dan probiotik, tetapi hal ini mungkin saja sebenarnya bisa dilakukan. Pada tahun 2005, FEFANA menunjukkan hal ini dengan melaporkan bahwa efek sinergis antara AGPs dan probiotik dapat dicapai dengan menekan patogen melalui AGPs dan pada saat yang sama mendukung mikroflora usus dengan probiotik. Eloisa C. CARPENA dan Robert L. PAYNE, Evonik Industries, Singapore.
sumber : Poultry Indonesia
readmore »»